Berapa Cadangan Emas dan Tembaga di Freeport?

20 Maret 2017 12:39 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Freeport Indonesia (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)
PT Freeport Indonesia sudah beroperasi di Indonesia sejak 1967. Kontrak Freeport kemudian diperpanjang dan mulai mengeruk tambang emas dan tembaga di areal pertambangan Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua, sejak 1991. Saat itu, jumlah cadangan emas dan tembaga Grasberg ditaksir mencapai 3,8 miliar ton.
ADVERTISEMENT
Sekarang, sudah hampir 26 tahun tambang Grasberg dikeruk perusahaan yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat, tersebut. Kontrak kedua Freeport di Indonesia sendiri akan habis pada 2021.
Berapa cadangan emas yang tersisa?
SVP Geo Engineering PT Freeport Indonesia, Wahyu Sunyoto, mengatakan cadangan emas dan tembaga di areal tambang Grasberg saat ini jumlahnya masih cukup besar. Sejak 1991, perusahaan mengklaim hanya menambang 1,7 miliar ton emas dan tembaga.
"Yang tersisa sampai 2041 adalah 2,1 miliar ton," kata Wahyu, dalam diskusi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (20/3).
Wahyu mengatakan, cadangan emas dan tembaga di Grasberg baru akan habis pada 2054. Sehingga, siapa pun yang akan mengoperasikan wilayah itu masih akan tersisa cadangan emas yang cukup banyak.
ADVERTISEMENT
Area Operasi PT Freeport Indonesia (Foto: Dok. PT Freeport Indonesia)
Menurut Wahyu, eksplorasi pertambangan di Papua sangat berisiko. Ditambah lagi cadangan yang berada di lokasi-lokasi terpencil yang minim infrastruktur, tersembunyi di hutan dan pegunungan.
"Intinya penambangan di Papua sangat berisiko tinggi. Pada saat eksplorasi, di Papua tidak ada data sama sekali, kami mulai dari nol. Pemerintah belum siap, yang ada hanya peta militer peninggalan zaman Belanda," ujarnya.
Sebagai Geolog, Wahyu mengaku bangga bisa berkontribusi menemukan cadangan emas dan tembaga yang di Papua. Dengan keterbatasan infrastruktur, kata dia, butuh teknik khusus untuk menemukan cadangan mineral di Papua, bahkan sampai menggunakan akses udara dengan helikopter.
Freeport (ilustrasi) (Foto: Reuters/Jonny Hogg)
Menurut Wahyu, Freeport ingin tetap mempertahankan Kontrak Karya (KK), karena investasi dalam skala besar untuk bisnis berisiko tinggi ini, butuh stabilitas jangka panjang. "Freeport menjual aset di seluruh dunia untuk diinvestasikan di Grasberg," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, arbitrase bukan jalan yang akan ditempuh pemerintah dan perusahaan dalam penyelesaian polemik perubahan Kontrak Karya menjadi Izin usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Sebab, hal itu dinilai akan menghambat penambangan di Freeport.
"Arbitrase itu lose-lose (merugikan dua belah pihak). Tambang itu harus sustain dan cadangan yang sudah ditemukan harus ditambang, tapi jika tertunda dan kegiatan terhenti, akan runtuh," tuturnya.