"Fanwars K-Pop" dan Hubungannya dengan Iri Hati Sebagai Suatu Emosi

Angky Aliya
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
24 Desember 2020 6:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angky Aliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
K-Pop merupakan sebuah topik yang tidak asing lagi di jaman sekarang ini. Di Indonesia, Hallyu telah berkembang sejak tahun 2000-an, dan dapat dilihat pula dari pekembangannya saat ini, Hallyu merupakan fenomena yang cukup kuat. Hal tersebut didasari oleh para penggemar K-Pop dan K-Drama yang semakin banyak dan berasal dari berbagai macam kalangan maupun usia.
ADVERTISEMENT
K-Pop ini digeneralisasikan dengan sebutan bagi aliran-aliran musik populer yang dibawakan oleh sekelompok orang laki-laki maupun perempuan dan juga solo artis. Para penggemar K-Pop akan melakukan segala hal untuk dapat dekat dengan idolanya. Hal tersebut ditunjukan dengan antusiasme para penggemar yang membeli pernak-pernik K-Pop dari mulai, album, photocard, hingga tiket konser yang harganya bernilai fantastis. Semua itu dilakukan untuk memuaskan hasrat sebagai seorang fans yang terbentu dalam diri mereka. Para penggemar ini biasanya disebut sebagai penggemar fanatik oleh masyarakat umum atau para non-fans.
Semakin banyaknya fans K-Pop ini, baik dari kalangan orang dewasa, remaja, dan bahkan anak-anak, memicu keinginan untuk membentuk suatu komunitas yang biasa disebut dengan fandom. Fandom ini terbentuk karena adanya sekumpulan orang yang sama-sama menyukai satu idol grup.
ADVERTISEMENT
Adakalanya fandom mengadakan pertemuan dengan tujuan saling berbagi dan bersilaturahmi. Tetapi tidak sedikit juga fandom ataupun fans K-Pop yang terlalu fanatik hingga menyebabkan sebuah konflik antar penggemar.
Beberapa waktu belakangan ini, dunia K-Pop di Indonesia banyak mengalami fan war atau perselisihan antar fandom. Secara garis besar, fan war dapat dikatakan sebagai bagian dari perilaku fanatik yang kemudian menciptakan terminologi fanatisme. Dimana fanatisme adalah perilaku orang dengan antusiasme dan rasa obsesif yang muncul terhadap seseorang atau sesuatu. Contohnya para fans K-Pop berperilaku secara agresi verbal dengan cara berkomentar jahat ataupun menjatuhkan fandom lainnya di media sosial mereka. Para fans ini bersaing dan saling menjatuhkan idol ataupun fandom yang tidak mereka sukai.
ADVERTISEMENT
Adapun alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya fan war kebanyakan adalah hal-hal yang cukup sepele bila dilihat oleh masyarakat umum (non-fans). Contohnya, persaingan di tangga lagu (dalam dan luar negeri), kemiripan warna fandom dan koreografi, penjualan album digital hingga kompetisi di acara penghargaan musik akhir tahun, yang ditunjukkan dengan melemparkan komentar (verbal). Salah satu fan war yang akhir-akhir ini sedang panas adalah perselisihan dikarenakan ada fandom yang tidak terima karena idolnya tidak menerima penghargaan di ajang penghargaan musik akhir tahun. Perselisihan ini dimulai ketika salah satu fans berkomentar bahwa fandom-fandom tersebut tidak pantas mendapat penghargaan, terutama perlakuan salah satu fandom kepada salah satu boygrup, sehingga membuat fans dari boygrup tersebut tidak terima dan merasa kesal.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, hal seperti fan war ini wajar saja terjadi, karena masing-masing fans mempunyai rasa antusiasme dan fanatisme yang berbeda-beda terhadap idol mereka. Hal ini juga tidak lepas dari emosi dan rasa iri dari fans itu sendiri. Seperti pada contoh yang telah disebutkan, seorang fans merasa iri saat idol yang lain menerima penghargaan sehingga berusaha untuk menjatuhkan idol tersebut, sementara para idol yang di bicarakan adalah teman yang baik. Hal ini tentunya akan berdampak pada kesejahteraan psikologis fans dari kedua belah pihak.
Dibuktikan oleh Krasnova, Wenniner, Widjaja dan Buxmann (2013) yang menemukan adanya reaksi emosi negatif berupa iri hati saat seseorang melihat postingan orang lain (berupa foto) yang berdampak pada menurunnya kepuasan hidup, dalam konteks kali ini berupa penghargaan yang dinilai tidak pantas diberikan untuk idol tersebut. Fiske (2013) menambahkan bahwa iri muncul karena adanya perbandingan sosial yang tidak menyenangkan karena melihat orang lain (idol lain) lebih baik atau sukses dibandingkan diri sendiri (idol yang disukai).
ADVERTISEMENT
Iri sebagai suatu emosi bersifat cukup rumit dan sering dinyatakan memiliki kemiripan dengan beberapa emosi lain seperti dengki dan cemburu, namun ketiganya memiliki arti yang cukup berbeda. Dengki adalah reaksi emosional yang bermuatan positif atas keadaan negatif orang lain, sedangkan iri bermuatan negatif yang dirasakan seseorang terhadap keadaan positif seseorang. Selanjutnya, cemburu merupakan emosi ketika seseorang takut orang yang disayangi diambil oleh orang lain, itu berarti melibatkan tiga pihak. Sementara iri hanya melibatkan dua pihak, yaitu orang yang iri dan orang yang diirikan.
Selain rasa iri, adapula penyebab dari fan war antar fandom adalah emosi dasar yang memang dimiliki oleh setiap manusia. Perasaan emosional yang intens, disebut sebagai afek dan selalu muncul dalam kesadaran kita sejak lahir dengan keragaman jenisnya. Dalam kasus ini, kebanyakan fans K-Pop terbawa emosi dan tanpa berpikir panjang langsung menyerang kembali orang yang menjatuhkan idol dari fans tersebut sehingga terjadi fan war. Akibat dari emosi ini adalah para fans bersaing argumen, menyebarkan fitnahan, memaki, hingga bertingkah laku anarkis ataupun aksi agresi verbal lainnya. Agresi verbal adalah komunikasi yang secara khusus bertujuan untuk melukai seseorang secara psikologis (Vising dan Straus, 1991).
ADVERTISEMENT
Semua hal yang berkaitan dengan fenomena ini dapat menyebabkan korban menjadi stress, mental down, depresi, kehilangan rasa percaya diri, dan masalah lainnya. Oleh karena itu sebagai fans K-Pop, tingkat fanatisme ataupin emosi dan rasa iri akan idol lain harus dikurangi dan jadilah fans yang bersikap dewasa serta tidak gegabah dalam menganggapi komentar-komentar dari fandom lain.
REFERENSI
Agnensia, N. P. (2019). Fan War Fans K-Pop dan Keterlibatan Penggemar dalam Media Sosial Instagram. http://repository.unair.ac.id/87304/5/Jurnal_Natazha%20Putri%20Agnensia_071511533028.pdf diakses pada 21 Desember 2020.
Cahyo, D. H. dkk. (2020). Fanatisme Dan Kecenderungan Agresi Verbal Penggemar K-Pop. http://repository.untag-sby.ac.id/4606/8/JURNAL.pdf diakses pada 21 Desember 2020.
Armalita, R., & Helmi, A. F. (2018). Iri di Situs Jejaring Sosial: Studi tentang Teori Deservingness. Jurnal Psikologi, 45(3), 218-230.
ADVERTISEMENT
Wicaksono, W. (2015). Affective Neuroscience: Ketika Perasaan Menjelaskan Siapa Kita https://sekatablog.wordpress.com/2015/05/24/affective-neuroscience-ketika-perasaan-menjelaskan-siapa-kita/ diakses pada 23 Desember 2020.