Luhut Minta Bantuan IMF dan Bank Dunia Atasi Pencemaran Sungai Citarum

17 Oktober 2017 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sungai Citarum Tercemar (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Sungai Citarum Tercemar (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa)
ADVERTISEMENT
Sungai Citarum di Jawa Barat menjadi sungai terkotor di dunia. Kandungan fecal coliform bacteria di sana mencapai 5.000 kali dari angka normal. Padahal, sungai ini menjadi penting bagi 25 juta warga Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan persoalan sungai Citarum harus segera diatasi. Dia mengaku sudah meminta dukungan kepada berbagai pihak.
Dalam pertemuan tahunan Bank Dunia - Dana Moneter Internasional (IMF) 2017 di Washington DC, Amerika Serikat, pekan lalu, Luhut mengaku meminta Bank Dunia dan IMF membantu membenahi masalah sungai Citarum. Setelah dipaparkan segala persoalan Citarum, kedua lembaga tersebut bersedia membantu.
"Mereka mau melakukan asistensi. Nanti saat annual meeting IMF-World Bank, kita manfaatkan untuk penyelesaian marine debris. Untuk kepentingan nasional," kata Luhut di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (17/10).
Luhut menegaskan dia akan turun tangan dalam penanganan limbah pada sungai Citarum. Limbah yang ada di sungai tersebut berpotensi membahayakan masyarakat. Dia menjelaskan, limbah yang ada di Sungai Citarum disumbang oleh 300 perusahaan yang ada di sekitar sungai tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sungai ini melintasi 25 juta penduduk Jawa Barat dan DKI Jakarta, padi yang dialiri dari sungai ini juga berbahaya. Kalau terkontaminasi, dimakan bisa jadi masalah," ucap Luhut.
Dia mengatakan pihaknya bersedia turun tangan lantaran Gubernur Jawa Barat meminta pemerintah pusat turut menyelesaikan permasalahan ini. Rencananya, kata Luhut, di sekitar Sungai Citarum akan dibangun lebih banyak Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
"Nanti dibuat IPAL baru yang lebih banyak. Penanganan dari Gubernur Jabar dengan kami akan terintegrasi," ujarnya.
Reporter: Resya Firmansyah