Perjalanan Cita-citaku, Passion atau Takdir?

Anggita Aprilyani
Chef gagal yang sekarang jadi jurnalis.
Konten dari Pengguna
31 Mei 2018 21:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggita Aprilyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menunda pekerjaan (Foto: Flickr/Aysia Melady)
zoom-in-whitePerbesar
Menunda pekerjaan (Foto: Flickr/Aysia Melady)
ADVERTISEMENT
Aku terlahir dari keluarga yang cukup, enggak berlebihan dan enggak kekurangan juga. Dari kecil aku diwajibkan untuk bersekolah di negeri.
ADVERTISEMENT
Kalau kata mama "Kamu masuk negeri atau enggak usah sekolah sama sekali."
Ya, apa boleh buat aku harus belajar dan berusaha untuk mencapai hal itu biarpun itu bukan sekolah unggulan. Karena mungkin sekolah negeri lebih murah dibandingkan swasta.
Berjalannya waktu, aku ditanya besar punya cita-cita jadi apa? Waktu SD aku jawab layaknya anak pada umumnya yaitu guru.
SMP masih dengan pertanyaan yang sama lalu aku menjawab "Wartawan."
SMA pun masih ditanya pertanyaan yang sama, tapi kali itu aku enggak bisa menjawab karena masih bingung. Mau jadi apa aku sebenarnya?
Setelah dengan berbagai alasan, aku memutuskan untuk kuliah di suatu universitas swasta dan mengambi jurusan perhotelan dengan niatan ingin menjadi koki.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, aku kenal dengan seseorang dari dunia entertaiment dan sering ikut dan melihat timnya bekerja, ya jujur aja saat itu aku merasa "Ah, ini passion-ku nih."
Sampai akhirnya, aku lulus kuliah dan mencoba untuk bekerja di bidang yang sama dengan kuliahku. Sempat bekerja 1 tahun di hotel sambil magang dan saat itu aku bekerja di perusahaan roti yang bisa dibilang besar.
Aku masih meyakinkan diriku kalau aku bisa kerja di bidang itu. Nyatanya aku hanya bertahan 6 bulan. Aku masih penasaran dengan apa passion ku sebenarnya.
Setelah 3 hari aku resign aku mendapatkan kepercayaan dari artis baru untuk menjadi seorang Artist and Repertoire. Bukan enggak bisa, buat yang mau masuk ke dunia musik, percayalah biaya promosi 3 kali lipat dari biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Produserku selalu mementahkan semua ideku yang sudah disusun, dengan alasan kita membutuhkan income. Ya, jadi manajer artis itu enggak gampang. Apalagi aku harus mengurus semuanya sendiri, mulai dari media sosialnya hingga tetek bengek untuk dia manggung.
Setelah bekerja selama 1 tahun 6 bulan, aku memutuskan untuk resign dan mencoba melamar kerja di kumparan dan akhirnya diterima.
Dari seluruh pengalaman yang aku jalani, aku menyadari kalau passion itu bisa datang tiba-tiba. Jangan memutuskan semuanya terlalu cepat sebelum kalian menjalaninya.
Kadang manusia itu, setiap apa yang mereka sukai langsung mereka klaim sebagai passion. Bukankah seharusnya kita mencoba dulu hal baru?
Apakah passion hanya bisa dalam satu bidang? Lalu apa bedanya passion dan kesukaan?
ADVERTISEMENT
Dan ku jalani sekarang ternyata passion itu bisa timbul karena tekun mengejar suatu hal dan passion bisa timbul karena kita suka, kesukaan belum tentu passion. iya enggak sih? hahah
Dan satu keinginan ku yang belum tercapai, aku masih mau sukses di bidang manajemen artis untuk membantu artis baru, karena dengan aku membantu artis baru aku bisa belajar semuanya dari nol.
Dan aku bersyukur Allah memberi kesempatan untuk aku bisa merasakan semua cita-cita yang aku idamkan semenjak SMP sampai kuliah.
Percayalah jalan pilihan Allah itu lebih baik dan kita enggak ada yang pernah tahu bagaimana ke depannya.