Hidup adalah Kenekatan-kenekatan

Anggi Afriansyah
Terus belajar mencintai Indonesia. Berkisah tentang hidup sehari-hari.
Konten dari Pengguna
14 Juli 2017 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Afriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hidup adalah tentang kenekatan-kenekatan. Itulah yang saya rasakan juga saya lihat dari orang-orang sekitar saya yang berhasil mewujudkan mimpinya.
ADVERTISEMENT
Saya kenal beberapa diantara orang-orang nekat tersebut. Tersebutlah teman saya paling nekat. Sebut saja Mas Ono. Di antara orang-orang neka dialah yang saya kira paling gila, paling nekat.
Saya belajar banyak sama orang nekat satu ini. Kalau bisa dibilang nekat sama dengan dirinya. Pokoknya banyak kisah dan pelajaran unuk yang bisa saya petik dari hidupnya yang ajaib itu. Pandangan hidupnya yang ajaib juga mimpi dan optimisme dalam setiap langkah adalah sesuatu keren menurut saya.
Tahun lalu ia bercerita. Saya bosen nih di kantor aja, Saya mau ke luar negeri. Ia bicara dengan mimik serius. Saya cuma bisa ngakak kencang sambil berteriak aamiin keras-keras. Saya tertawa karena ucapan itu disampaikan orang yang seumur-umur belum ke luar negeri, ga punya paspor, dan kemampuan bahasa Inggrisnya super minim (sama seperti saya). Di antara teman sekantor memang kami berdua orang yang paling minim kemampuan bahasa Inggrisnya dan perjalanan luar negeri.
ADVERTISEMENT
Tapi ya karena nekat itu, impiannya tercapai. Saya agak lupa, tapi di salah satu novelnya Andrea Hirata pernah menulis, bermimpilah Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita. Orangtua saya selalu bilang, ucapan adalah doa. Maka berucap yang baik-baik aja. Nah ini kejadian sama Mas Ono yang ajaib ini. Ucapannya ingin pergi ke luar negeri ini tercapai.
Ia berangkat ke Belgia karena papernya diterima di salah satu konferensi internasional. Impiannya terwujud, bukan sekadar pergi ke negara di sekitar Asia atau Australia tapi Eropa. Ajaib memang. Ketika ia mengumumkan papernya diterima, saya cuma bisa bengong, geleng-geleng sambil mengucap selamat. Ini orang memang gila.
Ia pun bekerja keras untuk mencari bantuan dana. Ke Eropa bukan perkara mudah. Dan akhirnya ia pun didanai kantor. Dan sampai tulisan ini saya buat, sudah berhasil mempresentasikan papernya. Gila. Doa saya dulu cuma singkat. Semoga ia lancar dan ga nyasar. Dan ia baru saja telpon dengan tertawa terbahak-bahak menceritakan proses keberangkatan sampai menemukan hotel dan presentasi di depan bule-bule.
ADVERTISEMENT
Kenekatan-kenekatan memang salah satu keberhasilan hidup. Saya yakin kita pernah sesekali nekat dalam hidup. Tapi memang tensi nekat satu orang dengan lain pasti berbeda-beda. Boleh nekat untuk resign ketika belum ada pekerjaan apa-apa, nekat melamar pujaan hati meski (baru) punya cinta, nekat beli rumah meskipun gaji pas-pasan, nekat menikah dengan uang seadanya, dan nekat-nekat lainnya.
Orang nekat biasanya berlangkah-langkah lebih maju dibanding yang selalu ragu. Kebanyakan mempertimbangkan sesuatu hanya membuat kita berjalan di tempat. Bukankah kata orang bijak, "jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu menyerah semuanya selesai". Dari pada di ujung waktu ketika teman-teman kita yang lebih nekat sudah sukses dan bahagia, kita cuma bisa meratapi nasib dan menyesal. Kenapa kemarin saya kurang nekat. Ayo kita nekat.
ADVERTISEMENT