Sumur Srigunting di Kota Lama Semarang yang Tak Pernah Kering

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Konten dari Pengguna
28 Maret 2020 10:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Taman Srigunting atau pada masa kolonial Belanda dikenal sebagai lapangan Paradeplain merupakan pusat Kota Lama Semarang atau Little Netherland yang sering digunakan sebagai lokasi parade pasukan militer Belanda. Di sebelah timur taman, terdapat sumur tua yang berair tawar, jernih, dan tidak kering meski kemarau panjang melanda di Kota Semarang. Sumur ini dikenal dengan sebutan Sumur Srigunting sesuai lokasi dia berada.
Gambar 1 Sumur Srigunti di Little Netherland atau Kota Lama Semarang
Sumur Srigunting dibangun pada pertengahan abad ke-18 oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mencukupi air bersih di Kota Semarang. Hal ini disebabkan oleh banjir yang terus menerus terjadi sehingga terjadi krisis air bersih, ditambah lagi perkembangan pemukiman yang semakin padat sehingga memicu penurunan kualitas sanitas yang menyebabkan wabah kolera menyebar dan merenggut banyak korban jiwa baik warga bumi putera, warga keturunan, maupun warga kolonial.
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu hidrogeologi, pada cekungan air tanah terdapat dua jenis lapisan batuan pembawa air (akuifer), akuifer tertekan atau yang dikenal sebagai akuifer dalam/artetis serta yang kedua adalah akuifer tidak tertekan atau akuifer dangkal. Berdasarkan sumber airnya, Sumur Srigunting merupakan jenis sumur artetis/sumur dalam karena sumber air berasal dari akuifer tertekan/dalam. Diperkirakan sumur ini merupakan sumur Artetis pertama yang dibuat di Kota Semarang bahkan di Jawa Tengah oleh pemerintah kolonial Belanda.
Gambar 2 Knsep hidrogeologi bawah permukaan yang mengilustrasikan kondisi Sumur Srigunting
Akuifer tertekan/dalam diisi atau recharge dari air hujan dan air permukaan yang masuk kedalam lapisan batuan di daerah yang topongrafinya lebih tinggi. Hal ini akan membentuk garis imajiner yang menggambarkan ketinggian air tanah dari akuifer dalam/tertekan. pada sistem cekungan air tanah, akuifer di Kota Semarang berada pada sistem cekungan air tanah (CAT) Semarang-Demak yang memiliki daerah recharge di Gunungapi Ungaran dan sekitarnya. Sumur Srigunting tidak pernah kering karena airnya berasal dari akuifer tertekan atau berjenis artetisan yang berada dibawah garis potentiometrik sehingga air dari sumur Srigunting tidak menyembur ke permukaan namun terkumpul didalam sumur dan memerlukan bantuan pompa dalam pengambilannya. Pada dinding sumur srigunting dilapisi dengan beton agar air sumur dapat teraumulasi dan tidak merembes ke akuifer bebasa/akuifer dangkal
Gambar 3 Ilustrasi bawah permukaan sumur srigunting yang merupakan sumur artetis
Pengambilan air dari pori batuan (air tanah) akan memicu kompaksi pada sedimen dengan kata lain akan memicu penurunan tanah. Mengembalikan air kedalam pori-pori batuan dengan sumur resapan merupakan langkah bijaksana guna menjaga ketersediaan air dan meminimalisir laju penurunan tanah akibat kehilangan air pada pori batuan. Manfaat tersebut tidak akan berdampak kepada kita, namun akan benar benar dirasakan oleh anak cucu kita di masa depan.
ADVERTISEMENT