Luhut: Proyek Kilang Pertamina Terkendala Akibat Salah Perhitungan

18 Oktober 2017 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kilang minyak di Cilacap (Foto: Dokumentasi bumn)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang minyak di Cilacap (Foto: Dokumentasi bumn)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) ingin target penyelesaian proyek-proyek kilang minyak diundur. Awalnya semua proyek kilang direncanakan selesai pada 2023. Tetapi sekarang tiap proyek mundur 1-3 tahun.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini diambil dengan pertimbangan kemampuan finansial. Saat ini, Pertamina tengah menjalankan 4 proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) alias modifikasi di Kilang Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Dumai. Selain itu ada 2 proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru di Tuban dan Bontang.
Setiap proyek RDMP membutuhkan biaya investasi kurang lebih 5 miliar dolar AS atau Rp 67,5 triliun. Sedangkan masing-masing proyek GRR nilainya sekitar 12,5 miliar dolar AS atau setara Rp 168,75 triliun. Artinya seluruh proyek tersebut memakan biaya 45 miliar dolar AS atau Rp 607 triliun.
Kemampuan keuangan Pertamina ternyata tak cukup kuat untuk menggenjot proyek-proyek kilang selesai di 2023, meski sudah bermitra dengan Rosneft di GRR Tuban dan Saudi Aramco di RDMP Cilacap. Itulah sebabnya proyek diulur, supaya beban keuangan Pertamina tak terlalu berat.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengakui jika Pertamina dan pemerintah salah perhitungan soal proyek-proyek kilang. Menurut dia, saat ini Pertamina sedang melakukan perhitungan ulang dan mencari cara agar proyek bisa tetap dilanjutkan.
"Pak Massa (Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik) saya tanya, dia mau hitung ulang. Saya belum cek lagi, tapi dulu memang kurang hati-hati kita hitungnya," kata Luhut dalam konferensi pers di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10).
Selain proyek-proyek kilang, pemerintah juga memberi banyak penugasan lain pada Pertamina, mulai dari sektor hulu hingga hilir migas. Di hulu misalnya, Pertamina diserahi tanggung jawab mengelola Blok Mahakam yang butuh investasi sekitar 2 miliar dolar AS atau Rp 27 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, 7 blok terminasi yang habis masa kontraknya pada 2018 juga diserahkan ke Pertamina. Untuk bisnis di hulu saja, Pertamina sudah habis triliunan rupiah.
Lalu ada penugasan BBM Satu Harga yang sejauh ini sudah dijalankan di 25 daerah terpencil. Program BBM Satu Harga ini menggerogoti laba Pertamina hingga Rp 12 triliun per tahun.
Belum lagi Pertamina juga harus membangun infrastruktur migas, menyalurkan Elpiji 3 kg, BBM subsidi, dan sebagainya. Begitu banyak tugas yang dibebankan pada Pertamina.