Bubble dan Monopoli, Menjadi Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

26 Oktober 2017 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bisnis online (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bisnis online (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Ekonomi digital telah mengubah pola ekonomi menjadi lebih efisien. Sektor ekonomi digital pun terus berkembang di berbagai negeri, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memproyeksikan pada tahun 2020, ekonomi digital di Indonesia bisa tumbuh 130 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.700 triliun, 20% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Namun, bukan berarti tak ada tantangan. Meskipun ekonomi digital dianggap lebih efisien dengan menerabas pakem sistem ekonomi, tetap saja ada risiko harus dihadapi industri digital di Indonesia. Misalnya, gelembung pertumbuhan industri atau bubble yang suatu saat bisa pecah dan berdampak pada ekonomi keseluruhan.
"Risiko pertama adalah bubble, industri digital bisa suatu saat pecah. Ini yang pelaku industri digital harus hadapi," kata Divisi bisnis dan ekonomi Indonesia e-commerce association (IdEA), Ignatius Untung, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tantangan yang harus dihadapai adalah monopoli usaha. Artinya, perusahaan yang memiliki modal kuat akan semakin kuat dan bisa mengakuisisi usaha lainnya untuk bisa menguasai pasar. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki modal kecil akan sulit untuk berkembang.
"Monopoly, winner takes all, no less option for buyer," kata dia.
Selain itu, ada juga beberapa usaha yang akan tergantikan dengan adanya ekonomi digital. Hal ini menurutnya lumrah terjadi di dunia. Ritel misalnya, sudah banyak bertumbangan dan tergantikan dengan belanja online.
"Ada yang menjadi korban. Kita happy digital ekonomi naik, tapi kalau digital ekonomi naik ada korban yang turun, kita enggak akan happy. Ada industri yang akan berganti tidak terhindarkan, jadi harus siap-siap adopsi digital," katanya.
ADVERTISEMENT
Beberapa usaha yang akan tergantikan adalah peritel besar, media tradisional, bank, pekerja yang tak memiliki keterampilan, serta beberapa usaha yang tak mau beralih ke online.
"Retailer besar ini juga akan tergantikan, bank, media yang setia dengan cara tradisional, unskilled labour, ini semua akan digantikan oleh online. Jadi memang kita harus siap dengan online," tambahnya.