Hipotesis Penyebab Kematian Massal Ikan di Pantai Ambon: Gas Biogenik

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Konten dari Pengguna
28 September 2019 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sains Asyik FGMI. Foto: Dok: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Sains Asyik FGMI. Foto: Dok: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada pertengahan bulan September 2019, terjadi fenomena terdamparnya ribuan ikan mati di pantai Kecamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Baguala, dan Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Ikan yang mati mencapai ribuan sehingga menimbulkan pertanyaan dan kecemasan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, ada beberapa hipotesis yang berkembang; (1) Hipotesis ledakan bawah laut, (2) Hipotesis aktivitas gunung api bawah laut, (3) Blooming algae, (4) Fenomena upwelling, dan (5) Hipotesis gas biogenik. Hipotesis keempat akan lebih dielaborasi pada tulisan ini.
Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI yang juga berkantor di Ambon menyatakan bahwa fenomena ini tidak disebabkan oleh ledakan di bawah laut dan aktivitas vulkanisme/gunung api bawah laut. Berdasarkan temuan lapangan, tidak ditemukan jejak bahan peledak (buatan manusia) atau pun sulfur yang menjadi unsur yang melimpah pada aktivitas gunung api.
Hipotesis mengenai wabah penyakit pada ikan akibat blooming algae atau ledakan populasi alga juga tidak cukup kuat terbukti karena kondisi ikan yang segar yang ditunjukkan oleh insang ikan yang sehat pada beberapa sampel ikan yang terdampar.
ADVERTISEMENT
Hipotesis penyebab fenomena ini sementara akibat pergeseran lapisan thermocline laut akibat arus upwelling. Thermocline merupakan lapisan air laut yang berada pada kisaran kedalaman dari 100 sampai dengan 1000 meter di bawah permukaan air laut. Posisi Thermocline sendiri dapat berubah ubah sesuai kondisi topografi bawah laut, lokasi lintang, dan arus laut. Adanya upwelling atau pergerakan arus dari dasar laut menuju ke permukaan laut akan membawa masa air yang bertemperatur lebih dingin, kaya nutrisi, namun miskin oksigen. (hal ini sudah pernah saya bahas di tulisan ini)
Ilustrasi bentuk lempeng samudra di dasar Laut Banda yang menyebabkan upwelling (Pownall dkk., 2013)
Arus upwelling banyak terjadi pada teluk atau laut yang memanjang serta umum dijumpai pada daerah di sekitar khatulistiwa. Laut dengan arus upwelling memiliki nutrisi tinggi sehingga menjadi lokasi dengan keanekaragaman biota yang melimpah, sejalan dengan banyaknya sumber makanan. Sehingga jika terjadi peningkatan arus upwelling yang tiba tiba maka ikan yang berada di zona upwelling akan terpapar massa air yang bersuhu lebih dingin dan beroksigen rendah.
ADVERTISEMENT
Satu lagi hipotesis yang bisa menjadi pemicu kematian ribuan ikan di Ambon yaitu kebocoran lapisan laut (seabed) yang menahan gas biogenik di dasar laut.
Gas biogenik oleh para geochemistry disebut juga sebagai gas dangkal atau gas rawa karena umum dijumpai pada lapisan tanah rawa-rawa.
Skema umum pembentukan minyak dan gas bumi sebagai fungsi kematangan batuan sumber (Rice and Claypool, 1981)
Perairan Maluku merupakan penghubung dua lautan besar, Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dan secara geografis berada di khatulistiwa sehingga produktivitas organismenya tinggi, sehingga secara teori akan menghasilkan material organik pembentuk hidrokarbon yang tinggi jika terpendam dan mengalami diagenesis. Gas biogenik yang terbentuk ini lalu terjebak pada lapisan sedimen dasar laut (seabed) sehingga membentuk kantong- kantong gas. Apabila jumlah gas metana terakumulasi melimpah sehingga tekanannya lebih besar dibandingkan tekanan kolom air dan sedimen penimbunnya (overburden) maka gas akan terlepas ke kolom air laut dan mempengaruhi kehidupan organisme di sekitarnya (bahkan menyebabkan kematian).
ADVERTISEMENT
Hipotesis ini saya coba usulkan berdasarkan kemunculan fenomena “laut mendidih” yang viral terjadi saat gempa Ambon terjadi pada hari Kamis 26 september 2019.
Di mana warga yang mengungsi di perbukitan akibat khawatir terjadi tsunami. Merekam fenomena munculnya gelembung gas dalam jumlah besar ke permukaan. Munculnya fenomena “gelembung gas” atau “laut mendidih” yang terjadi secara lokal, diperkirakan terjadi pada kantong gas biogenik yang bocor.
P.S. hipotesis ini didiskusikan bersama @anggawidiatama dan @yusufanugerah