Memulai Kebiasaan Keuangan yang Sehat

Annissa Sagita
Financial Planner
Konten dari Pengguna
22 September 2018 13:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annissa Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah sekian lama bekerja, tapi kok belum punya tabungan yang cukup ya? Teman seumuran sudah punya investasi di mana-mana, Anda belum memulai juga? Setiap bulan rasanya uang menguap tanpa jejak, tiba-tiba habis?
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya Anda punya kebiasaan keuangan yang sehat. Namanya juga kebiasaan, tentu harus dilakukan mulai dari yang kecil dan pelan-pelan, sekaligus menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini sudah dilakukan.
Bagaimana langkah-langkah memulainya?
gambar: ilustrasi (pixabay)
1. Tuliskan keinginan Anda
Jika Anda sendiri tidak mengerti apa yang diinginkan/apa tujuannya, tentu saja akan sulit untuk mencari cara/jalan menuju ke sana. Analoginya seperti Anda ingin pergi ke suatu tempat dan mencari transportasi untuk menuju ke sana.
Dari Jakarta ke Bandung, misalnya, tentu lebih cocok naik mobil pribadi/jasa travel/kereta dibandingkan naik motor atau becak, atau bahkan pesawat. Jika Anda belum tahu akan menuju ke Bandung, atau Semarang, atau Bekasi, sulit menentukan mau naik apa.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika Anda ingin punya rumah, punya kendaraan, atau menyekolahkan anak di sekolah tertentu, atau pensiun dengan standar hidup tertentu, bahkan sesimpel ingin punya tabungan senilai sekian Rupiah, tuliskan semua tujuan/keinginan tersebut. Akan lebih baik jika Anda berdiskusi dengan pasangan soal tujuan keuangan ini sehingga menjadi satu visi.
Tulis dengan tangan, dan letakkan di tempat yang mudah terlihat agar selalu ingat tujuan-tujuan tersebut. Ini bisa menjadi motivasi dan alasan yang kuat kenapa Anda harus punya kebiasaan keuangan yang sehat.
2. Buat pemetaan kondisi keuangan saat ini
Dengan menentukan tujuan ibaratnya Anda sudah menentukan garis finish, sekarang saatnya untuk membaca kondisi tubuh, kuatkah untuk menuju garis finish tersebut? Caranya adalah dengan membuat daftar aset-aset apa yang dimiliki termasuk tabungan dan investasi, utang-utang apa yang dimiliki, bagaimana pola pemasukan dan pengeluaran saat ini, perlindungan apa saja yang sudah ada dan apakah cukup untuk memberikan perlindungan seluruh keluarga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Data akan berbicara kepada Anda, sehatkah keuangan Anda selama ini? Nah untuk memetakan kondisi keuangan ini Anda perlu menyediakan 1-2 jam khusus untuk mendata semua kondisi dalam angka.
Misalnya, pemasukan saat ini dari gaji Anda dan pasangan total Rp 10 juta, namun ternyata setelah dihitung pengeluarannya Rp 11 juta, ada kekurangan Rp 1 juta setiap bulannya. Dari sini bisa diketahui bahwa ternyata setiap bulan kekurangan ini diambil dari tabungan/terpakainya kartu kredit, maka tidak heran tabungan tidak pernah penuh atau tagihan kartu kredit tidak lunas-lunas.
3. Kenali kebiasaan saat ini yang berhubungan dengan keuangan
Terutama kebiasaan yang bisa menjauhkan dari tercapainya tujuan keuangan. Contohnya, kebiasaan boros. Setiap orang memiliki minat yang berbeda untuk memboroskan uang. Ada yang merasa tidak pernah boros untuk belanja, tapi gaji dan tabungan lari ke tiket murah untuk jalan-jalan/travelling. Ada orang yang tidak boros belanja atau travelling tapi ternyata lemah jika ada penawaran barang-barang yang berhubungan dengan hobinya: olahraga, fotografi, modifikasi kendaraan dll.
ADVERTISEMENT
Tidak suka hal-hal di atas? Mungkin boros di biaya makan, karena senang kuliner dan mencoba restoran/kafe yang belum pernah dicoba atau banyak direkomendasikan. Dengan kemudahan saat ini, membeli makanan pun tidak perlu datang langsung, aplikasi ojek online bisa langsung membawakannya ke rumah/kantor langsung saat itu juga. Ini juga termasuk kebiasaan boros. Atau bagi para ibu, boros ketika melihat barang-barang untuk anak-anak. Dan lain-lain.
Kenali kelemahan Anda ada di mana soal keuangan. Lalu, lain kali Anda “berhadapan” dengan kelemahan tersebut, ingat-ingat kapan dan berapa besar yang telah dibelanjakan sebelum ini. Tanyakan beberapa pertanyaan ke diri sendiri sebelum melakukan transaksi: “Apakah hal ini benar-benar diperlukan? Apa konsekuensinya jika saya tidak jadi membeli? Apakah barang ini sudah saya miliki di rumah/ada substitusinya? Sudahkah saya menyisihkan untuk tujuan keuangan? Apakah akan terpakai dalam waktu dekat dan berkali-kali?”
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, setiap Rupiah yang Anda keluarkan, Anda lakukan dengan kesadaran tinggi, bukan Anda beli hanya karena murah, hanya karena harganya terjangkau, hanya karena Anda punya uangnya. Kan sayang, kalau barang yang Anda beli ternyata tidak terpakai dan hanya tertumpuk di rumah, lalu ujung-ujungnya menjadi sampah.
4. Catat pengeluaran Anda dan lakukan transaksi dengan uang tunai
Ini mungkin sudah sangat sering Anda dengar, atau mungkin malah sudah dilakukan? Pencatatan pengeluaran sangat membantu Anda untuk melakukan pengeluaran secara sadar seperti di penjelasan no.3 tadi.
Demikian juga dengan melakukan transaksi dengan uang tunai. Dari buku Dollars and Sense: How We Misthink Money and How to Spend Smarter, pengarang buku Dan Ariely dan Jeff Kreisler menyatakan bahwa menurut studi yang dilakukan dengan neuroimaging dan MRI, membayar dengan uang tunai mengaktifkan bagian otak yang memproses rasa sakit fisik. Jadi, antara membayar dengan uang tunai dan rasa sakit fisik, keduanya tidak bisa dibedakan oleh otak.
ADVERTISEMENT
Itu juga sebabnya kita lebih menganggap remeh pembayaran dengan kartu kredit dan debit, bahkan uang digital yang tersebar di berbagai aplikasi fintech dan perbankan digital. Benar, dengan bantuan fintech dan perbankan digital, Anda mendapatkan banyak promo di merchant kesayangan. Namun ini juga mendorong Anda untuk menjadi lebih konsumtif dibandingkan tidak adanya promo.
5. Gunakan “Kontrak Ulysses”
Mengandalkan diri sendiri untuk mengubah kebiasaan memang sangat sulit. Jika ingin berhasil, Anda harus punya komitmen tingkat tinggi, atau bisa juga menggunakan pihak lain untuk membantu Anda, contohnya dengan Kontrak Ulysses. Kontrak Ulysses adalah sebuah istilah yang berdasarkan legenda di mana Ulysses mengikat dirinya sendiri ke kapalnya untuk menolak godaan duyung.
Dengan menggunakan konsep ini, Anda membuat halangan/rintangan terhadap godaan yang ada. Contohnya daripada menunggu sisa di akhir bulan untuk menabung, buka tabungan dengan sistem autodebet yang jika dilakukan penarikan, Anda akan mendapat denda.
ADVERTISEMENT
Sebuah riset yang dilakukan Nava Ashraf, Dean Karlan, dan Wesley Yin menunjukkan bahwa satu kelompok responden yang menggunakan cara ini berhasil meningkatkan tabungannya sebanyak 81% dalam waktu setahun.
Nah, sudah siap punya kebiasaan keuangan yang sehat?
Instagram: @nengnisye