SBY Singgung Skandal Watergate, Apa Itu?

1 Februari 2017 18:38 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: Susilo Bambang Yudhoyono/Facebook)
Dalam konferensi pers pada Rabu (01/2) di kantor Partai Demokrat, sang ketua Partai sekaligus mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dibuat geram dengan dugaan penyadapan terhadap dirinya.
ADVERTISEMENT
SBY memberikan pengandaian dengan sebuah peristiwa. “Saya kira anda masih ingat skandal Watergate dulu kubu presiden Nixon menyadap kubu lawan politik yang juga sedang dalam kampanye pilpres,” cerita SBY.
“Itulah yang sebabkan Nixon resign karena khawatir di-impeach,” lanjut SBY.
Lalu siapa itu Nixon? Dan apa itu Skandal Watergate?
Richard Milhous Nixon adalah seorang politisi Amerika Serikat yang mengakhiri periode kedua kepemimpinannya di Gedung Putih lebih cepat. Presiden AS tersebut mundur dari jabatannya setelah digempur hujatan akibat penyadapan yang dikenal dengan nama Skandal Watergate.
Watergate adalah ungkapan yang menggambarkan skandal politik pada tahun 1972 hingga 1974 yang berakhir dengan mundurnya Presiden Nixon.
Semuanya bermula pada tahun 1972 hingga 1973, Nixon adalah seorang petahana yang sedang sibuk-sibuknya menjalani kampanye pilpres melawan calon dari partai Demokrat, Hubert H. Humprey.
ADVERTISEMENT
Pada masa kampanye tersebut, tepatnya pada 17 Juni 1972, lima orang tertangkap di kantor pusat Partai Demokrat karena memasang alat penyadap yang berlokasi di kompleks Watergate - yang kemudian menjadi nama kasus tersebut. Kelima orang tersebut didakwa kasus pembobolan ruang privat.
Pemeriksaan mengungkap bahwa kelima orang tersebut adalah anggota Badan Intel AS, CIA, yang pernah melakukan misi mata-mata di Kuba. Penangkapan agen pemerintah di kantor partai oposisi memang mencurigakan, dan saat itu rakyat AS belum tergelitik.
Sehari setelah penangkapan, dimulailah reportase investigatif oleh Washington Post yang pelan tapi pasti akan mengungkap praktek kotor Nixon. Bob Woodward dan Carl Bernstein secara telaten melakukan investigasi mendalam kepada agensi-agensi seperti FBI, Sekretariat Negara, dan CIA.
ADVERTISEMENT
Laporan sensasional yang ditulis Woodward dan Bernstein merujuk pada pengakuan sumber berinisial Deep Throat, yang kemudian diketahui adalah Mark Flet, Deputi Direktur FBI. Wawancara dengan Deep Throat melaporkan bahwa operasi Watergate merupakan “strategi khusus yang digunakan Nixon untuk memenangkan kembali kursi presiden”.
Laporan media terus menyerang meski akhirnya Nixon memenangkan Pilpres AS tahun 1973.
Protes terhadap Presiden Nixon (Foto: Thomas J. O'Halloran/wikimedia)
Gegap gempita atas terpilihnya Nixon di tahun 1973 tiba-tiba dikejutkan oleh hasil laporan Pengadilan AS pada yang memvonis pelaku pembobolan bersalah. Hakim bernama John J. Sirica mengatakan terdapat konspirasi politik dalam kasus ini.
Dugaan tersebut direspons Kongres AS dengan membentuk tim penyidik. Pejabat-pejabat penting seperti James W McCord dan mantan Jaksa Agung John Mitchell termasuk dalam Komite Pemilihan Kembali Presiden (CREEP).
ADVERTISEMENT
Pada Juni 1974, Nixon tertunduk malu karena Kongres menerbitkan pembicaraannya terkait kasus Watergate. Akhirnya pada 9 Agustus 1974 Nixon mengajukan pengunduran diri. Kemudian masa kepemimpinannya dilanjutkan oleh wakil presidennya Gerald Ford.
Mundurnya Nixon bukan hanya kemenangan melawan konspirasi politik, namun juga kemenangan pers dalam mengungkap ketidakadilan yang terjadi di pusaran kekuasaan. Kisah pembicaraan Deep Throat ini kemudian diangkat ke dalam film berjudul "All the President Men".