Asmara Terlarang Pegawai Pelat Merah

Fenomena maraknya para CPNS yang mundur tempo hari—dan sebetulnya ini terjadi tiap tahun—makin menambah keyakinan saya bahwa tidak sembarang orang sanggup jadi PNS. Selain harus berlapang dada karena gaji dan tunjangan yang (katanya) kecil itu, jadi PNS juga harus tahan dari berbagai macam godaan. Godaan finansial, misalnya. Saya yakin semua orang sudah mafhum kalau PNS itu identik dengan pinjaman utang ke bank. Hanya dengan menyerahkan selembar kertas yang diberi label SK PNS sebagai jaminan, gelontoran dana segar ratusan juta rupiah masuk ke rekening pribadi dalam hitungan jam. Coba, manusia mana yang tidak tergiur dengan godaan macam itu?

Namun, selain godaan finansial, ada satu jenis godaan lain yang tidak kalah mengerikan. Bahkan, saya berani bilang bahwa godaan satu ini mampu memporak-porandakan kehidupan rumah tangga dan masa depan PNS itu sendiri. Godaan mahadahsyat itu adalah godaan asmara. Iya, asmara. Kalau Anda pikir lika-liku PNS itu hanya sekadar gali lobang tutup lobang di akhir bulan, nongkrong di kedai kopi di pagi hari, wira-wiri di pasar dan mal di jam kerja, atau main gim Zuma di tempat kerja, boleh dibilang Anda mainnya kurang jauh. Ada satu sisi gelap pegawai pelat merah yang jarang diketahui oleh banyak orang. Sisi gelap itu adalah asmara terlarang alias perselingkuhan.

Anda mungkin masih ingat kasus "Layangan Putus Versi ASN Protokoler" yang sempat viral pertengahan Mei 2022. Kasus itu bermula ketika seorang pejabat protokoler di salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan menjalin asmara terlarang dengan salah satu stafnya. Kasus makin runyam karena si staf yang ternyata sudah berkeluarga itu melahirkan anak dari hasil hubungan gelapnya. Maaf, saya tidak sanggup melanjutkan karena ceritanya begitu rumit, melebihi drama sinetron Ikatan Cinta yang tidak kunjung selesai itu. Anda bisa cari sendiri cerita lengkapnya di media sosial dan media online. Yang saya tahu, buntut dari asmara terlarang itu adalah kedua PNS diberhentikan dari jabatannya.