Chatib Basri Ramal 5,1 Juta Pekerjaan Hilang Akibat Teknologi

26 September 2017 14:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Chatib Basri (Foto: Twitter @ChatibBasri)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Chatib Basri (Foto: Twitter @ChatibBasri)
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri memproyeksikan perkembangan dunia teknologi yang sangat pesat akan berdampak pada pekerjaan manusia. Menurut Chatib, yang kini menjadi Advisory Board Chairman Mandiri Institute, nantinya pekerjaan manusia akan digantikan teknologi.
ADVERTISEMENT
Dia memprediksi akan ada sekitar 5,1 juta pekerjaan yang hilang di dunia karena terkikis teknologi. Menurut dia, kunci untuk menyiasati hal tersebut adalah beradaptasi dan berinovasi.
"Maka, pekerjaan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan ini, berinovasi, tanpa itu perusahaan apa pun baik skala besar maupun kecil tidak bisa bertahan," kata Chatib di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa, (26/9).
Chatib menyebutkan beberapa pekerjaan yang akan hilang, antara lain Kantor Pos seiring mudahnya berkirim pesan melalui e-mail. Pekerjaan lainnya adalah resepsionis maupun sekretaris yang diprediksi akan tergantikan oleh mesin atau robot.
Selanjutnya, peran perangkat keras atau hard disk juga akan tergantikan oleh teknologi cloud untuk menyimpan data. Akibatnya, para pekerja pembuat hard disk juga akan hilang.
Pengiriman barang menggunakan robot. (Foto: Starship Technologies)
zoom-in-whitePerbesar
Pengiriman barang menggunakan robot. (Foto: Starship Technologies)
Dan yang mengkhawatirkan, adalah pekerjaan di industri perbankan. Mulai saat ini saja, secara perlahan peran perbankan digantikan oleh startup.
ADVERTISEMENT
"Profesi apa pun itu akan terganggu oleh disruptive innovation, kecuali yang membutuhkan creative thinking tidak bisa repeated. Tapi repeated pasti akan hilang," katanya.
Adapun pekerjaan yang diramalkan bertahan adalah jenis pekerjaan yang memiliki data analitik dan ide kreatif, contohnya Go-Jek. Selain itu, sektor bisnis dan keuangan, management, komputer dan matematika, arsitektur dan engineering, sales, pelatihan, serta edukasi.
Dalam menghadapi era digital tersebut, Chatib mengatakan pemerintah harus bisa membuat peraturan yang fleksibel dan beradaptasi dengan kondisi yang ada saat ini.
"Pertanyaannya adalah bisa tidak regulasi pemerintah cukup cepat untuk menyesuaikan dengan inovasi yang ada? Karena misalnya, fenomena Uber berantem dengan supir taksi konvesional tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di Paris, London, dan lainnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT