Ketika bilang 'jangan' pada si Kecil

Anggie Ghoniarachmandita
working or full time mom, it doesn't matter. as long as you happy with your choice
Konten dari Pengguna
5 Januari 2017 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggie Ghoniarachmandita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ketika anak bayi sudah mulai besar, mulai cerewet, banyak tingkah dan banyak mau, disitulah seorang Ibu akan pusing tujuh keliling, kesabaran diuji penuh dan belajar untuk nahan emosi.
ADVERTISEMENT
dan saya sedang mengalami tahapan ini. luar biasa rasanya. karena objek yang dihadapi itu anak bayi, yang notabene masih dibawah 3 tahun. dimana mereka sedang asik-asiknya bereksplorasi dan rasa penasaran yang tinggi, semua pengen dicoba. kebayangkan rasa khawatirnya gimana kalau pas anak bayi minta atau sedang (tiba-tiba) manjat meja trus berdiri atau pegang benda berat, atau tiba-tiba nanya sesuatu yang saya belum bisa jawab dan lain sebagainya.
nah, kita sebagai orang tua pasti akan refleks bilang “jangan begitu, nanti kamu jatoh..” atau “jangan angkat itu berat, nanti kena kaki..” atau “ga boleh” “tidak” dan kata-kata larangan lainnya. saya pun masih sering menggunakan kata-kata itu. padalah sebenarnya kita bisa pakai kata lain lho.
ADVERTISEMENT
di acara @buibuksocmed bersama Ibu Najelaa Shihab yang membahas tentang Cerdas Digital, dijelaskan juga gimana caranya agar orang tua bisa mengganti kata “jangan”, “tidak”, “ga boleh” dengan makna yang lebih positif dan bisa menstimulus kreatifitas anak juga. menurut Ibu Najelaa Shihab kalimat ini bisa dijadikan alternatif kata ganti untuk kata larangan:
Iya nanti
daripada langsung menolak, lebih baik pakai kalimat ‘iya nanti’, bisa jadi salah satu alternatif untuk berkomunikasi dengan si Kecil saat dia meminta sesuatu yang belum bisa cepat diberikan oleh kita. misalnya “iya nanti kita berenang ya kalau sudah sembuh” atau “iya nanti kita beli es krim kalau pas lagi pergi keluar rumah ya” dan lainnya. terdengar lebih positif kan, dan terkesan seperti ‘janji’ yang memang harus ditepati oleh Bunda saat waktunya tepat.
ADVERTISEMENT
Aku akan pikirkan nanti
ada kalanya kita kehabisan akal atau jawaban untuk semua pertanyaan dan permintaan si Kecil, dan tak jarang bisa kelepasan marah. bila kita tak tahu harus bicara apa, coba diam sejenak, tarik napas dan bilang “oke, coba Bunda pikirkan dulu ya. nanti pulang kerja Bunda akan kasih jawaban boleh atau tidaknya.” secara tidak langsung, kita sebagai orang tua juga mengajarkan disiplin, proses berfikir dan melatih kesabaran si Kecil.
Yakinkan aku
bila Bunda masih belum bisa menyetujui keinginan si Kecil, selanjutnya yang bisa Bunda lakukan adalah “coba yakinkan Bunda kenapa kamu pengen banget sama ‘sesuatu’ itu? manfaat apa yang kamu dapat dari situ? apa untungnya buat Bunda?” dan lainnya. secara tidak langsung Bunda menstimulus si Kecil untuk belajar berfikir dan membuat story telling tentang manfaat dari kebutuhannya itu. biarkan si Kecil menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan mereka tentang benda tersebut kepada Bunda.
ADVERTISEMENT
walaupun ujungnya kita tetap menolak permintaan si Kecil, setidaknya kita sudah menstimulus mereka untuk belajar bernegosiasi, diskusi dan berfikir untuk mencapai tujuannya tersebut.
jadi, tidak perlu marah-marah atau langsung menolak dengan “jangan, tidak dan ga boleh” lagi, tapi bisa coba alternatif lain yang lebih positif.
saya pun masih banyak belajar untuk menjadi Ibu yang baik itu seperti apa, karena setiap Ibu dan Anak itu unik, tidak ada yang sama. dan sebenarnya proses belajar itu didapat dari Ibu dan Anak itu sendiri. yang menjadi seru adalah moment saat seorang Ibu bisa saling berbagi dengan Ibu-Ibu yang lainnya. karena itulah seninya menjadi Ibu. sharing is caring