Menggerus Sinisme Sepak Bola Bertahan

anggit bahar
bangkupenonton's
Konten dari Pengguna
15 Desember 2017 9:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari anggit bahar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menggerus Sinisme Sepak Bola Bertahan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sinisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan dengan pandangan atau pernyataan sikap yang mengejek atau memandang rendah. Hal yang jamak ditemui dalam beberapa problematika sehari-hari, tak terkecuali sepak bola. Ada semacam sinisme yang begitu kuat terpatri dalam benak penggemar sepak bola sejak dahulu. Berkaitan dengan taktik bermain, bertahan merupakan taktik terburuk yang sebisa mungkin mereka hindari untuk ditonton. Terlebih, jika tim yang memainkan taktik bertahan tersebut memenangkan pertandingan. Lengkap sudah sumpah serapah yang akan dikeluarkan pemuja taktik menyerang, lawan dari taktik bertahan yang sering mereka sebut sebagai permainan yang menghibur. Seburuk itukah taktik serta permainan bertahan? Sebenarnya tak buruk-buruk amat. Toh, taktik bertahan yang menghasilkan kemenangan, bahkan trofi juga sudah banyak cerita yang timbul ke permukaan. Sebelumnya, mungkin kita sama-sama perlu kembali menilik, hakikat kemenangan dalam sepak bola sebenarnya seperti apa? Siapa yang bermain lebih indah? Tentu bukan, akan sangat subjektif bila kemenangan diartikan dengan permainan yang indah nan menghibur. Kemenangan dalam sepak bola adalah ia yang mampu mencetak gol lebih banyak dari lawannya. Sudah. Tak perlu embel-embel bermain indah, bermain atraktif, ataupun menghibur. Boleh dikatakan, cara yang harus dilakukan hanya ada dua: menyerang dari sisi manapun untuk menciptakan banyak gol, dan/atau mengumpulkan lebih banyak pemain di garis pertahanan agar tidak kemasukan gol. Dan/atau yang merujuk pada frasa sebelumnya patut digarisbawahi, sebab jika hanya menggunakan salah satu, bukan tidak mungkin kemenangan yang mereka cari bisa dicuri oleh tim lawan. Semua itu sepertinya belum cukup jika belum ada bukti yang akurat.
ADVERTISEMENT
Pada level klub, penampilan Chelsea pada final Liga Champions tahun 2012 menjadi satu bukti tak terbantahkan. Kala itu, Bayern Munchen selaku lawan sekaligus tuan rumah (final berlangsung di Allianz Arena) mendominasi sepanjang laga. Tercatat, 26 peluang berhasil diciptakan. Berbanding terbalik dengan Chelsea yang hanya mampu mencatat 7 peluang. Hasilnya sungguh di luar dugaan, Chelsea mampu mempermalukan tuan rumah lewat drama adu penalti, setelah bermain imbang 1-1 di 120 menit. Semua permainan agresif Bayern sepanjang laga tak berarti dan tak menghasilkan apapun, karena toh yang akhirnya mendapatkan trofi adalah Chelsea. Lebih ngeri lagi, sebelum menapak ke final, Chelsea harus berhadapan dengan Barcelona, sang ahli penguasaan bola plus permainan menyerang. Tak tanggung-tanggung, pada leg kedua yang dilangsungkan di Camp Nou, Barca menggunakan formasi 3-3-4, guna mengejar defisit gol setelah kalah 0-1 di laga pertama. Sepanjang laga, Chelsea tak ubahnya seperti anak ayam yang berada dalam kurungan. Barca terus menekan sepanjang laga, terlebih dengan menempatkan empat penyerang. Namun, Barca hanya mampu mencetak dua gol, yang justru juga berhasil dibalas dua gol oleh Chelsea. Alhasil, Chelsea berhak melenggang ke final. Jika kedua contoh di atas masih belum cukup, Yunani punya cerita sendiri di level tim nasional. Lewat pertahanan rapat dan serangan balik yang efektif, negeri seribu dewa ini mampu menggondol trofi Piala Eropa, yang tak satupun bandar taruhan memperkirakan hal tersebut. Ini adalah contoh paling sahih untuk menafsirkan betapa bergunanya bermain bertahan dalam sepak bola.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya permainan bertahan diberikan sedikit tempat untuk dijadikan hiburan. Tak melulu dengan akurasi umpan tingkat tinggi, kecepatan berlari untuk memposisikan ruang, maupun aliran bola dari kaki ke kaki. Cobalah untuk sedikit menikmati, bagaimana seorang pemain bertahan mampu menutup ruang gerak penyerang, berhadapan satu lawan satu untuk kemudian melakukan tekel bersih, ataupun bagaimana seorang gelandang bertahan dengan cekatan memotong setiap umpan sebelum masuk ke area pertahanan sendiri. Di situ lah nanti Anda akan menemukan kenikmatan lain dalam sebuah taktik bertahan untuk ditonton.
Sebenarnya, sah-sah saja untuk menggandrungi permainan menyerang, wong saya saja juga tidak munafik kok, kalau permainan menyerang itu menghibur dan sedap untuk ditonton. Namun, yang tidak perlu adalah terus menghujat permainan bertahan yang menang melawan tim dengan filosofi bermain menyerang. Tidak perlu untuk menggerutu, seolah bermain menyerang adalah satu-satunya cara untuk menang. Mereka yang menang dengan cara bertahan hanyalah menerapkan konsep dasar bermain sepak bola untuk meraih kemenangan seperti yang sudah disinggung di awal, yaitu dengan mengumpulkan pemain di area sendiri agar tak kemasukan gol. Sekaligus memanfaatkan kelengahan lawan yang tak menerapkannya, biasanya kurang disiplin bertahan ketika asyik menyerang.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, sebuah kompetisi pasti akan menghasilkan pemenang, dan pemenang adalah ia yang paling banyak mengoleksi kemenangan, bukan ia yang paling sering bermain menyerang. Jadi, kalau masih kekeh dengan pendirian sepak bola menyerang adalah yang berhak menang, silakan mencari kompetisi yang berasaskan filosofi tersebut.
Selamat mencari!
sumber gambar: uefa.com