Memperingati dua bulan penahanan ahok, simpatisan gelar doa bersama

Konten dari Pengguna
11 Juli 2017 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memperingati dua bulan penahanan ahok, simpatisan gelar doa bersama
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah 2 bulan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjalani masa tahanan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, komunitas pendukung Ahok yang menamakan dirinya Masterpiece NKRI Pancasila menggelar acara diskusi publik dan doa bersama untuk Ahok di Jalan Gunawarman, selasa, 9 Juli 2017.
ADVERTISEMENT
I Wayan Sudirta, Pengacara Ahok, mengatakan doa bersama ini akan terus diadakan setiap tanggal 9 sampai masa tahanan Ahok berakhir. Ahok divonis bersalah dan dihukum penjara selama 2 tahun sejak 9 Mei 2017. Ini bertujuan untuk menjaga semangat sehingga pengorbanan Ahok tidak sia sia.
Para pendukung Ahok ini memanjatkan doa bersama yang diwakili oleh 3 orang dari agama yang berbeda yakni Hindu, Islam dan Kristen. Mereka mendoakan agar Ahok dalam menjalanin masa tahanan selalu dalam kondisi sehat dan diberikan kekuatan serta keluarga selalu diberikan ketabahan.
Selepas acara doa, dilakukan acara diskusi publik dengan moderator Bahar Siagian. Dalam sesi diskusi ini hadir sebagai narasumber I Wayan Sudirta yang juga Pengacara Ahok dan Ade Armando, MSc. akademisi dari UI.
ADVERTISEMENT
"Kita memang berduka karena supremasi hukum tidak ditegakkan, karena ada pihak tertentu yang tidak mau disentuh oleh aparat hukum. Sementara itu Ahok harus diadili dan di hukum hanya karena tekanan dari massa," kata Wayan
Dalam kesempatan itu Wayan juga mengatakan bahwa saat ini ada “keresahan massal” ditengah masyarakat, akan isu terbentuknya Negara khilafah, dan mengganti dasar Negara Pancasila, tentunya ini berbahaya karena menyangkut masa depan dan keutuhan NKRI
"Jangan sampai ada kelompok yang merasa tidak nyaman, takut, sementara sebagian orang lagi justru menebar ketakutan. Ini adalah permasalahan kita bersama. " Kata Wayan
Sesungguhnya kelompok yang masih mencintai NKRI ini adalah kelompok mayoritas, hanya saja lebih banyak diam, sementara kelompok lain terus berteriak dengan kencang sehingga terlihat seolah olah mereka mayoritas
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu kita sebagai pendukung Pancasila dan NKRI tidak boleh diam dan membiarkan suasanan tidak nyaman ini terjadi karena kita hidup dalam etika bernegara yang menjunjung tinggi falsafah Bhineka Tunggal Ika
Disamping itu Wayan yang juga anggota Forum Advokat Pengawal Pancasila (FAPP) akan menyiapkan kajian hukum, untuk membubarkan ormas intoleran dan anti Pancasila dan akan mengusulkan kajian tersebut kepada Menkopolhukam Wiranto
“Jangan dipikir dengan dipenjarakannya Ahok, rakyat sudah menyerah terhadap kelompok anti kebhinekaan ini, masih ada kelompok kelompok yang konsisten menyuarakan dukungan terhadap NKRI, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika”. Kata Wayan sesaat sebelum mengakhiri pemaparannya
Sementara itu Ade Armando menyebutkan bahwa peradaban dunia ini berkembang karena adanya ide, ide-ide kebaikan serta berani mengungkapkan ketidakjujuran itu berusaha dibungkam dengan intimidasi, persekusi, dan lain lain
ADVERTISEMENT
Tidak cukup dengan memenjarakan seorang Ahok, korban korban lain juga terus berjatuhan seperti dr.Otto, dr.Fiera, dr.Nancy Weber, dll. Mereka saat ini berupaya mem’bisu’kan kaum mayoritas pecinta kebhinnekaan.
Selain itu Ade Armando juga menyebut dunia Islam di Indonesia saat ini dalam posisi “tertidur”. Dengan kedatangan Jokowi dan Ahok, pergerakan kelompok kelompok intoleran dan anti Pancasila itu menjadi terganggu, oleh sebab itu kita harus bangun dan bersuara.
Kita kelompok mayoritas ini tidak boleh tertidur, dan abai, kalau kita tertidur maka nanti ide yang menang adalah ide yang akan membawa kita menjauh dari peradaban, kesejahteraan dan menjauh dari perdamaian.
“Kalau saat ini kita “tertidur” atau memilih diam karena takut, maka harga yang harus kita bayar sangat mahal, mungkin dampaknya akan sampai ke anak cucu kita nanti, jadi kita harus melawan, jangan takut, terus bersuara. Karena tidak ada cara lain untuk menyelamatkan peradaban bangsa ini.” Kata Armando mengakhiri diskusi. (Andy/SCI)
ADVERTISEMENT