Konten dari Pengguna

Transformasi Pendidikan Pasca Pandemi melalui Blended Learning dan Literasi

Anggita Indy Diananza
Anggita Indy Diananza - Prodi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Mahasiswi aktif di Universitas Pamulang
15 Mei 2025 16:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggita Indy Diananza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 telah menjadi titik balik yang mendorong terjadinya transformasi pendidikan di berbagai jenjang. Dalam situasi krisis tersebut, teknologi pendidikan hadir sebagai solusi utama untuk menjamin keberlanjutan proses belajar mengajar, sekaligus menandai awal perubahan paradigma dalam sistem pembelajaran nasional. Memasuki fase pendidikan pasca pandemi, berbagai institusi mulai model blended learning yang menggabungkan pembelajaran daring dan luring guna menyesuaikan dengan tuntutan zaman serta memperluas akses pendidikan. Bagi mahasiswa pasca pandemi, pola belajar ini menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi, termasuk dalam hal penguasaan literasi digital. Dalam konteks ini, efektivitas mahasiswa dan pembelajaran daring menjadi indikator penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang lebih fleksibel, inklusif, dan berorientasi masa depan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pembelajaran digital di kelas modern, di mana siswa menggunakan perangkat teknologi untuk mendukung proses belajar yang interaktif dan berbasis data. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembelajaran digital di kelas modern, di mana siswa menggunakan perangkat teknologi untuk mendukung proses belajar yang interaktif dan berbasis data. Sumber: Pixabay.com
Seiring berjalannya waktu, dunia pendidikan di Indonesia mulai mengenal dan menerapkan sistem blended learning, yaitu model pembelajaran yang menggabungkan metode daring dan tatap muka. Pada awalnya, pendekatan ini dianggap sebagai solusi darurat, namun seiring waktu terbukti bahwa blended learning mampu menghadirkan proses belajar yang lebih fleksibel, efektif, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Melalui pendekatan ini, peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran secara daring kapan pun dan di mana pun, sehingga memungkinkan mereka untuk belajar dengan ritme dan gaya masing-masing. Di sisi lain, pertemuan tatap muka tetap dipertahankan untuk mendukung interaksi sosial, pembentukan karakter, serta bimbingan langsung antara guru dan siswa.
Beragam platform digital seperti Zoom, Google Classroom, Microsoft Teams, dan Learning Management System (LMS) kini telah terintegrasi dalam rutinitas pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan. Kehadiran teknologi ini tidak hanya mempermudah proses penyampaian materi ajar, tetapi juga memperkaya bentuk interaksi dalam pembelajaran melalui media seperti video edukatif, kuis daring, forum diskusi, serta proyek kolaborasi antarwilayah. Pendekatan blended learning memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk merasakan pengalaman belajar yang lebih personal, aktif, dan relevan dengan dinamika pendidikan masa kini. Di sisi lain, guru pun memperoleh keleluasaan dalam mengembangkan metode pengajaran yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun konteks lingkungan belajar mereka.
ADVERTISEMENT
Namun keberhasilan blended learning sangat ditentukan oleh tingkat literasi digital seluruh komponen pendidikan, baik pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga mencakup pemahaman kritis terhadap informasi digital, etika dalam penggunaan internet, hingga kemampuan beradaptasi terhadap perubahan teknologi yang begitu cepat. Masih banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapan blended learning, terutama di daerah dengan keterbatasan fasilitas penunjang. Hambatan seperti jaringan internet yang lemah, kurangnya perangkat digital, serta belum meratanya pelatihan bagi guru dan siswa menjadi persoalan yang harus diatasi agar tidak terjadi ketimpangan dalam pemerataan pendidikan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan komitmen dari berbagai pihak pemerintah, institusi pendidikan, pendidik, serta masyarakat luas guna menciptakan ekosistem pendidikan digital yang inklusif dan berkeadilan. Peningkatan infrastruktur digital, pelatihan literasi digital untuk guru dan siswa, serta program pendampingan bagi orang tua menjadi hal yang perlu diprioritaskan. Pemerintah juga diharapkan terus memperluas cakupan jaringan internet hingga pelosok negeri agar tidak ada anak bangsa yang tertinggal dari arus transformasi pendidikan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Ilustrasi pembelajaran interaktif dengan bantuan teknologi. Sumber gambar: Pixabay.com
Meskipun kemajuan teknologi telah membuka banyak peluang dalam dunia pendidikan, penting untuk dipahami bahwa teknologi bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Pendidikan sejatinya tidak hanya menekankan pada efisiensi dan kecepatan akses informasi, melainkan juga harus menanamkan nilai-nilai seperti kerja sama, empati, berpikir kritis, serta etika dalam berinteraksi. Dalam hal ini, peran guru sebagai fasilitator, pembimbing, sekaligus teladan moral tetap memegang posisi sentral. Teknologi, secanggih apa pun, tidak mampu menggantikan kedekatan emosional dan proses pembentukan karakter yang tercipta melalui interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik.
Transformasi pendidikan pasca pandemi bukan sekadar peralihan metode pembelajaran dari tatap muka ke daring atau hybrid, tetapi juga mencerminkan pergeseran paradigma yang lebih dalam. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih adaptif terhadap perubahan zaman, kontekstual terhadap kebutuhan peserta didik, serta inklusif dalam menjangkau seluruh kalangan tanpa terkecuali. Dalam konteks ini, penerapan blended learning dan penguatan literasi digital menjadi dua komponen krusial. Blended learning menawarkan fleksibilitas dalam proses belajar, sedangkan literasi digital memastikan bahwa peserta didik mampu menggunakan teknologi secara bijak, kritis, dn bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Namun, keberhasilan transformasi ini sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, institusi pendidikan, tenaga pendidik, peserta didik, hingga orang tua. Diperlukan sinergi dalam membangun ekosistem pendidikan digital yang berkelanjutan, melalui peningkatan infrastruktur, pelatihan literasi digital, serta pendampingan yang konsisten. Dengan strategi yang matang dan semangat inovasi yang terus menyala, Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun sistem pendidikan yang tidak hanya pulih dari dampak krisis, tetapi juga tumbuh menjadi lebih tangguh, relevan, dan bermakna dalam menghadapi tantangan zaman.
Anggita Indy Diananza - Prodi Akuntansi S1 - Universitas Pamulang