Konten dari Pengguna

Bahá’í Temple Frankfurt, Ekspresi Cinta Tanpa Syarat

Anna Saraswati
Socio-art-cultural studies. Faculty of Law Economy Technology @University of Al-Azhar Indonesia. Remembrance of unfinished journey @1968.
27 Februari 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anna Saraswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bila berkesempatan berada di Frankfurt, kunjungilah House of Worship, yang terletak di sebuah desa dekat Hofheim am Taunus, Langenheim.
ADVERTISEMENT
Bangunan yang disebut The Bahá’í Temple ini diyakini sebagai bentuk ungkapan ikatan tali cinta murni antara manusia dengan Tuhan, dimana titik fokus dari kehidupan adalah hubungan rohani yang diungkapkan melalui doa dan meditasi dalam bentuk kesederhanaan – hubungan cinta tanpa syarat.
Yang istimewa dan mengesankan dari bangunan ini adalah keharmonisan yang dapat terjalin serta kerukunan dengan masyarakat sekitar, yang sejak masa Martin Luther didominasi oleh keyakinan Kristen. Bahkan yang lebih menariknya lagi, tempat ibadah ini terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang perbedaan ideologi, suku bangsa, ras, warna kulit dan kepercayaan serta agama.
House of Worship (dokpri)

Jantung Spiritual

Bangunan utama ‘House of Worship‘ ini mewakili jantung spiritual masyarakat dan secara bertahap dibangun lembaga pelayanan sosial disekitarnya, seperti gedung sekolah, universitas, rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dll. Hal ini dilakukan, karena pemahaman tentang ‘ibadah sejati’ yang dihasilkan di Bahá’í Temple adalah realisasi dalam bentuk nyata (action).
ADVERTISEMENT
Bahá’í Temple yang terletak di Hofheim-Langenheim ini diresmikan pada tahun 1964, dirancang dan dibangun oleh insinyur arsitektur Teuto Rocholl, dari Frankfurt am Main. Bangunan suprastrukturnya terdiri dari baja bertulang beton berbentuk blok yang diproduksi di Belanda.
Eksterior Baha’i Temple (dokpri)
Saya tidak hanya berkeliling kebun, tapi juga masuk ke dalam bangunan ini untuk melihat dekorasi interiornya secara langsung. Dekorasi interior Bahá’í Temple tidak serumit bangunan khas Gothic Medieval, yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan di banyak tempat di Eropa, termasuk Jerman.
Bahá’í Temple di beberapa negara mayoritas berbentuk sekat-sekat berwarna putih dan tidak banyak partisi yang memisahkan raungan serta memiliki langit-langit yang tinggi. Namun, walaupundesainnya tidak serumit kastil-kastil khas Eropa, rumah ibadah ini tetap memiliki bentuk dan gaya arsitektur konsep teknologi Jerman.
Baha’i Temple (dokpri)
Kubah bangunan memiliki basis sekitar 48 meter atau 1575 kaki. Ketinggian dari permukaan tanah ke atas adalah 28 kaki, terdiri atas bentuk pilar batas mendukung kubah berbentuk interior dan melengkung ke rusuk atas kubah. Di bagian atas, ada sebuah lingkaran di mana lentera yang tergantung. Di antara rongga-rongga ini terdapat 540 jendela, berupa panel kaca berbentuk berlian, yang diatur untuk memungkinkan sinar matahari memancar ke dalam ruangan. Hasilnya? Kita bisa melihat interaksi cahaya dan bayangan yang indah! (AMS/FH UAI)
ADVERTISEMENT