Konten dari Pengguna

Membandingkan Ridwan Kamil, Mengkomparasi Bandung

2 November 2017 17:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arfi Rafnialdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bandung Dulu dan Kini
Bandung hari ini adalah sebuah kota yang tumbuh dari tiada. Dari hutan belukar, Bandung menggeliat berkembang menjadi sebuah kota dengan penduduk lebih dari 2,4 juta jiwa. Tidak ada Bandung hari ini tanpa jasa para pendahulu yang secara bertahap telah membuka wilayah, membangun jalan dan pemukiman, membuat perencanaan pengembangan kota yang kita nikmati sekarang.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah pembangunannya, Bandung telah mendapat berbagai pengakuan dan pencapaian baik formal maupun informal. Sejak era kolonial, Bandung kerap disebut sebagai Paris van Java sebagai bentuk pengakuan keindahan kotanya. Secara formal, Kota Bandung diganjar penghargaan Adipura pada tahun 1987, 1989, 1992, 1993, 1996 dan 1997. Dalam pergaulan dunia, Bandung tercatat di dalam sejarah menjadi tempat dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Bandung juga menjalin kerja sama sister-city dengan beberapa kota di antaranya dengan Braunschweig di Jerman. Bandung bertumbuh dengan prestasi dan apresiasi.
Bandung hari ini juga Bandung yang terus berusaha memperbaiki diri. Menjadi lebih baik daripada Bandung di tahun-tahun sebelumnya. Bandung tahun 2016 memiliki nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 80,16 meningkat dari IPM 77,49 tahun 2010. Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu parameter kota yang cukup komprehensif karena mencakup aspek kesehatan (harapan hidup), pengetahuan (tingkat baca tulis) dan ekonomi (produk domestik bruto). Bandung sejak 2015 berturut meraih Adipura setelah ‘puasa’ selama lebih dari 17 tahun. Indeks kebahagiaan di Kota Bandung tahun 2017 sebesar 73,42, naik 0,15 poin dibanding tahun 2016. Yang juga membuat optimis dalam perubahan Kota Bandung adalah kenaikan kinerja birokrasi pemkot dari nilai 50 (C) naik menjadi 80 (A).
ADVERTISEMENT
Kompetisi Kota bukan Kompetisi Pemimpin
Membandingkan prestasi kepemimpinan Ridwan Kamil dengan prestasi Rismarini (Surabaya), Nurdin Abdullah (Bantaeng) bisa menjadi kabur maknanya apabila yang dibandingkan adalah angka-angka pencapaian kota-kota yang mereka pimpin, ataupun dari prestasi-prestasi yang diberikan dari berbagai lembaga dan instansi. Saya berpendapat, kemajuan sebuah kota tidak semata-mata dikarenakan seorang pemimpin belaka. Ada banyak stake holder yang turut berperan di dalamnya. Prestasi sebuah kota adalah prestasi bersama seluruh elemen kota. Saya juga berpendapat bahwa pemimpin memiliki konteksnya masing-masing. Konteks daerah yang dipimpin dan konteks waktu kapan ia memimpin. Memimpin Bandung masa kini tentu saja tidak persis sama dengan memimpin Bandung di era 90'an. Dan memimpin Bandung yang tanpa pelabuhan dengan karakter masyarakat Sunda tentu jelas berbeda dengan memimpin Surabaya apalagi Bantaeng di timur sana.
ADVERTISEMENT
Mari keluar dari kacamata sempit membanding-bandingkan pemimpin demi kepentingan politik. Akan lebih baik untuk kemajuan bangsa ini untuk melihat pencapaian sebuah kota dibanding pencapaian kota itu di tahun-tahun sebelumnya. Sudahkah Bandung lebih baik dari tahun sebelumnya, sudahkah Surabaya lebih baik dari tahun sebelumnya? Ibarat kita lebih fokus pada pencapaian prestasi kita tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, daripada berlelah-lelah hati selalu membandingkan dengan orang lain yang jalan hidupnya tentu saja berbeda. Dengan begitu, kita dapat berkompetisi meningkatkan standar tidak atas dasar kecemburuan kemajuan pembangunan antar kota, tapi untuk kemajuan pembangunan yang kontekstual sesuai kebutuhan kota dan kebutuhan warga karena karakter kota-kota tidaklah sama walau kategori masalah yang dihadapi sama. Kita tentunya ingin juga Surabaya menjadi kota yang maju, Bantaeng menjadi kota yang lebih baik, demikian juga dengan Bogor dan kota-kota lainnya. Kompetisi penting untuk saling memacu diri, maju bersama bukan saling menjatuhkan.
ADVERTISEMENT
Bandung masa depan
Di masa kepemimpinannya, Ridwan Kamil berhasil menunjukkan pada warganya visi masa depan kota Bandung yang layak tinggal, berkelanjutan, Bandung juara kelas dunia. Bahwa harapan untuk menjadikan kota ini menjadi lebih baik itu ada, dan itu bisa dicapai tahap demi tahap, dengan keberhasilan-keberhasilan 'kecil' yang bertahap. Ibaratnya ia seorang arsitek, yang berhasil menterjemahkan kalimat-kalimat permintaan klien (warga) menjadi gambar yang nyata. Tugas pemimpin-pemimpin Bandung selanjutnyalah untuk menjadi insinyur sipil yang lebih gesit dalam membangun, lebih tangkas menggalang semua kekuatan kota untuk bersama-sama mengangkat harkat kota dan warganya ke level yang lebih tinggi. Jangan sampai kita terlalu sibuk berdebat kusir, lupa berkarya terlambat membangun.
Bandung bisa makin juara, mari kita bangun bersama!
ADVERTISEMENT