Turki: Kombinasi antara Kebebasan Publik dan Kepemimpinan yang Kuat

Anis Matta
Pengamat Politik Internasional
Konten dari Pengguna
28 Juni 2018 7:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anis Matta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Turki: Kombinasi antara Kebebasan Publik dan Kepemimpinan yang Kuat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pemilu Turki tahun ini bersejarah karena merupakan titik perubahan sistem pemerintahan dari parlementer ke presidensial. Perubahan ini merupakan kehendak rakyat yang dinyatakan lewat Referendum.
ADVERTISEMENT
Erdogan menjadi presiden eksekutif pertama di Turki dengan legitimasi yang kuat karena meraih lebih dari 50% suara.
Erdogan terpilih kembali di tengah semua konspirasi internasional untuk menjatuhkannya, termasuk menggunakan currency war dengan menjatuhkan nilai Lira hingga 21% sebelum pemilu.
Ketika terkonfirmasi Erdogan menang, mata uang Lira langsung menguat lebih dari 2% dalam hitungan hari.
Kemenangan ini adalah kombinasi dahsyat dari 4 elemen:
Pertumbuhan ekonomi Tukri 2017 mencapai 7,4%, melampaui target dan tercepat di Eropa. Erdogan dicintai rakyat Turki karena berhasil membangkitkan negeri itu menjadi salah satu pemain penting di Eropa dan dunia. Turki juga “pasang badan” dalam isu Suriah. Termasuk bersedia menerima 2,2 juta pengungsi, ditambah pengungsi dari dunia islam lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pemilihan parlemen yang dilaksanakan bersamaan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pun unggul, meraih lebih dari 40% suara untuk duduk di Parlemen. Tidak ada calon presiden di dunia yang kemenangannya begitu banyak didoakan oleh warga dunia seperti umat muslim dunia mendoakan kemenangan bagi Erdogan.
Turki Erdogan akan menjadi inspirasi bagi dunia Islam tentang relasi Islam dan negara. Bagaimana keduanya terintegrasi dalam semua bingkai kosa kata ideologi politik modern: sistem demokrasi, ekonomi pasar, dan HAM. Menemukan kombinasi antara kebebasan publik dan kepemimpinan yang kuat adalah tantangan terbesar dalam sejarah pemerintahan dalam sistem demokrasi..
Seperti yang disampaikan Erdogan dalam pidato menyambut kemenangannya: “Yang menang dalam pemilu ini adalah demokrasi, rakyat dan Turki itu sendiri.”
ADVERTISEMENT
Indonesia bisa memetik pelajaran dari Turki. Dengan variasi dan kekhasan sesuai dengan pengalaman dan akar sejarah kita sendiri. Indonesia akan menjadi kekuatan utama dunia jika kita bisa mengombinasikan agama, nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan sebagai aset politik. Seraya membangun keunggulan di bidang ekonomi, teknologi, dan militer.
Indonesia akan melakukan lompatan besar.
Kobarkan semangat Indonesia!!