news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Khusyuk Beribadah di Atas Masjid Terapung Palu

13 Maret 2017 8:13 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suasana Masjid Terapung, Palu, saat malam hari. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Senja di hamparan Pantai Taman Ria di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Minggu (12/3) tak ubahnya hari libur seperti biasanya. Banyak mobil parkir berderet rapi, sementara pemiliknya sedang menikmati Teluk Palu. Suasana syahdu menjelang matahari terbenam pun mulai terasa.Suara azan magrib berkumandang merdu dari arah lautan.
ADVERTISEMENT
Seketika orang-orang beranjak dari tempat duduk di pinggiran pantai ke arah jembatan. Jembatan tersebut menghubungkan bibir pantai ke arah bangunan satu-satunya di pesisir. Bangunan tersebut adalah Masjid Argam Bab Al Rahman.
Masjid Al Rahman adalah tempat ibadah di atas laut. Setiap orang menyusuri 20 meter jembatan yang menghubungkan pinggir pantai, setara jarak pesisir ke masjid. Jarak jembatan ke permukaan air laut setinggi lima meter. Tepat di ujung jalan, berdiri kokoh masjid seluas 100 meter persegi.
Palu adalah kota yang beruntung karena memiliki masjid di atas laut yang hanya dimiliki segelintir kota. Di Indonesia, masjid serupa dibangun di Makassar. Sementara di Arab Saudi memiliki Masjid Al Rahma di Jeddah. Atau ada juga masjid terapung legendaris di Brunei Darussalam.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 100 orang salat magrib berjemaah di masjid saat itu.
Ketika salam terakhir dilafalkan untuk menyudahi salat, pria paruh baya berpeci yang menjadi imam datang menyapa. Semua jemaah memanggilnya ustaz.
"Selamat datang di masjid kami," sambutnya hangat dengan logat Sulawesi yang kental. Dia memperkenalkan diri. Namanya Abdul Salam, selaku imam masjid.
Perbincangan dibuka dengan cerita awal mula dibangunnya masjid ini. Masjid ini dibangun oleh salah satu pengusaha lokal bernama Muhammad Abdul Qadir. "Untuk mengenang ulama bernama Abdul Roqi," ujar Abdul Salam menceritakan latar belakang pembangunan masjid.
Membangun masjid di atas laut butuh sumber daya yang tidak sedikit. Setidaknya dibutuhkan waktu satu tahun dan biaya Rp 2 miliar untuk membangun masjid seluas 100 meter persegi beserta tangga penghubung.
ADVERTISEMENT
Abdul Salam, penjaga Masjid Terapung, Palu. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Meskipun dibangun oleh perseorangan, kehadiran masjid seluruhnya dibangun untuk umat. Oleh karena itu Abdul Salam ada untuk memastikan umat mendapat manfaatnya.
Pengurus masjid tidak ingin jemaah yang hadir semata-mata hanya ingin menikmati masjid tersebut sebagai ikon wisata.“Masjid dibuka untuk salat berjemaah dan kegiatan keagamaan. Setiap sore kami adakan taman pendidikan Al-Quran untuk anak-anak,” ujar Salam.
Salam juga membuka pintu gerbang masjid untuk kegiatan tertentu. “Kami ada kajian Islam yang diisi oleh beberapa intelektual. Mulai dari peribadatan sehari hari, prosesi keagamaan, hingga kajian Islam dilaksanakan tak pernah sepi," beber dia.
“Ibadah di Masjid Al Rahman selalu ramai. Untuk salat berjemaah, setidaknya 100 orang memenuhi area masjid setiap hari. Saat Ramadhan dan peringatan Idul Adha dan Idul Fitri, jumlah jemaah bisa berjejer di tangga,” cerita pria yang tinggal tak jauh dari tempat berdirinya masjid tersebut.
ADVERTISEMENT
Ibadah di Masjid Al Rahman memberi pengalaman beribadah sembari ditiup semilir angin pantai dan suara deru ombak. “Banyak orang beribadah di sini karena merasa dekat dengan alam. Tidak seperti masjid di perumahan,” cerita Salam.
Salat berjemaah di Masjid Apung Palu. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Jemaah masjid ini begitu berwarna. Dari ratusan jemaah kebanyakan di antara mereka adalah warga Palu dan pelancong luar kota yang mampir ke masjid karena terkesima dengan keunikan masjid.
Seperti halnya, Deny Jaka, salah satu pengunjung asal Manado ini merasa kagum dengan arsitektur Masjid Al Rahman. Ia mengaku baru kali pertama datang ke masjid terapung tersebut.
"Saya kebetulan bukan orang sini, baru kerja sebulan di Palu. Jadi saya kebetulan pas lewat, saya lihat ada masjid sangat bagus. Ya saya salat maghrib sekalian foto-foto," ujar Deny.
ADVERTISEMENT
Pengunjung lain, Kame, perempuan asal Talise ini datang dari dari Donggala, yang berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota Palu. Ia bersama keluarganya memilih Masjid Al Rahman sebagai tempat singgah untuk beribadah sejenak setelah menempuh perjalanan jauh.
"Tadi lagi di jalan arah pulang, lagi musafir, sekalian lewat terus suasananya juga enak karena di atas laut," kata Kame.
Salat berjemaah di Masjid Apung Palu (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)