Konten dari Pengguna

Tradisi Tolak Bala Khas Mayarakat Suku Jawa ditengah Budaya Minangkabau

KKN Lubuk Gadang Selatan
Mahasiswa KKN Universitas Andalas
20 Agustus 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KKN Lubuk Gadang Selatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Kebudayaan Jawa yang masih populer di tengah masyarakat Sumatera Barat, toleransi masyarakat dalam menjaga nilai-nilai kebudayaan.

Dok. Mahasiswa Universitas Andalas 2024 kecamatan Sangir, Solok Selatan, dalam menghadiri kegiatan kuda lumping.
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Mahasiswa Universitas Andalas 2024 kecamatan Sangir, Solok Selatan, dalam menghadiri kegiatan kuda lumping.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi kebudayaan Jawa Tolak bala dan Kuda Kepang tetap hidup di tengah masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat. Pada Minggu, 21 Juli 2024, di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, masyarakat menggelar acara Tolak Bala dan Pertunjukkan Kuda Kepang untuk memperingati malam 1 Suro dan 1 Muharram 1446 Hijriyah.
ADVERTISEMENT
Tradisi Tolak Bala dalam masyarakat suku Jawa merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengusir bala atau biasa di sebut dengan malapetaka yang masih dipercaya oleh masyarakat agar terhindar dari pengaruh jahat. Upacara ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang musim tanam, musim panen, atau saat terjadi wabah penyakit.
Masyarakat Jawa percaya bahwa dengan melakukan ritual Tolak Bala, mereka dapat menolak segala bentuk malapetaka dan menjaga kesejahteraan komunitas. Ritual ini sering melibatkan doa-doa khusus, sesajen, dan berbagai pertunjukan budaya seperti tari-tarian dan wayang kulit.
Dalam pelaksanaannya, ritual Tolak Bala melibatkan doa-doa khusus yang dipimpin oleh seorang pemuka adat atau tokoh agama juga menjadi bagian penting dari ritual ini. Doa-doa tersebut bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari segala bentuk bencana.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan budaya seperti tarian Kuda Lumping menjadi salah satu bagian dari ritual Tolak Bala. Pertunjukan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam mengusir roh-roh jahat.
Para penari yang mengenakan kostum dan atribut khas akan menampilkan tarian yang energik dan atraktif, diiringi dengan musik gamelan yang menggelegar. Kehadiran pertunjukan ini diharapkan dapat memperkuat semangat kebersamaan dan kekuatan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan. Tradisi Tolak Bala mencerminkan kekayaan budaya Jawa yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas.
Tarian Kuda Lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan Kuda Lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan supranatural yang berbau magis, seperti atraksi memakan beling, kekebalan tubuh terhadap deraan pecut, berjalan di atas kaca dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa dan merupakan aspek non-militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Tahun ini, kegiatan Tolak Bala dan Kuda Lumping semakin meriah dengan partisipasi mahasiswa Universitas Andalas (Unand) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Lubuk Gadang Selatan. Para mahasiswa turut membantu mempersiapkan acara dan berpartisipasi dalam pertunjukan, menambah semarak peringatan malam 1 Suro 1 Muharram 1446 Hijriyah di Jorong Pincuran Tujuh.