Ini Kata Tukang Gorengan tentang Pandemik dan PPKM

Andri Saleh
ASN, Humas, Penulis, Kolumnis, Komikus
Konten dari Pengguna
4 Juli 2021 10:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andri Saleh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: focusonpc from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: focusonpc from Pixabay
ADVERTISEMENT
Minggu pagi itu enaknya duduk santai leyeh-leyeh ditemani segelas teh manis hangat dan sepiring gorengan. Makanya, tadi pagi saya sudah meluncur ke tukang gorengan langganan. Sesampai di TKP, gorengannya habis! Busyet, padahal masih jam 07.30 pagi.
ADVERTISEMENT
Baru kemarin sore saya mendengar Presiden Jokowi memutuskan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat. Mal dan pusat perbelanjaan ditutup. Supermarket, toko, pasar tradisional dibatasi jam operasional dan kapasitas pengunjungnya, serta pembatasan kegiatan ekonomi lainnya. Pikir saya, ini pasti berdampak langsung ke semua pelaku usaha. Bisa tutup sementara, pengurangan produksi, sampai efisiensi karyawan. Ajaib, teori itu sepertinya tidak berlaku untuk tukang gorengan pinggir jalan.
Sambil menunggu olahan gorengan yang baru, iseng-iseng saya wawancara tukang gorengan itu. Maklum, melihat fenomena aneh ini, jiwa petugas sensus saya meronta-ronta. Berikut petikan wawancara singkatnya.
Wah, laris manis ya, Pak? Masih pagi gorengannya udah habis.
Iya, Kang. Alhamdulillah tadi banyak yang beli.
Bukannya hari ini udah mulai PPKM ya, Pak? Kirain sepi pembeli, Pak.
ADVERTISEMENT
Ah, enggak, Kang. Seperti biasa aja kok.
Oh gitu? Jadi enggak ngaruh ya sama (pandemik) Corona?
Alhamdulillah enggak, Kang. Sebelum ada (pandemik) Corona sampai sekarang, sama aja omset penjualannya.
Tapi kan usaha-usaha lain banyak yang tutup dan bangkrut kena dampak (pandemik) Corona. Jualan gorengan mah enggak ya, Pak?
Hehe.
Trus, kalo pasar tradisional ditutup atau dibatasi, beli bahan bakunya gimana?
Ah, tinggal beli di warung aja, Kang. Gampang bahan baku gorengan mah.
Jadi, jualan gorengan begini mah nggak ada risikonya ya?
Yaa paling risikonya ketularan Corona, Kang. Kan banyak yang beli. Bisa jadi ketularan dari pembeli yang nggak pake masker atau dari uang yang dipegang pembeli.
Oh gitu ya. Semoga sehat-sehat dan lancar rezekinya ya, Pak.
ADVERTISEMENT
Hatur nuhun, Kang.
Dari obrolan ringan ini, ternyata tidak semua usaha terkena dampak dari pandemik. Tukang gorengan pinggir jalan dan sejenisnya masih bisa berjualan seperti biasa. Tapi memang bukan tanpa risiko. Salah satunya adalah tertular virus Covid-19 karena intens berinteraksi dengan pembeli.
Namun, tidak sedikit pelaku usaha yang nasibnya tidak seberuntung tukang gorengan tadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemik Covid-19 ini berdampak besar terhadap beberapa pelaku usaha lainnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha, tercatat ada 3 sektor usaha yang terkena dampak paling tinggi, yaitu sektor akomodasi dan makan minum sebesar 92,47%, sektor jasa lainnya sebesar 90,90%, serta sektor transportasi dan pergudangan sebesar 90,34%.
ADVERTISEMENT
Sedangkan 3 sektor usaha yang terkena dampak paling rendah adalah sektor air dan pengelolaan sampah sebesar 68,00%, sektor listrik dan gas sebesar 67,85%, serta sektor real estate sebesar 59,15%.
Semoga saja pandemik ini segera berakhir sehingga pelaku usaha dapat melanjutkan aktivitasnya secara normal. Dengan begitu, kondisi perekonomian Indonesia dapat kembali bangkit. Namun, harapan ini harus didukung oleh kita semua. Salah satunya adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan.