Semakin Banyak Jalan, Semakin Banyak Belajar

Anggi Afriansyah
Terus belajar mencintai Indonesia. Berkisah tentang hidup sehari-hari.
Konten dari Pengguna
17 April 2018 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Afriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Semakin Banyak Jalan, Semakin Banyak Belajar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
foto: bersama Pak Suwarman, dokumentasi pribadi (2018)
Setiap turun lapangan untuk penelitian, selalu ada yang bisa dipelajari. Bertemu dengan beragam kalangan masyarakat adalah pembelajaran terbaik dalam hidup. Tahun ini fokus penelitian yang saya ikuti mengenai pendidikan vokasi dan kebutuhan dunia kerja, khususnya terkait digitalisasi. Fokus pada dua bidang kelautan dan perikanan serta peternakan. Dua hal yang begitu baru, begitu menggairahkan. Di Jogja kemarin saya bertemu dengan beragam orang yang memang berhati nyaman. Mudah tersenyum, hangat menyapa, dan enak diajak ngobrol. Jogja memang berhati nyaman. Jogja yang selama ini fokus pada pembangunan wilayah utara yang 'among tani' sekarang mulai memperhatikan wilayah selatan 'dagang layar'. Ada dua wawancara yang begitu menarik hati. Wawancara dengan Pak Suwarman Partosuwiryo (silakan cari di google) dan Pak Wamin (juga silakan cari digoogle). Dua orang keren ini kami temui secara 'tidak sengaja'. Pak Suwarman adalah Kepala Bidang Perikatan Provinsi DIY yang menghabiskan waktunya untuk kemajuan kelautan dan perikanan DIY. Ia berdinas sejak tahun 1982 dan sampai saat ini sudah menulis 24 buku, iya dua puluh empat buku. Pencapaian yang luar biasa. Karyanya sekitar perikanan dan kelautan baik yang serius (akademik) ataupun terkait buku-buku teknis seperti cara memancing, budidaya ikan dll. Ia paham sejarah mengenai nelayan yang ada di Jogja dan sudah membukukannya. Disertasinya di UGM sudah dibukukan dengan judul Pranata Mangsa Penangkapan ikan. Sosok kedua, Pak Wamin, disebut Harian Kompas sebagai Mbahnya nelayan Jogja. Sebutan itu tak berlebihan. Ia datang dari Cilacap dan banyak melatih nelayan-nelayan. Sebab masyarakat Jogja bukanlah masyarakat nelayan. Ia masuk ke Jogja tahun 82 dan mulai mengajak masyarakat untuk melaut. Mendidik mereka agar juga berani mengoptimalkan laut selatan yang potensial. Kami tak sengaja bertemu dengannya. Ketika observasi di pelabuhan sanden, sambil memesan kopi dan camilan ringan, kami ngobrol dengan para mekanik kapal yang sedang istirahat. Dari obrolan ringan itu mereka bilang, kalau mau tahu tentang Sadeng yang punya warung ini yang paling pertama menghuni Sadeng. Dan dilalahnya Pak Wamin ada. Kami pun belajar banyak tentang sejarah Sadeng juga problema kelautan di Jogja. Di usianya yang sangat sepuh ia masih gagah dan sehat. Ada hal yang anggap menarik. Kata dia, obat mabuk laut itu satu, berenang. Jadi ketika ia melatih mereka yang tak biasa melaut, dan ada yang mabuk, maka ia mengikat orang yang mabuk tersebut dan diceburkanlah ke laut untuk berenang. Maka mabuk laut akan selesai.
Semakin Banyak Jalan, Semakin Banyak Belajar (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: ngobrola asyik dengan Pak Wamin, Embahnya Nelayan Jogja, dokumentasi pribadi (2018) Betul kata orang bijak, semakin kita banyak berjalan maka semakin banyak kita belajar. Kita harus banyak ngangsu kaweruh. Semakin banyak kita menghargai hidup. Dan juga semakin menyadari betapa ilmu kita bagaikan buih di lautan. Bahwa ilmu kehidupan itu terserak di mana-mana. Bahwa apalah kita ini.
ADVERTISEMENT