Tragedi Vlada Dzyuba dan Kontroversi Model Dunia di Bawah Umur

2 November 2017 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vlada Dzyuba. (Foto: vk.com/v.dzyuba97)
zoom-in-whitePerbesar
Vlada Dzyuba. (Foto: vk.com/v.dzyuba97)
ADVERTISEMENT
Vlada Dzyuba baru berusia 14 tahun (hampir 15) ketika ia meninggal karena kelelahan akut dan meningitis kronis. Ia juga diduga mengalami septikemia, yakni keracunan akibat bakteri masuk ke aliran darah. Dzyuba, seperti dikutip Teen Vogue dari The Siberian Times, jatuh pingsan sebelum melenggang di catwalk. Ia koma dua hari, dan akhirnya tak tertolong.
ADVERTISEMENT
Dzyuba pingsan, Rabu (25/10), setelah bekerja 13 jam pada peragaan busana di Shanghai, China. Sempat dibawa ke rumah sakit dan dirawat intensif, ia meninggal Jumat (27/10).
Meski ESEE Model Management, agen Dzyuba di China, membantah memaksa perempuan muda itu bekerja terus-menerus, The Siberian Times melaporkan Dzyuba mestinya hanya bekerja tiga jam dalam seminggu selama menjalani tiga bulan kontrak untuk Shanghai Fashion Week 2017.
“Tak ada yang berharap semua itu berakibat fatal. Sekarang kami menuai apa yang kami tabur,” kata Elvira Zaitseva, kepala agen modeling yang menaungi Vlada di Perm, kota asalnya di Rusia, kepada Daily Mail.
Sang ibunda, Oksana Dzyuba, bercerita putrinya sempat menelepon, berkata, “Mama, aku amat lelah. Aku sangat ingin tidur.” Oksana menduga, itulah awal dari rasa sakit yang dirasa putrinya, yang diikuti oleh suhu tubuh Dzyuba yang melonjak.
ADVERTISEMENT
“Saya sendiri jadi tidak bisa tidur dan terus-menerus meneleponnya, meminta dia untuk pergi ke rumah sakit,” ujar Oksana. Ia belum lama ini melahirkan bayi perempuan, adik Dzyuba. Dan kini sang adik harus kehilangan satu kakaknya.
Hati Oksana retak. “Tak ada apapun dan siapapun yang dapat menggantikan kehilangan satu dari mereka (anak-anak). Saya tak percaya Vlada tak bersama kami. Aku sangat mencintaimu, gadisku.”
Vlada Dzyuba, model Rusia yang meninggal. (Foto: VK Vlada Dzyuba)
zoom-in-whitePerbesar
Vlada Dzyuba, model Rusia yang meninggal. (Foto: VK Vlada Dzyuba)
Dzyuba bukan satu-satunya model Rusia yang bekerja di China. Direktur Public Relations ESEE Michelle Chien menyatakan perusahaannya mengontrak sekitar 50 model asing, dan setengahnya berasal dari Rusia.
Sebagian besar dari mereka menandatangani kontrak kerja tiga bulan, dan diduga hanya memperoleh penghasilan 6,30 poundsterling per hari (bila dirupiahkan setara Rp 120.837). Uang tak seberapa itu disebut sebagai pendapatan bersih setelah dipotong biaya tiket pesawat, hotel, dan makanan.
ADVERTISEMENT
Dari 50 pekerja asing yang dimiliki ESEE saat ini, Zheng mengatakan hanya dua dari mereka yang berusia di bawah 16 tahun, termasuk Dzyuba.
Michelle menambahkan, China tak memiliki regulasi soal batas umur bagi model karena modeling dianggap sebagai kerja budaya dan “industri pengecualian”. Sehingga, ujarnya, “Tak masalah merekrut model di bawah umur.”
Sofia Mechetner. (Foto: Instagram @sofia_mechetner)
zoom-in-whitePerbesar
Sofia Mechetner. (Foto: Instagram @sofia_mechetner)
Dua tahun lalu, Juli 2015, ketika rumah mode Prancis, Dior, memilih model Israel berusia 14 tahun--seusia Dzyuba--untuk membuka gelaran adibusana mereka di Paris Fashion Week, publik gempar. Sang model bernama Sofia Mechetner, kini 16 tahun.
Mechetner sampai saat ini menjadi “wajah” Dior di dunia. Kontraknya dengan Dior diperbarui pada 2016, dan tahun 2017 ia menandatangani kontrak tambahan dengan Chanel, Marc Jacobs, Miu Miu, Alexander McQueen, Mugler, Stella McCartney, Sonia Rikel, Eli Saab, Karl Lagerfeld, serta Valentino.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan macam Mechetner bukan tak mungkin menjadi patokan bagi model-model muda lain dalam mengejar karier di panggung internasional--terlepas dari isu mempekerjakan anak di bawah umur yang selalu membayangi industri fesyen dunia.
Pula, model-model remaja itu kerap mesti berpose sensual layaknya orang dewasa. Hal tersebut, menurut model profesional Cara Delevingne dan Kate Moss, memiliki dampak emosional tak baik bagi perempuan-perempuan muda itu.
Wajah-wajah muda pada China Fashion Week. (Foto: STR/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Wajah-wajah muda pada China Fashion Week. (Foto: STR/AFP)
Business of Fashion mencatat, sejumlah negara telah mengeluarkan undang-undang untuk mengatur industri fesyen. Prancis dan Israel misalnya melarang agen-agen mempekerjakan model dengan indeks massa tubuh (body mass index; BMI) amat rendah--yang artinya: terlampau kurus.
Negara-negara lain seperti Denmark memilih menyusun pedoman untuk dilakukan sukarela, misalnya mengimbau agen-agen untuk mengoordinasi pemeriksaan kesehatan untuk model-model mereka.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, agen-agen modeling mestinya bertanggung jawab melindungi kepentingan model mereka saat bernegosiasi soal gaji dan kondisi kerja dengan klien mereka. Terlebih, banyak model rentan terhadap eksploitasi dan pelecehan seksual.
Sejumlah kelompok advokasi juga menyerukan undang-undang yang memberi sanksi agen atau lembaga yang mencuri atau memangkas kejam upah para model--hal yang mungkin tak baru dalam industri fesyen.
New York Fashion Week. (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
zoom-in-whitePerbesar
New York Fashion Week. (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
Regulasi di industri fesyen berbeda antara satu negara dengan lainnya. British Fashion Council misalnya melarang para model di bawah usia 16 tahun untuk mengikuti London Fashion Week. Sementara Council of Dashion Designers of America (CFDA) merekomendasikan aturan serupa di New York Fashion Week.
Sama seperti London Fashion Week, Copenhagen Fashion Week melarang penggunaan model di bawah 16 tahun. Perancang yang berpartisipasi dalam perhelatan itu harus menandatangani Dokumen Etik Fesyen Denmark yang di dalamnya memuat batasan umur tegas bagi model yang ikut peragaan, dengan pengecualian untuk busana anak.
Kate Moss. (Foto: Instagram @katemossagency)
zoom-in-whitePerbesar
Kate Moss. (Foto: Instagram @katemossagency)
Usia muda, betapapun, identik dengan industri fesyen yang menolak tua. Supermodel Inggris Kate Moss misalnya “ditemukan” di New York pada usia 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Kini pada usia 43 tahun, Moss menjadi satu contoh langka dari sejumlah model di atas 30 tahun yang masih dapat berkarier di industri fesyen internasional.
Lily-Rose Depp. (Foto: Instagram @lilyrose_depp)
zoom-in-whitePerbesar
Lily-Rose Depp. (Foto: Instagram @lilyrose_depp)
Lily-Rose Depp, putri aktor Amerika Johnny Depp dan penyanyi Prancis Vanessa Paradis, baru berusia 15 tahun saat memulai kariernya. Juli 2015, Lily melakukan debut dengan menjadi model untuk Chanel.
Penulis dan stylist Rosie Dalton dalam Catalogue Magazine memaparkan, menurut statistik yang dihimpun Aliansi Model dengan melakukan survei terhadap para model, sebanyak 54,7 persen model mulai bekerja pada umur 13-16. Sementara 64,1 persen diminta untuk mengurangi berat badan oleh agen mereka.
Selanjutnya, 68,3 persen model mengalami kegelisahan dan/atau depresi. Dan 29,7 persen mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Laras Sekar, model Indonesia. (Foto: Instagram/ @larasekar)
zoom-in-whitePerbesar
Laras Sekar, model Indonesia. (Foto: Instagram/ @larasekar)
Laras Sekar, model Indonesia yang berkarier di industri fesyen internasional, mengatakan karier modeling di Eropa memang dimulai sedari dini. Hal itu ia singgung dalam wawancaranya dengan VOA Indonesia, akhir Juli 2017.
Dalam artikel berjudul “Kisah Laras Sekar, Model Indonesia yang Mendunia”, Laras menyebut karier internasionalnya yang dimulai pada usia 18 tahun, usai ia lulus SMA, sebetulnya tergolong terlambat.
“Aku termasuk new face yang paling tua. Rata-rata mereka di Eropa memulai karier modeling semuda mungkin. Bahkan 13 tahun sudah mulai,” ujar Laras.
Ia, yang kini berusia 19 tahun, mengidolakan Kate Moss, sang model profesional yang memulai kariernya sejak 14 tahun.
Laras lantas membeberkan perbedaan antara industri fesyen di dalam negeri dengan luar negeri. Bila di Eropa ribuan model harus mengikuti casting lebih dulu sebelum terpilih mengikuti peragaan busana, di Indonesia tidak demikian.
ADVERTISEMENT
“Di Indonesia kebanyakan (lewat) direct booking, sedangkan di (luar negeri) datang casting, bertemu klien, dan harus menunggu lama untuk ketemu mereka,” ujar Laras.
Hal tersebut terang membuat profesi model di Eropa “lebih menantang” dan karenanya, kata Laras, “harus kuat mental… harus benar-benar menjaga badan, harus punya good attitude.”
Laras yang melenggang di runway Yves Saint Laurent pada Paris Fashion Week Maret 2017 mengingatkan, jangan salah sangka dan mencampuradukkan modeling dengan kontes kecantikan, karena keduanya jelas berbeda.
Apapun, kerja keras itu bagi Laras terbayar sepadan, karena ia melakukannya dari hati. Plus, menurut dia, ada banyak hal menarik dengan menjadi seorang model.
ADVERTISEMENT
“Saya punya kesempatan untuk bertemu banyak orang, pergi ke negara lain. Dan yang paling menyenangkan adalah, bisa memakai pakaian paling indah, mahal, glamor. Juga dapat menjadi yang pertama mengenakan busana, sepatu, dan aksesoris dari desainer hebat,” ujar Laras kepada Models Rhythm, November 2016.
Paris Fashion Week. (Foto: Instagram @parisfashionweek)
zoom-in-whitePerbesar
Paris Fashion Week. (Foto: Instagram @parisfashionweek)
Pada akhirnya, mungkin, semua tentang pilihan. Dan industri mode dunia yang--seperti disebut ESEE Model Management--dianggap “aktivitas budaya” sehingga tak menyebut para pekerjanya sebagai “buruh”, adalah dunia tersendiri yang tak otomatis tersentuh regulasi internasional, termasuk soal batas umur bagi para modelnya.