Sektor Ritel Berguguran, Sri Mulyani Yakin Disebabkan Era Digitalisasi

24 Oktober 2017 11:22 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskon cuci gudang Lotus Sarinah. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskon cuci gudang Lotus Sarinah. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sektor ritel sepanjang tahun ini sepertinya benar-benar terpukul. Setelah 7-Eleven gulung tikar dan ritel modern Matahari mengumumkan menutup beberapa gerainya, kini giliran Lotus Departemen Store yang juga tumbang. Lotus akan menutup seluruh gerainya di Indonesia pada akhir bulan ini.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut menjadi perhatian khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, ritel merupakan salah satu sektor strategis karena berkaitan langsung dengan konsumsi kebutuhan masyarakat.
Namun, Sri Mulyani masih meyakini kondisi banyaknya ritel yang menutup gerainya karena ada peralihan pola ekonomi, dari offline menjadi online. Dia mengaku akan terus memantau perkembangan sektor ritel untuk mengetahui lebih jauh penyebabnya.
"Kita akan juga melihat kepada sektor lain, apakah mereka menghadapi tekanan atau perubahan karena adanya konsep digitalisasi ini," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (24/10).
Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan menyiapkan peraturan-peraturan untuk memonitor perubahan perekonomian yang disebabkan era digitalisasi. Di mana era digitalisasi ini berdampak pada pergeseran pola belanja konsumen.
ADVERTISEMENT
"Kita akan terus memonitor perubahan dari perekonomian diakibatkan suatu era digitalisasi. Jadi dalam hal ini, adanya ritel yang berubah bentuknya ataukah ritel secara fisik tutup lalu pindah ke online. Atau memang yang awalnya online, semuanya menjadi satu perhatian kita," ujarnya.
Menurut Sri, tutupnya beberapa ritel belakangan ini karena ada indikasi pergeseran daya beli masyarakat dari offline ke online. Sebab, berdasarkan laporan keuangannya penerimaan negara, perpajakan untuk industri ritel justru mengalami peningkatan.
"Kalau kita lihat dari sisi penerimaan perpajakan sampai September lalu, untuk ritel, PPN kita meningkat. Jadi mungkin ada perubahan dalam hal ini," katanya.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sektor ritel sudah lesu sejak Juni 2016 hingga Juni 2017. Pertumbuhan negatif industri ritel dilaporkan terjadi di dua daerah, yaitu DKI Jakarta sebesar -1,5% dan Sumatera Utara -1,5%.
ADVERTISEMENT
Adapun pertumbuhan industri ritel secara keseluruhan pada kuartal II-2017 hanya mencapai 3,7%, turun dibandingkan kuartal I tahun ini sebesar 3,9%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kuartal I-2016, industri ritel mampu tumbuh 11,3%. Sementara pertumbuhan di kuartal II-2016 sebesar 9,2%.