Terima Kasih Glenn, Bung Su Sentuh Beta Pung Hati

Konten dari Pengguna
9 April 2020 15:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Glenn Fredly. Sumber Foto : Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Glenn Fredly. Sumber Foto : Twitter
ADVERTISEMENT
Jika umur tak tak sepanjang dunia, maka sambunglah dengan tulisan. Musisi Glenn Fredly melampaui perumpaan itu, lebih daripada sekadar menulis lagu, ia juga menyanyikannya dengan indah.
ADVERTISEMENT
Bernyanyi untuk kemanusiaan, bernyanyi untuk cinta, bernyanyi untuk keragaman, dan bernyanyi untuk Tuhan lewat kidung pujian.
Jika diminta menyebut satu nama yang mengingatkan kita akan musik di zaman Alkitab. Kita hampir serentak menyebut nama Raja Daud, seorang pria mengagumkan yang hidup sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Pada catatan Perjanjian Lama, dituliskan Daud banyak bernyanyi, memainkan musik seperti; rebana, tamborin, harpa, gambus hingga terompet untuk memuji Tuhan.
Pada Kitab 1 Tawarikh 23 di Perjanjian Lama, bahkan dituliskan secara gamblang bagaimana komitmen Daud terhadap musik dan kidung pujiannya pada Tuhan. Daud mengumpulkan para musisi di Yehuwa.
Pun Daud dituliskan sampai menugasi Asaf, Heman, dan Yedutun untuk memimpin 4.000 pemain musik dan penyanyi pada ketiga perayaan besar tahunan berlangsung.
ADVERTISEMENT
Kita bisa bayangkan bagaimana komitmen Daud pada Tuhan lewat paduan musik yang megah dan merdu dimasa itu. Pun kitab Mazmur di Perjanjian Lama banyak menuliskan sajak-sajak kidung pujian Daud.
Terinspirasi Raja Daud, satu dekade yang lalu, di tahun 2009, Glenn pernah mengutarakan niatnya mengumpulkan talenta-talenta muda berbakat Maluku pada musisi legendaris Franky Sahilatua untuk diorbitkan di Jakarta.
Baik Glenn maupun Franky Sahilatua adalah musisi legendaris Indonesia berdarah Maluku. Bedanya Glenn lahir di Jakarta sementara sang senior Franky Sahilatua lahir di Surabaya Jawa Timur.
Franky menyetujui gagasan baik Glenn, namun dengan satu permintaan, Glenn harus memiliki rumah di Kota Ambon Provinsi Maluku agar ketika pulang kampong ia tidak selalu tidur di hotel.
ADVERTISEMENT
Mendengar syarat yang diajukan seniornya itu, Glenn lalu menghubungi salah satu pendeta untuk dicarikan rumah di Ambon. Glenn membelinya lalu mulai berkeliling dari satu teater ke teater dan dari kelas musik ke kelas musik di Maluku.
Dari gagasan besar itu pula, lahir sebuah mahakarya film berjudul “Cahaya Dari Timur” kemudian Konser Beta Maluku yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 2011.
Puncaknya, atas komitmennya pada musik dan tanah leluhur mereka di Maluku, sejak saat itu Franky mengijinkan Glenn untuk menyanyikan lagu “Pancasila Rumah Kita” yang indah, menyentuh dan melegenda milik Franky Sahilatua itu.
Selanjutnya, pada tahun 2017 lalu, Glenn melakukan pendakian diantara semak belukar dan menapaki tanjakan terjal untuk masuk ke tengah Hutan Manusela di Maluku. Di tengah hutan, Glenn naik ke atas rumah pohon yang tingginya hampir 50 meter.
ADVERTISEMENT
Dimana rumah pohon itu adalah tempat para peneliti mengamati burung-burung. Disana ia menangis menyanyikan lagu klasik Maluku yang sempat dilarang karena dianggap sebagai lagu pemberontakan.
Padahal lagu itu, bercerita tentang kisah kecintaan masyarakat leluhur Maluku pada sungai, hutan, burung-burung dan tanah air.
Bagi orang-orang Maluku, Glenn bukan sekadar nama. Jauh daripada itu, Glenn Fredly adalah nama sebuah peradaban. Peradaban musik dan peradaban kemanusiaan.
Sama seperti Franky Sahilatua, komitmennya tidak hanya untuk kemanusiaan dan lagu-lagu cinta melankolis. Jauh daripada itu nyanyian dan kesaksiannya selama ini banyak bicara tentang kasih Kristus.
Pun pada pelbagai linimasa kehidupan, kita menyaksikan bagaimana Glenn ikut berjuang untuk lingkungan dan Hak Azasi Manusia (HAM). Glenn adalah sedikit dari musisi yang mempertaruhkan segala popularitasnya untuk isu-isu yang sebenarnya tidak populer.
ADVERTISEMENT
Glenn bersuara atas Kasus Munir yang hingga saat ini tidak juga diungkap seutuhnya oleh negara. Glenn bersuara atas pembebasan tahanan politik Papua. Glenn juga aktif membantu masyarakat untuk menolak Reklamasi Teluk Benoa yang mengancam kelestarian lingkungan dan keberlanjutan hidup masyarakat Bali.
Kemarin, Glenn berpulang ke Rumah Bapa di Surga. Glenn meninggal saat Indonesia sedang berjuang mengatasi pandemi corona yang menginfeksi dan membunuh banyak rakyat Indonesia. Pun sebelum meninggal, Ia masih sempat berkontribusi dalam penggalangan dana bersama musisi-musisi Indonesia dalam mengatasi wabah corona.
Ia hidup penuh kasih. Ia pergi dengan iman. Komitmennya pada kemanusiaan jauh melampaui kecintaannya pada diri sendiri. Pun Glenn adalah satu dari sedikit musisi yang hingga akhir hidupnya berkomitmen pada keragaman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pun diingatan kita masih teringat jelas, pada hari Raya Lebaran tahun 2017. Glenn dan Dewa Budjana yang seorang Hindu berduet menyanyikan lagu “Selamat Hari Raya Idul Fitri”. Mereka memberikan ucapan selamat lebaran pada umat Muslim Indonesia dengan petikan gitar dan suara yang indah.
Glenn meninggalkan kita hanya beberapa hari sebelum seluruh umat Kristen merayakan paskah. Hal ini mengingatkan kita tentang perayaan paskah 27 Maret 2016 lalu.
Saat Glenn ikut merayakan paskah, bernyanyi bersama Jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia di depan Istana Merdeka, Jakarta. Dimana kedua gereja itu hingga saat ini masih kesulitan mendapatkan izin membangun rumah ibadahnya.
Hari ini, kita berdoa agar di perayaan Paskah tanggal 12 April 2020 nanti. Glenn bisa bernyanyi dihadapan Tuhan, mempersembahkan nyanyian penyembahan dan mazmur baru bagi Tuhan. Layaknya Raja Daud yang dituliskan mempersembahkan segala pujian terbaiknya untuk Tuhan dalam kitab Perjanjian Lama.
ADVERTISEMENT
Seperti yang tertulis dalam Mazmur 98 ayat 1 yang berbunyi;
“Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus”
Terima kasih bung Glenn. Bung sentuh beta pung hati. Bung jaga katong pung NKRI. Bakubae bersama katong pung Tuhan Yesus. Dangke.