Yang Berdenyut di Antara Timbunan Sampah

26 September 2017 14:04 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ini tentang mereka yang hidup dekat dengan sampah, dan menjadikan sampah sebagai tumpuan berpijak dari hari ke hari. Berbeda dari kebanyakan kita yang menjauhinya.
ADVERTISEMENT
Kita kemungkinan besar akan menutup hidung dan sedapat mungkin mengambil jarak ‘aman’ ketika melewati tempat sampah.
Seiring langkah menjauhi tempat sampah itu, pikiran kita barangkali berujar, “bau”, “jorok”, atau--dengan kejengkelan yang menyergap--“kenapa enggak diangkut sih sampahnya.”
Dalam keseharian kita, mungkin saja melewati tempat sampah--yang menumpuk atau tidak--sudah terasa biasa. Tapi apakah pernah pikiran kita terpantik untuk mengetahui ke mana sampah itu akan berakhir dan menjadi apa.
Tentu itu pun karena dalam keseharian, kita sendiri menjadi orang yang memproduksi sampah. Setiap hari kita membuang sampah, dan pengetahuan kita seolah berhenti pada petugas kebersihan yang mengurusi benda-benda yang kita anggap tak lagi memiliki nilai tersebut.
Oleh karenanya kita merasa tidak lagi perlu ambil peduli pada “nasib” benda-benda itu selepas nilai konsumsinya kita habiskan.
Di antara Timbunan Sampah (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
Orang-orang seolah kehilangan kemampuan bersimpati pada peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu dan dilakukan berulang dalam keseharian: meninggalkan warung makan dengan sisa hidangan di bekas piringnya, membuang kemasan bekas makanan, minuman atau kantong plastik yang dibeli dari laku konsumptif di minimarket, atau melempar gelas air mineral ke tempat sampah saat meninggalkan tenda pernikahan.
ADVERTISEMENT
Berapa kali kita membuang sampah dalam sehari? Apa saja sampah yang kita buang? Mungkin untuk mengingat atau memperhitungkan hal ini pun kita terlalu sibuk dengan rutinitas.
Kita pun mungkin tak pernah membayangkan bahwa sampah yang kita buang di dapur atau tempat sampah di pinggir jalan ternyata menjadi “napas hidup” ratusan orang di sekitar tempat pembuangan akhir.
Kali ini kami akan menyajikan ulasan tentang kaum yang hidup dari gunung sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Seperti apa hidup berjalan bagi mereka? Kamis, 28 September 2017, di liputan khusus kumparan.