Viral Tren di Platform Media Sosial Berakhir Mengenaskan

Dimas Rahmat Naufal Wardhana
Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Konten dari Pengguna
10 Juni 2022 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Rahmat Naufal Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
Awal dari sebuah tren ketika orang merasa seru, asik dan menyenangkan. Dari rasa tersebut mulai mengikuti video viral yang tren di dunia maya. Sayangnya terdapat tren yang di mana memakan nyawa. Sehingga membuat video tren ini akan berakibat kematian, karena jelas banyak memakan korban jiwa dan tetap saja masih ada yang melakukannya. Sehingga lebih banyak kasus kematian dibandingkan selamat dari kematian.
ADVERTISEMENT
Seperti contohnya banyak kasus anak-anak remaja yang mencoba mengikuti tren tersebut, tapi berakhir mengenaskan. Sebenarnya tujuan dibuat dan melakukan video ini agar viral saja seolah-olah mempunyai badan yang keras dan tahan banting. Pada kenyataannya banyak menimbulkan korban jiwa. Boleh saja kita mengikuti video yang sedang ramai dibahas, akan tetapi diri kita juga harus tahu. Apakah ada resikonya jika mengikuti dan membuat video seperti itu.
Setidaknya pada saat mau membuat video yang dinamakan malaikat maut di salah satu platform media sosial, yang di mana menggambarkan diri kita seolah-olah mau ditabrak kemudian kita minggir, akan tetapi pada kenyataannya truk melintas cepat di jalanan dan sopir truk hanya fokus ke jalan. Jadi kalau seketika kelompok remaja ingin mencoba hal tersebut lebih baik jangan dilakukan, karena korban jiwa yang mengikuti tren ini kebanyakan anak-anak remaja.
ADVERTISEMENT
Tentu apabila tetap dipaksakan, maka akan bertaruh pada nyawa. Dan tentu orang tua yang ditinggal oleh anaknya gara-gara membuat video agar bisa viral, tapi malah berakhir kematian. Dari kejadian ini justru akan membuat sedih para orang tua, ya karena mereka gagal mengajarkan kepada anak-anaknya.
Untuk itu para orang tua juga sangat berperan penting dalam mengingatkan anaknya agar tidak menjadi salah satunya. Setidaknya sejak dini sudah diajarkan untuk mengetahui mana yang baik dan buruk bagi dirinya. Meskipun anak-anak sekarang yang begitu gaul, tentu perlu mengikuti dan membuat videonya. Apabila tidak tentu bukan anak gaul. Jangan berpikir seperti itu, karena hal tersebut ialah perilaku konsumtif dan ini harus dihilangkan.
Ya sebagai jiwa muda dan bergelora pasti butuh adanya asupan yang tentu jangan berorientasi negatif, akan tetapi harus kegiatan yang positif. Lebih baik kita melakukan tren yang positif dibanding negatif seperti menantang malaikat maut dengan mencoba ditabrak truk. Justru kalau seperti itu diri kita selayaknya sedang bunuh diri padahal belum waktunya. Dan kita harus ingat meski zaman sudah berubah dan cara tren atau pansos yang harus seperti itu, maka kita harus mencari jalan keluarnya agar tidak mengikuti arus yang negatif.
ADVERTISEMENT
Walaupun arus negatif selalu ada, kita harus membatasi diri dan jangan berlebihan dalam mengikuti tren, karena itu disebut pola hidup konsumerisme atau konsumtif dan hal ini akan berdampak tidak bermutualisme untuk kita. Dengan hal tersebut yang ada kita akan jatuh ke dalam sebuah lingkaran dan susah untuk melepasnya kembali. Ya kembali lagi kepada orang tua yang mendidik kita sejak kecil, walaupun para orang tua yang masih aktif bekerja sibuk dengan pekerjaannya tetap harus mengawasi anak-anaknya, agar korban yang bermunculan dari tren tersebut semakin berkurang.
Seharusnya kita sebagai anak muda masa depan bangsa negara Indonesia perlu mengingat tujuan awal kita untuk memperbaiki moral bangsa dan perbaikan intelektual. Supaya tren yang memiliki arus negatif tidak terpengaruh oleh kita. Sudah saatnya kita harus sadar dengan diri sendiri, karena tren yang sedang viral saat ini bisa merenggut nyawa kita dan tidak ada manfaatnya sama sekali.
ADVERTISEMENT
Menurut psikologi pun tren berbahaya yang berkembang di kalangan anak muda seperti mencari identitas diri. Sehingga mereka akan mencari tempat atau lahan untuk memperlihatkan eksistensinya. Mengapa banyak yang mengikuti tren tersebut, karena meskipun banyak berita-berita soal memakan korban jiwa, akan tetapi ada juga yang selamat dari tren negatif tersebut. Maka dari itu teman-teman lainnya mengikuti, karena sudah berpikir akan aman.
Padahal sudah tahu tidak menguntungkan tetap saja melakukannya. Untuk mencari jati diri tidak hanya dari platform media sosial dengan membuat video tren agar populer di dunia maya. Bisa saja mencari jati diri dari kegiatan yang kita sukai, karena dari kegiatan disukai tersebut pasti ada pengalaman yang lebih dan berhasil menjadi sebuah kesuksesan. Intinya kalangan anak muda harus belajar dan berdoa, karena kita hidup haus akan pengetahuan. Dan di mana ada kesempatan positif jangan di sia-siakan.
ADVERTISEMENT
Dimas Rahmat Naufal
Mahasiswa Administrasi Publik
IMM FISIP
Universitas Muhammadiyah Jakarta