Banjir Kanal Semarang; Pengendali Banjir Hasilkan Venesia-nya Indonesia

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Konten dari Pengguna
27 Maret 2020 6:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lagu "Semarang Kaline Banjir" merupakan penuturan aktual dari kondisi Kota Semarang yang dari dulu sering mengalami banjir karena dikepung berbagai sungai yang bermuara di Teluk Semarang. Pemerintah kolonial Belanda membuat proyek kolosal pengendalian laju air dengan pembuatan kanal banjir di batas tepi barat dan tepi timur Kota Semarang. Sistem tersebut merupakan teknologi paling maju pada zamannya
Gambar 1 Kondisi Banjir Kanal Barat Semarang setelah revitalisasi yang dibantu oleh JICA
Kota Semarang merupakan 'pembayaran jasa' keraton surakarta kepada belanda karena telah membantu suksesi kerajaan Jawa. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I resmi menyerahkan pengelolaan kota yang berada di muara Kali Semarang ini kepada Belanda. Pada tahun tahun tersebut Kota Semarang merupakan gerbang menuju kerajaan kerajaan di tengah Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Pada zaman kolonial, Kota Semarang dikenal dengan sebutan Venesia dari timur, karena sistem kanal, lalu lintas air yang ramai, dan sistem pintu air untuk pengendalian banjir yang modern. Sistem kanal memungkinkan kapal dagang masuk hingga sekitar daerah Little Netherland atau yang saat ini disebut sebagai Kota Lama Semarang.
Gambar 2 Kondisi Kali Semarang yang penuh dengan kapal dagang (sumber: Tropen Museum)
Karena terletak di kaki gunung Ungaran, Semarang sering mendapatkan banjir kiriman dari sungai-sungai yang berhulu di selatan Semarang. Demi mengurangi kerugian komersial dan korban jiwa akibat munculnya wabah pascabanjir, pemerintah Belanda membangun kanal banjir di sisi barat dan sisi timur yang pada saat itu merupakan batas terluar dari Kota Semarang.
Kanal pertama yang dibangun adalah Banjir Kanal Barat (BKB) pada tahun 1875-1879 yang menyodet aliran Kali Semarang sehingga debitnya bisa diatur dengan Bendung Simongan. Kali Semarang sendiri merupakan pertemuan dari beberapa aliran sungai (kali) yang menyatu seperti Kaligarang, Kali Kreo, dan Kali Gribik yang pada saat itu sering membawa banjir kiriman dari hulu.
Gambar 3 Kondisi Banjir Kanal Barat Semarang pada awal tahun 1900 dan 2010an (Sumber Tropen Museum)
Akibat sedimentasi yang tinggi, akhirnya BKB tidak mampu menjaga Kota Semarang bebas banjir sehingga pada tahun 1897 dimulailah pebangunan Banjir Kanal Timur (BKT) yang terhubung dengan kanal pada bagian selatan Kota Semarang yang membentang dari daerah gergaji (dibagian barat) hingga daerah Sompok (dibagian timur) untuk mencegah air dari Semarang bagian atas mengalir langsung menuju ke pusat kota
ADVERTISEMENT
Hanya selama 20 tahun Banjir Kanal Barat efektif mengendalikan banjir di semarang sebelum terjadi pendangkalan akibat seidmentasi, padahal saat itu kawasan semarang bagian atas belum terbangun dan masih berupa hutan. Lalu bagaimana dengan saat ini? bisakah Semarang terbebas dari banjir? apakah cukup dengan tidak membuang sampah sembarangan?