Di Arab Saudi, Teroris Menghabiskan Hukuman di Penjara Mewah

10 Maret 2017 7:24 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilsutrasi Penjara Mewah. (Foto: Wikimedia Commons)
Kecuali senapan dan tembok yang penuh dengan penjaga bersenjata, penjara di Arab Saudi itu lebih terlihat seperti hotel berbintang ketimbang sebuah penjara. Masuk ke ruangan penjara, Anda akan mendapati berbagai fasilitas mewah tanpa ruangan kumuh seperti penjara pada umumnya. Terdapat televisi layar lebar, ranjang berukuran besar, dan dekorasi indah.
ADVERTISEMENT
Di luar bangunan, tembok tinggi disertai pengamanan ketat mengelilingi kemegahan fasilitas yang ada. Tempat tersebut adalah penjara dengan pengamanan paling ketat yang ada di Arab Saudi. Penjara al-Hair yang berlokasi di dekat ibukota Arab Saudi, Riyadh, dibuat khusus untuk para tahanan teroris.
Pembangunan penjara al-Hair bukan tanpa alasan. Pendekatan yang dilakukan Pemerintah Saudi memang tidak biasa. Memberi fasilitas mewah bukan perkara memanjakan dan mengabaikan para pelaku teror.
Ilutrasi Penjara Mewah di Arab Saudi. (Foto: Flickr)
Dikutip dari New York Times, fasilitas di dalam penjara tersebut berguna untuk membangun kepercayaan diri para narapidana untuk selanjutnya bisa kembali ke masyarakat. “Penjara tidak hanya digunakan untuk menghukum para napi dan hingga pada waktunya mengeluarkan mereka,” cerita pria yang menduduki posisi sebagai salah satu asisten Direktur al-Hair dengan samaran Abu Nawaf.
ADVERTISEMENT
“Semata-mata menghukum mereka sangat berbahaya bagi masyarakat. Jika para napi keluar dengan keadaan baik, mereka akan keluar dengan baik-baik saja dan tidak kembali mengancam,” ujar Nawaf.
Terorisme adalah salah satu masalah serius di Arab Saudi. Mengutip dari Al Arabiya, sepanjang 2016 setidaknya terdapat 34 serangan terorisme di wilayah Arab Saudi. Bahkan kota suci Madinah tidak luput menjadi target para ekstremis.
Dalam penjara tersebut, para penghuni mendapat fasilitas mewah setiap harinya. Abu Nawaf bercerita bahwa setiap napi mendapat gaji bulanan mencapai 400 dolar AS atau setara Rp 5,4 juta.
Gaji sebanyak itu belum termasuk fasilitas yang didapat di dalam penjara. Bukan hanya kamar mewah yang didapat, namun ruangan privat yang lengkap dengan ruang tamu dan dapur.
ADVERTISEMENT
Yang paling menonjol adalah bilik asmara untuk memenuhi hasrat seksual para napi. Ruangan bercat tembok berwarna merah muda, ranjang yang juga berwarna merah muda, minibar tanpa minuman alkohol, dan kamar mandi.
Biliik mesra ini menjadi hak bagi setiap napi tanpa terkecuali. Sehingga, para istri bisa mengunjungi suaminya untuk menyalurkan hasrat.
Bahkan, setiap napi yang memiliki istri lebih dari satu tetap mendapat perlakuan sama. “Mereka yang memiliki empat istri bahkan bisa berkunjung satu hari sekali,” ujar Abu Nawaf.Pentingnya hak reproduksi disadari menjadi bagian utama dalam penanganan napi. “Ini bukan hanya hak para napi, tapi juga hak para istri,” ujar Abu Nawaf.
Sehingga, penjara ini jauh berbeda dengan penjara Guantanamo milik Amerika Serikat di Kuba. Napi teroris disiksa habis-habisan selama mendekam dalam tahanan.
ADVERTISEMENT
Menara pengintai di penjara Guantanamo (Foto: Wikimedia commons)
Masih di kompleks penjara, terdapat Pusat Deradikalisasi Muhammad bin Nayef yang telah lama didirikan oleh Pemerintah Saudi. Namun performa pusat deradikalisasi tersebut tidak cukup baik meminimalisir aksi terorisme.
Beberapa tersangka teror yang telah melalui proses deradikalisasi di fasilitas ini terbukti masih mengancam. Salah satunya adalah Yousef-al Souleman, pelaku serangan teror pada Agustus 2016, yang merupakan “alumni” pusat deradikalisasi Muhammad al-Nayef pada 2014.
Data lain menyebutkan, setidaknya 20 persen mantan napi teroris kembali melakukan aksi kekerasan selepas menjalani hukuman di penjara Saudi.
Ditambah reputasi penjara Saudi yang sangat buruk di tengah laporan banyak organisasi Hak Asasi Manusia tentang penyiksaan di dalam penjara.
Dalam laporan Amnesty International, Pemerintah Saudi sering melaksanakan hukuman mati kepada para pelaku teror. Pada tahun 2013, ada 79 teroris yang dihukum mati. Penanganan yang keras nyatanya menyebabkan aksi terorisme terus berulang.
ADVERTISEMENT
Dilansir Washington Post, penjara Al Ha’ir adalah bentuk pendekatan baru Pemerintah Arab Saudi terhadap teroris. Jenderal Mansour al-Turki selaku juru bicara Kementerian Arab Saudi menyebut bahwa penanganan di penjara adalah krusial.
“Jika kita tidak dapat mengubah mereka di penjara, maka kita akan membiarkan mereka kembali ke organisasi teror,” cerita Turki.
Perubahan pendekatan salah satunya lewat renovasi penjara Al-Ha’ir. Penambahan fasilitas penjara tersebut pada 2014 menelan biaya setidaknya 35 Juta dolar AS.