Membongkar Konspirasi Pembunuhan Firaun Ramses III Lewat Scan Mumi

19 Oktober 2017 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukisan di tembok bangunan kuno Mesir. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan di tembok bangunan kuno Mesir. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Firaun Ramses III dibunuh secara keji oleh orang-orang terdekatnya. Cerita konspirasi ini awalnya beredar lewat dokumen, lalu dibuktikan lewat teknologi modern. Para ilmuwan berhasil membongkar konspirasi pembunuhan firaun Ramses III dengan X-Ray dan CT Scan.
ADVERTISEMENT
Mumi sebagai ikon peradaban Mesir begitu lekat dengan misteri dan mitos. Proyek arkeologi guna menggali situs-situs mumi kerap dilekatkan dengan peristiwa mistis. Semuanya mewujud dalam film, lagu, dan kostum hallowen. Selain dianggap misteri, mumi juga dipandang sebagai artefak sejarah yang dinikmati eksotismenya tanpa dicerna maknanya.
Mumi padahal merupakan budaya Mesir kuno yang eksotis nan filosofis. Professor Sahar Saleem, pakar Radiologi asal Cairo University mengungkapkan bahwa pengawetan jasad Mesir kuno menggunakan teknologi yang begitu maju dan prosesi yang tidak sederhana disebabkan oleh anggapan bahwa kematian adalah momen suci umat manusia.
“Konsep Mesir kuno menyebutkan bahwa kematian bukan sebuah akhir. Setiap ruh tetap hidup setelah mati,” ucap Saleem dalam Seminar bertajuk Scanning the Pharaoh yang digelar di oleh Departemen Arkeologi di Gedung 4 Fakultas Ilmu Pendidikan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (18/10).
ADVERTISEMENT
Ruh yang masih hadir di dunia membutuhkan tempat bernaung dalam fase setelah kehidupan. Fase tersebut akan menjadi sempurna jika ruh mampu mengenali jasad tempat dirinya pernah bernaung. “Oleh karena itu peradaban Mesir kuno menemukan mumi untuk mengawetkan penampilan fisik untuk ruh-ruh mereka,” papar akademisi berkebangsaan Mesir ini.
Mumi menjadi populer ketika Inggris dan Perancis masuk ke Mesir. Saat itu, Eropa dan Amerika kemudian dilanda Egyptomania sebagai bentuk hasrat mereka untuk melihat segala hal berbau Mesir kuno. Pemerintah kolonial melakukan penggalian pada Abad 19. Titik penyimpanan mumi terdapat di kota sebelah barat Sungai Nil bernama Deir El Bahari yang memiliki situs pemakaman kuno yang disebut King Valley dan Queen Valley .
ADVERTISEMENT
Alih-alih menjadi momen untuk melakukan studi tentang Mesir kuno, semangat Egyptomania justru banyak memperlakukan mumi tidak sebagaimana mestinya.
“Mereka (Inggris dan Perancis) datang melakukan penggalian lalu mengambilnya. Mereka menganggapnya sebagai penggalian, tapi saya menyebutnya pencuran. Pencurian besar-besaran karena mengambil mumi-mumi dan warisan lainnya dari masyarakat Mesir,” ujar Saleem.
Professor Sahar Saleem  (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Professor Sahar Saleem (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Selama 1818 hingga 1898, banyak mumi keluar dari Mesir dengan alasan yang tidak penting. Mumi dibawa oleh orang Perancis dan dijadikan tontonan kepada publik Eropa. Bahkan, mumi menjadi suvenir yang dijual di pasar yang penuh dengan turis dari benua Eropa dan Amerika.
Setibanya di Eropa, mumi menjadi tontonan. Saleem menemukan beberapa poster pertunjukan mumi yang dibuka untuk umum. Bahkan, sebuah lukisan tahun 1881 menunjukkan arkeolog Perancis Gaston Maspero membongkar mumi.
ADVERTISEMENT
Penelitian mumi oleh para arkeolog Barat kemudian menjadi pisau bermata dua. Kehadiran peneliti Barat bertujuan baik untuk mengungkap sejarah peradaban. Saat yang bersamaan, penelitian dilakukan dengan cara yang merusak.
Mumi Mesir kuno (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Mumi Mesir kuno (Foto: Wikimedia Commons)
Harapan muncul di tahun 1896 ketika teknologi X Ray digunakan untuk meneliti mumi kuno. X Ray yang baru ditemukan setahun sebelumnya langsung diuji coba di jasad mumi anak-anak yang merupakan inventaris Senckenberg Museum of Natural History pada Maret 1896.
Mesin X Ray kemudian menjadi salah satu senjata akademisi-akademisi Mesir yang ingin meneliti sejarah peradabannya tanpa harus merusak wujud mumi. Ilmuwan Mesir mulai terlibat dalam proyek scanning X-Ray jasad mumi sejak tahun 1932 yang bermula pada penelitian mumi Amenhotep, raja Mesir kuno yang meninggal 1504 SM. Hal itu berlanjut di tahun 1967-1968 ketika meneliti mumi Raja Tutankhamun.
ADVERTISEMENT
Saleem berusaha melanjutkan tradisi akademisi Mesir yang berdikari. “Ini adalah warisan bagi saya. Saya sebagai orang Mesir adalah seseorang yang harus melakukan penilitian tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Semuanya saya lakukan untuk menghormati budaya saya,” ucapnya.
Penelitian menggunakan X-Ray dengan alat CT Scanning mampu memberi wawasan baru bagi perkembangan studi arkeologi yang berfokus pada mumi. Lewat CT Scanning, peneliti akan mampu menemukan banyak data untuk melihat apa yang terjadi ketika mumi hidup seperti jenis kelamin, penyakit, kondisi organ dalam, hingga jimat yang ditanam.
Saleem mengungkapkan bahwa setiap mumi memiliki ornamen yang begitu khas dan menjadi representasi bagaimana orang tersebut menjalani hidup. Di dalam mumi, begitu banyak artefak yang ditanam seperti perhiasan. Setiap benda yang ditanam memiliki maknanya.
Presentasi pemindaian mumi Mesir dengan X-Ray (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presentasi pemindaian mumi Mesir dengan X-Ray (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Salah satu sumbangsih X-Ray adalah Harem Conspiracy, sebuah tragedi pembunuhan Raja Ramses III oleh istri mudanya. Kisah ini menjadi mitos yang simpang siur di kalangan sejarawan yang meneliti .
ADVERTISEMENT
“CT Scan menunjukkan bagaimana Ramses III dibunuh dengan ditusuk di bagian leher dan dipotong kakiknya agar tidak lari. Pada setiap luka, terdapat koin yang ditanam sebagai simbol sebuah harapan bahwa luka ini akan disembuhkan di kehidupan berikutnya,” ucap Saleem.
Kisah ini berawal dari informasi dokumen kuno, termasuk Papirus Yudisial Turin. Pada tahun 1155 Sebelum Masehi, disebutkan beberapa selir berusaha membunuh Ramses III sebagai bagian dari upaya kudeta. Setelah itu, para selir pun diadili, termasuk istri raja bernama Tiye dan putranya Pangeran Pentawere.
Belakangan Pentawere dinyatakan bersalah dan dilaporkan bunuh diri. Dari hasil penelitian X-Ray terhadap mumi Ramses III dan mumi yang diyakini sebagai Pentawere terungkap soal luka leher di tubuh Ramses III dan temuan mengerikan pada tubuh pangeran Pentawere.
ADVERTISEMENT
Mumi sang pangeran diperlakukan dengan buruk dengan kondisi mulut terbuka seperti sedang menjerit. Ia disebut tewas dalam kondisi sakit luar biasa.
Penelitian mumi melalui teknologi scanner memungkinkan berbagai temuan yang masih relevan bagi peradaban manusia modern. Selain mengungkap sejarah dan tradisi Mesir kuno, Saleem beranggapan bahwa kerja-kerja semacam ini bahkan akan berkontribusi untuk dunia medis.