news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengusaha Hotel Mengeluh Keuntungannya Tergerus Travel Online

13 November 2017 18:31 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hotel El Royale Banyuwangi (Foto: Nur Syarifah Sa'diyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hotel El Royale Banyuwangi (Foto: Nur Syarifah Sa'diyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Berkembangnya era digitalisasi memaksa beberapa sektor industri melakukan perubahan. Salah satunya adalah sektor perhotelan dan pariwisata, yang kini dituntut memberikan pelayanan efisien dengan pemesanan secara online.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengaku saat ini masyarakat lebih memanfaatkan teknologi digital dibandingkan datang langsung melakukan pemesanan hotel. Hal tersebut pun mendongkrak keuntungan dari Online Travel agency (OTA).
"(Komisi) OTA ini besar juga, rangenya bisa antara 20-30%," kata Hariyadi, dalam acara konferensi pers The Hotel Week Indonesia, di Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (13/11).
Hariyadi mengakui jika perkembangan online travel telah membantu tingkat okupansi industri perhotelan. Namun, dia menilai semakin banyaknya orang yang menggunakan jasa travel online telah merugikan kepada pemilik hotel.
Sebab, banyaknya masyarakat yang melakukan pemesanan melalui online membuat para agent travel meminta keuntungan yang lebih tinggi. Sehingga kondisi ini yang akhirnya menggerus keuntungan para operator hotel.
ADVERTISEMENT
"Mengenai masalah digital, sharing ekonomi berapa yang menyedot hotel konvensional? Hal lain yang sedang kami hadapi adalah OTA, di satu sisi online travel ini sangat membantu," ujarnya.
Hariyadi bercerita selain tergerusnya keuntungan disebabkan kehadiran OTA, tantangan hotel konvensional cukup berat karena kurangnya tenaga kerja terlatih.
"Sekarang yang jadi masalah OTA seperti robot. Karena semuanya dengan sistem atau online. Di mana semua mengaturnya dengan sistem," ujarnya.