Strategi Sri Mulyani Agar Jumlah Kelas Menengah di RI Meningkat

4 Desember 2017 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat kelas menengah Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat kelas menengah Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Dunia merilis data jumlah kelas menengah di Indonesia sepanjang 2016 masih berkisar 20% dari total jumlah penduduk Indonesia. Indikator kelas menengah sendiri adalah mereka yang berpenghasilan Rp 1,2 juta hingga Rp 6 juta per orang per bulan.
ADVERTISEMENT
Sementara data orang yang berada dalam kategori miskin sebanyak 35%, dengan indikator penghasilan di bawah Rp 350 ribu dan masyarakat yang berada di tengah-tengah kategori kelas menengah dengan miskin sebanyak 35%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia perlu ditingkatkan. Dia berkomitmen agar mereka yang berada di kategori miskin dan rentan miskin bisa naik menjadi kelas menengah.
Menurut Sri Mulyani, untuk mewujudkan hal tersebut yang harus dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kualitas pendidikan baik dengan meningkatkan kualitas guru, maupun fasilitas penunjang lainnya.
“Pendidikan menjadi salah satu cara meningkatkan jumlah kelas menengah, meningkatkan kualitas pendidikan menjadi sangat penting,” kata Sri Mulyani di Soehana Hall, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin (4/12).
ADVERTISEMENT
Dia mengungkapkan dalam APBN sebesar 20% porsi anggaran diperuntukkan untuk pendidikan. Ketika pemerintah pusat sudah menganggarkan anggaran pendidikan yang besar, dia meminta daerah berkomitmen memperbaiki kualitas pendidikan.
“Jadi diperlukan komitmen daerah untuk bisa memperbaiki pendidikan, apakah itu kabupaten, kota dan provinsi karena itu menyangkut dari SD, SMP, SMA,” bebernya.
Menurut Sri Mulyani, kebijakan meningkatkan kelas menengah itu diperlukan lantaran karena merka dinilai menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Sebab kelas menengah banyak menyumbang di bidang perpajakan, penyerapan tenaga kerja, hingga konsumsi.