Hikayat Liong Bulan Bikin Bima Arya Turun Tangan

21 November 2017 6:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berita Kopi Liong Bulan tutup di Radar Bogor (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Berita Kopi Liong Bulan tutup di Radar Bogor (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Akhir pekan lalu, pecinta Liong Bulan, kopi khas Bogor, dikagetkan dengan kabar tutupnya toko kopi berlogo bulan sabit dan naga tersebut. Bermula dari sebuah artikel di halaman utama Radar Bogor, Sabtu (18/11), berjudul “Berproduksi Sejak 1945, Kopi Liong Bulan Tutup” yang difoto dan diunggah netizen ke media sosial, kabar tersebut beredar cepat.
ADVERTISEMENT
Seperti disebut Radar Bogor, Liong Bulan bukan kopi kelas premium, melainkan kopi hitam “biasa” yang kerap dijual di warung-warung kopi pinggir jalan. Dengan kata lain, ini kopi rakyat jelata, tapi digemari berbagai kalangan.
Konsumen Liong tak terbatas masyarakat ekonomi menengah dan bawah kota Bogor, melainkan pekerja kantoran di Jakarta--yang beberapa di antaranya, terutama yang berasal dari Bogor, sengaja membawa dan menyetok kopi ini di laci meja kerja mereka.
Tak heran bila penikmat fanatik Liong Bulan amat terpukul mendengar kabar tutupnya toko kopi kesayangan mereka. Awang Satyana melalui akun Facebook-nya misal, mengungkapkan rasa dukacita dengan mengunggah tulisan berjudul “The End of the Legend”. Berikut petikannya:
Sebuah berita duka bagi saya dan banyak orang Bogor penggemar kopi Liong Bulan. Kopi legendaris ini tutup selamanya--tutup umur, setelah bertahan 72 tahun di kota Bogor.
ADVERTISEMENT
Lahir pada 1945, sekitar kemerdekaan Indonesia di dekat Pasar Anyar Bogor, di belakang bioskop Presiden yang telah mati lebih dari 20 tahun lalu, membuka toko di Jl. Pabaton sebelah Pasar Anyar, ia di sana sampai tutup umur sepuluh hari lalu.
Sang empunya, usianya pun sudah lanjut, 60-an tahun, nampak sering duduk saja merangkap sebagai kasir. Kadang-kadang saya ajak ngobrol soal kopi ini, tetapi tak responsif, wawancara pun tak terjadi. Dua perempuan muda bertugas menggiling biji kopi, menimbang kopi, melayani permintaan para pembeli yang banyak berdatangan.
Kopinya murah, Rp 12.500 per 1/4 kg. Maka masyarakat kelas bawah selalu ramai berdatangan dari pukul 9 sampai pukul 15 saat toko buka. Belakangan saya sering menemukan toko ini tutup dan ditempeli kertas: tutup, sakit. Dan toko sering libur berhari-hari. Hm... nampak ketidakgairahan berbisnis.
ADVERTISEMENT
Dan akhirnya pada 8 November 2017, sepuluh hari yang lalu, saya menemukan tulisan di depan tokonya: MULAI HARI INI KOPI LIONG BULAN TUTUP, UDAHAN.
………………..
Kopi Liong Bulan sudah dari kanak-kanak saya kenal. Saya berkawan dengan Sang Naga saja setelah mencicipi banyak kopi Nusantara dari Aceh ke Papua, bahkan luar Indonesia dari Eropa, Timur Tengah, sampai Amerika Selatan.
Memilih kopi bagi saya bukan sekadar rasa, tetapi harus ada perjalanan bersama, dan nostalgia.
Kini Sang Naga telah terbang ke Bulan dan tak kembali lagi. Saya harus mencari penggantinya. Sebab ratusan publikasi saya itu, di baliknya ada ribuan cangkir kopi, teman untuk berusaha terjaga.
Rest in peace the legend - Kopi Liong Bulan (1945-2017)
ADVERTISEMENT
Tulisan duka tersebut makin meramaikan kabar keruntuhan kopi Liong Bulan, yang lebih sering disebut masyarakat Bogor kopi “Liong” saja. Di kota hujan itu, Liong amat mudah ditemui, mulai di toko kelontong hingga warung-warung kopi.
Toko Kopi Liong Bogor Tutup Produksi (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko Kopi Liong Bogor Tutup Produksi (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
Kabar santer soal Liong memang bikin penasaran, dan memantik kami untuk menyambangi langsung toko kopi yang dibicarakan di Jalan Pabaton Nomor 2 Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (19/11). Saat itu, tulisan “PENGUMUMAN MULAI 8 NOV 2017 KOPI LIONG BULAN TUTUP/UDAHAN” tak lagi terpasang di jeruji besi pagar bergemboknya.
Ida, penjual makanan di sebelah toko tersebut mengatakan, bahwa toko tersebut tutup sejak beberapa minggu terakhir. “Memang udah nggak jualan lagi. Kenapa tutup, saya kurang tahu,” ujarnya.
Seorang lelaki yang sejak kecil mengetahui sepak terjang toko itu mengatakan, toko tersebut sudah tak beroperasi selama tiga minggu. Tapi, ujarnya, kopi Liong Bulan tak berhenti beroperasi atau tutup total. Hanya kopi gilingnya yang tidak lagi diproduksi.
ADVERTISEMENT
“Yang sachet pakai gula itu masih ada, masih dijual di agen-agen. Yang sedang diributin di media sosial itu sebenernya kopi gilingannya aja,” kata dia.
Kopi Liong Bulan versi sachet. (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kopi Liong Bulan versi sachet. (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
Toko kopi Liong di Pabaton tutup karena pemiliknya, yang kerap disapa “Si Bos” sakit. Namun Si Bos sakit apa, kabarnya simpang siur. Ada yang bilang darah tinggi, sakit lambung, hingga stroke.
“Ada juga yang bilang dia dioperasi,” ujar pria yang memiliki warung sekitar empat rumah dari toko kopi Liong Pabaton itu.
Ia mengatakan sempat berbincang dengan engkoh pemilik toko sebelum tutup. “Dia bilang ya mau tutup. Ini toko dipegang si anak dan menantu, generasi ketiga. Kalau orang tuanya sudah lama meninggal.”
Sebelum tutup, toko tersebut setiap harinya memproduksi gilingan kopi yang langsung dijual kepada para pembeli. Harganya cukup murah, hanya Rp 12.500 untuk 1/4 kilogram kopi bubuk. Bubuk kopi tersebut dikemas plastik bening berbungkus kertas.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk kopi Liong sachet dijual dengan harga Rp 500-1.000 per bungkus.
Menurut para pedagang di Bogor, aroma kopi Liong sangat wangi jika baru digiling.
“Kalau baru digiling terus diseduh pakai air panas, harum. Kopi Liong itu nyeduhnya harus pakai air panas mendidih. Kalau airnya tidak mendidih, ampasnya banyak, suka nggak turun (ke dasar gelas)” kata dia.
“Rasanya beda dengan kopi yang lain. Dia juga lebih harum wanginya,” ujar Fahmi, warga Bogor pecinta kopi Liong.
Senada, salah satu pedagang bernama Agus mengatakan kopi Liong Bulan memiliki aroma harum ketika diseduh.
Kopi Liong Bulan versi sachet. (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kopi Liong Bulan versi sachet. (Foto: Dwi Herlambang/kumparan)
Toko Bangkok Merdeka 89, salah satu agen penjual kopi Liong selain toko di Pabaton, mengatakan kopi Liong tidak berhenti berproduksi.
ADVERTISEMENT
“Kalau di sini jual kopi Liong bubuk. Kami jual yang bubuk, yang sudah di pak-pakin. Gak jual yang sachet,” ujar karyawan toko itu.
Keriuhan soal kopi Liong di media sosial membuat Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto turun tangan. Senin (20/11), di tiga akun media sosialnya sekaligus--Facebook, Twitter, dan Instagram, sang Wali Kota meredam keresahan warga Bogor yang khawatir kehilangan kopi Liong dambaan mereka.
Bima Arya menyambangi pabrik kopi Liong. (Foto: Instagram : @bimaaryasugiarto)
zoom-in-whitePerbesar
Bima Arya menyambangi pabrik kopi Liong. (Foto: Instagram : @bimaaryasugiarto)
Bima Arya langsung menyambangi pabrik kopi Liong di Jalan Bintang Mas, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Ia mengunggah fotonya di pabrik itu dengan pose menenteng dua renceng kopi Liong Bulan, disertai kabar gembira pada keterangan foto tersebut:
Kemarin beredar kabar tutupnya Kopi Liong Bulan yang didirikan oleh alm Linardi di Pasar Anyar tahun 60-an. Tadi saya mampir ke pabriknya ternyata masih eksis. Yang tutup adalah salah satu tokonya saja, karena pemiliknya sakit. Salam hangat untuk seluruh LIONGERS!
ADVERTISEMENT
Bima Arya bercerita kepada kumparan, “Saya terima banyak sekali WhatsApp dan DM (direct message) di Instagram, yang meminta Pemkot Bogor turun tangan selamatkan kopi Liong. Emosional sekali. Saya kaget dengan reaksi warga, jadi langsung saya lacak, mampir ke sini.”
Cuitan Bima Arya, disusul videonya merekam proses pengemasan kopi di pabrik Liong, sontak disambut bahagia dan langsung viral, ribuan kali dibagikan.
“Kami nggak pernah berhenti produksi. Pokoknya kopi Liong ada dan masih buka,” kata Lili, salah satu anggota keluarga pemilik pabrik kopi Liong, saat berbincang dengan kumparan di Nanggewer.
Jadi penikmat kopi Liong, jangan sedih lagi, ya!