Sepakat Tidak Mudik Lagi ke Jogja

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
Konten dari Pengguna
6 Mei 2021 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menunggu kereta di Stasiun Tugu Jogja. Juni 2019. Dokumen Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Menunggu kereta di Stasiun Tugu Jogja. Juni 2019. Dokumen Penulis.
ADVERTISEMENT
Selama 21 tahun merantau di Bandung, insya Allah ini lebaran ke-4 yang enggak pulang ke kota kelahiran, Jogja. Harus legawa enggak bisa bersua langsung secara fisik dengan Ibu. Toh, 17 kali yang lainnya masih diberi kesempatan mudik lebaran ke Jogja.
ADVERTISEMENT
Larangan dari pemerintah sudah jelas, ditambah sanksi yang menanti dari perusahaan jika nekat mudik di waktu larangan mudik ini. Liburnya juga sudah dipangkas. Dipaksa untuk lebaran dengan keluarga istri di Bandung. Karena selama ini tidak pernah ada keikhlasan untuk lebaran di Bandung :) Karena kebetulan memang orang tua saya yang masih ada.

Sepakat Tidak Mudik

Hakikatnya mudik adalah untuk berkunjung ke orang tua. Kalau orang tua sudah tiada, bisa juga ke orang yang dituakan. Bisa pakde, paman, atau kakak. Sebagai tradisi tentu kepulangan ke kampung halaman biasanya sudah direncanakan dan dibicarakan dengan yang akan dikunjungi. Untuk lebaran tahun ini pun pasti sudah ada kesepakatan antara yang mengunjungi dan dikunjungi.
Biasanya orang tua bisa memahami kalau saat ini masih belum bisa berkumpul di momen lebaran. Demikian juga Ibu saya yang 'melarang' untuk melanggar aturan dengan mudik ke Jogja. "Bisa video call", kata beliau selalu saat berkesempatan voice call atau video call beberapa waktu belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Meskipun 2 tahun berturut-turut tidak mudik, bukan berarti 2 tahun ini enggak ke Jogja. Tahun 2020 kemarin, Februari 2020, sesaat sebelum pandemi sudah ke Jogja dan Oktober 2020 setelah lebaran juga sudah ke Jogja.

Cerita Perjalanan

Berbagai macam angkutan lebaran pernah saya coba. Bus malam, bumel (bus umum reguler), travel mikrobus, kereta api, pesawat, dan juga mobil pribadi. Yang paling banyak jadi cerita menarik di momen lebaran adalah selalu cerita perjalanannya. Macetnya, berdesak-desakannya menunggu kedatangan kereta atau bus, dan juga jadwal delay pesawat.
Sebelum menikah, angkutan lebaran yang selalu dipilih adalah bus malam. Lebih mudah dapat tiketnya dan biasanya ready, bahkan kadang masih bisa beli langsung di terminal. Kereta menjadi barang mewah waktu itu. Sulit buat dapat tiketnya. Tidak seperti saat ini yang lebih mudah dengan pemesanannya secara online.
ADVERTISEMENT
Ketika anak pertama lahir, berumur sekitar 3 bulan kami bawa mudik ke Jogja dengan travel door to door. Yang populer kendaraannya saat itu adalah Mitsubishi L-300. Perjalanan pertama bersama bayi dari Bandung ke Jogja tentu sambil berdoa supaya anak tidak rewel. Alhamdulillah perjalanan 'lancar' ditempuh selama 20 jam-an.
Perjalanan paling singkat tentu dengan pesawat terbang. Seingat saya, 2 kali kami mudik dengan pesawat terbang melalui bandara Husen Sastranegara ke bandara Adisucipto, pulang pergi. Sekali dengan pesawat kecil berbaling-baling dan yang sekali lagi dengan yang bermesin jet. Yang menyebalkan adalah menunggu. Delay. Selalu ada. Hampir tidak pernah tepat waktu di momen lebaran.
Perjalanan lain yang cukup nyaman memang dengan kereta api. Hampir selalu tepat waktu, meskipun di momen lebaran. Problemnya biasanya cuma satu. Tempat tunggu di stasiun yang terbatas. Harus siap duduk di tangga atau selasar stasiun.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya kendala menggunakan angkutan pesawat dan kereta api adalah perlunya kendaraan dari rumah ke stasiun atau bandara dan juga kendaraan dari stasiun atau bandara tujuan ke rumah orang tua. Kebetulan lokasinya tidak bisa dibilang dekat.
Dengan alasan itu ditambah perlunya kendaraan tambahan di Jogja untuk keliling silaturahmi dengan keluarga besar, mobil pribadi akhirnya menjadi alasan untuk angkutan mudik. Waktunya fleksibel kita sendiri yang ngatur.
Perjalanan 20 sampai dengan 22 jam dari Bandung ke Jogja dan sebaliknya di momen lebaran sudah biasa. Pernah berangkat dini hari sebelum Subuh, atau berangkat setelah Subuh, atau berangkat malam hari, sama saja total perjalanannya. Bedanya tempat kepadatan lalu lintasnya.
Kadang masih di Nagreg, kadang di Banjar, atau kalau sudah siang bisa juga macetnya sudah di Karanganyar Kebumen. Dan rekor perjalanan mudik saya dengan mobil pribadi adalah saat balik ke Bandung dari Jogja. 33 jam dari rumah orang tua di Jogja sampai rumah saya di Bandung.
ADVERTISEMENT
Momen lebaran memang tidak sedikit cerita susahnya dalam perjalanan, tapi itu semua terobati dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah orang tua dan keluarga besar.
Semoga pandemi ini segera berlalu. Amin.