Buku: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Mark Manson

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
Konten dari Pengguna
14 Maret 2021 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masyarakat Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masyarakat Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ini bukan resensi buku. Saya belum belajar bagaimana cara meresensikan sebuah buku. Meskipun yang akan tertulis adalah apa yang ada di otak saya, tetap saja ada bagian yang terilhami dari buku Mark Manson tersebut yang menurut Wikipedia rilis terjemahannya dalam Bahasa Indonesia tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Saya termasuk yang terkecoh dengan judul bukunya. Ketika banyak permasalahan menghampiri, saya berharap dengan membaca buku ini saya bisa keluar dari permasalahan dan pengin tahu bagaimana cara kita menghadapinya dengan cuek. Ternyata salah besar. Buku ini tidak berbicara tentang menjadi orang cuek dan melupakan masalah begitu saja. Tapi tentu tidak ada yang sia-sia dalam membaca sebuah buku. Buku adalah jendela dunia, begitu sering kita dengar.
Kalau pendapat saya, buku ini lebih cocok sebagai buku motivasi. Dibuka dengan kisah seseorang yang terpuruk dalam alkohol dan jadi pecundang, akhirnya bisa keluar dari dunia suramnya menjadi penulis hebat mulai usia 50 tahun. Tidak ada kata terlambat. Banyak kisah inspiratif di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sikap bodo amat tidak identik dengan cuek yang kita biasa kenal. Dicontohkan jika Ibu kita 'dirampok', apakah kita cuek dan masa bodoh? Tidak, kita harus cari keadilan. Berjuang. Kalau perlu cari pengacara terbaik. Terus bodo amat-nya di mana? Bodo amat dengan pandangan orang atas apa yang kita lakukan. Bodo amat akan adanya kesengsaraan si perampok akibat kita meminta balik uang yang dirampok yang ternyata sudah habis dibelanjakan.
Ada pendapat yang menarik, setiap orang dibombardir untuk selalu berpikir positif dan cenderung menghindari hal buruk. Tidak dengan pendapat ini, kita harus hadapi segala yang buruk, segala yang negatif. Ketika yang negatif berhasil diatasi maka yang positif otomatis akan digapai.
Selalu berpikir positif akibat kita merasa istimewa. Berhak diistimewakan. Menyalahkan orang lain. Berpikir positif yang dimaksud seperti selalu merencanakan semuanya dengan sempurna. Jika kita melakukan A maka akan ada output B, dan seterusnya. Contohnya saya, karena menjadi penyintas COVID-19 terus merasa berhak untuk diistimewakan. Berhak untuk diperlakukan beda. Berhak untuk selalu berpikir positif yang indah-indah. Jika saya melakukan A maka saya berhak mendapatkan B. Tidak. Setiap individu bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Tidak ada kewajiban individu lain terhadap kesuksesan atau kegagalan kita.
ADVERTISEMENT
Misalkan kita dipindahtugaskan oleh perusahaan ke unit produksi yang payah, yang merugi terus, dan selama kita di sana tidak ada perubahan yang berarti, apakah kita harus menyalahkan atasan kita? Tidak. Kita bertanggung jawab dengan apa yang kita hadapi. Bahkan ketika ada musibah, rumah kita longsor dan kita tidak mempunyai tempat tinggal lagi, apakah kita harus menyalahkan alam, bahkan menyalahkan Tuhan? Tidak. Masalah itu untuk dihadapi. Dan cara yang paling bagus untuk menghadapi masalah adalah bergerak, move on, tidak hanya dipikirkan. Sesuatu yang tidak dimulai tidak akan selesai.
Satu lagi bentuk ingin diistimewakan adalah ketika kita merasa lebih tahu dan merasa tanpa pendapat kita, tanpa ada keberadaan kita, maka semuanya akan hancur lebur, kacau balau. Ketika saya merasa berhak menentukan masa depan anak perempuan saya yang telah dewasa, memaksakan pendapat saya dan menafikan pendapat dan harapannya, tentu itu awal dari kehancuran anak perempuan saya. Beda, ya, dengan jika kita dimintai pendapat. Tentu sebagai orang tua akan memberikan pendapat terbaik. Tapi setiap individu harus bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya, karena setiap individu berhak menentukan jalan hidupnya sendiri dan tentu saja harus siap bertanggung jawab dengan segala konsekuensinya.
ADVERTISEMENT
Bodo amat dengan pendapat orang. Jika pengin menulis, menulis sajalah tanpa harus tahu ada yang membaca atau tidak. Jika pengin pasang status atau story di medsos, pasang aja, nggak usah hiraukan dengan pendapat orang lain. Ada yang komen bagus, jadikan motivasi, ada yang komen merendahkan, biarkan saja. Nggak ada yang baca? Bodo amat.
Wallahu a'lam.