Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Dapat Merusak Gigi

ari maulana
Instagram: arimaulanna / Mostly about healthy life
Konten dari Pengguna
6 September 2017 10:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ari maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Orang tua tentu ingin kesehatan sang anak selalu terjaga dengan baik, termasuk kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut tentu sangat penting bagi setiap orang. Selain berdampak pada estetika, kerusakan gigi juga dapat berakibat pada tumbuh kembang seseorang, terlebih pada anak-anak. Anak-anak yang belum bisa memilih makanan yang baik atau tidak, dapat membuat mereka mampu memakan apapun yang mereka sukai. Jika dibiarkan terus-menerus, mengonsumsi sembarang makanan dapat menjadi kebiasaan buruk pada anak yang merusak gigi.
Orang tau sebaiknya mendampingi sang anak ketika menyikat gigi, agar dapat mengajarkan bagaimana cara menyikat gigi yang benar.
ADVERTISEMENT
Memeriksakan kebersihan gigi dan mulut sejak dini penting adanya. Orang dewasa disarankan untuk ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, sedangkan anak-anak disarankan untuk ke dokter gigi setiap tiga sampai empat bulan sekali. Ini karena anak yang masih berada dalam tahap tumbuh kembang, sehingga dokter dapat melakukan tindakan preventif pada anak jika teridentifikasi masalah gigi.
Melansir CNN Indonesia, pada anak-anak, kerusakan yang kerap terjadi adalah karies (gigi berlubang) dan maloklusi. Karies sendiri terdiri dari dua jenis yaitu karies susu botol yang biasanya terjadi pada anak usia di bawah tiga tahun, dan karies rampan pada anak usia di atas tiga tahun. Sedang maloklusi adalah susunan tak beraturan dari gigi.
Kerusakan gigi pada anak ini tentu tidak terjadi begitu saja dan dalam waktu singkat. Mengutip CNN Indonesia, ini beberapa kebiasaan buruk pada anak yang dapat merusak gigi.
ADVERTISEMENT
Tidak Menyikat Gigi Sesuai Anjuran
Sebagian besar orang Indonesia hanya menyikat gigi saat mandi pagi dan mandi sore, padahal waktu yang paling tepat untuk menyikat gigi adalah setiap selesai makan dan sebelum tidur. Hal ini dapat mengurangi risiko gigi berlubang sebanyak 50 persen. Selain itu juga harus menyikat gigi dengan cara yang tepat, yaitu dari arah gusi ke gigi, sehingga tidak mengikis gusi. Ketika menyikat gigi atas, lakukan dari atas ke bawah. Sedangkan ketika menyikat gigi bawah, lakukan dari arah bawah ke atas. Kemudian untuk gigi geraham harus disikat pada permukaannya.
Mengisap Ibu Jari
Para orang tua biasanya akan membiarkan sang anak mengisap ibu jari mereka, karena hal ini dapat membuat anak merasa nyaman dan tidak rewel. Namun ternyata kebiasaan seperti ini dapat memengaruhi kontur rahang atau terjadinya maloklusi. Tentu saja ini akan berpengaruh pada proses mengunyah makanan. Penting bagi orang tua untuk segera melarang anak memasukkan ibu jari atau jari lain pada mulut.
ADVERTISEMENT
Minum Susu dari Botol Dot
Pada umumnya, orang tua akan membiarkan anak memimnum susu dari botol dot, padahal kebiasaan ini dapat membuat gigi anak berlubang dan dapat menyebabkan terjadinya molkulasi.
Ketika menyusui melalui botol dot, mulut akan tertutup, begitu pula dengan lidah, sehingga gigi atas dan geraham belakang akan terendam oleh susu. Tidak hanya itu, al iran saliva pada mulut pun akan berkurang sehingga tidak ada cairan pembersih mulut. Proses seperti ini apabila dibiarkan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama, akan membentuk karies secara bertahap.
Hal ini dapat dicegah dengan beberapa cara. Misalnya, dengan meminum air putih setelah susu, dan ketika anak sudah memasuki usia dua tahun, mulailah ajari mereka untuk minum susu melalui gelas, sedotan, atau sendok. tentu saja tidak membiasakan anak minum susu melalui botol dot.
ADVERTISEMENT
Mengonsumsi Makanan dan Minuman Berkadar Gula Tinggi
Mengonsumsi makanan dan minuman manis membuat derajat keasaman yang ada pada rongga mulut meningkat, sehingga memicu terbentuknya plak pada gigi dan produksi asam oleh bakteri juga semakin sering. Selain itu, email gigi juga menjadi rentan terhadap gigi berlubang. Sebaiknya jangan terlalu sering memberikan anak makanan dan minuman yang berkadar gula tinggi. Cobalah untuk memberi makanan dan minuman lain seperti sayuran dan buah-buahan yang dijus yang memiliki gizi dan vitamin yang juga bermanfaat bagi tubuh kembang anak.
Menyimpan Makanan Terlalu Lama di Rongga Mulut
Mengemut atau menyimpan makanan di rongga mulut dalam waktu yang lama bisa memicu gigi berlubang. Hal ini disebabkan karena saat mulut tertutup, produksi saliva akan berkurang. Padahal masih ada karbohidrat yang tersisa di dalam mulut sehingga bakteri akan memfermentasikannya menjadi asam. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan makanan padat sesuai tahap perkembangan usia anak. Misalnya, dengan membuat makanan yang tidak terlalu lembut atau bertekstur.
ADVERTISEMENT
Menggigit Kuku, Pensil, atau Benda Keras Lain
Selain memengaruhi kontur rahang, kebiasaan menggigit benda keras juga bisa membuat gigi mengalami fraktur atau keretakan. Biasanya, anak yang gemar menggigit-gigit benda akan mengalami crossbite, yaitu posisi gigi bawah yang lebih maju ketimbang gigi atas.
Untuk menghindarinya, orang tua bisa terus mengingatkan anak agar tidak memasukkan benda asing selain makanan dan minuman ke dalam mulut.
Tidak Memeriksakan Gigi Secara Rutin
Sejak anak masih berusia dini, orang tua seharusnya sudah membiasakan untuk berkunjung ke dokter gigi agar anak terbiasa hingga dewasa. Berdasarkan Survey Nasional yang bekerja sama dengan Pepsodent, PDGI, dan IPKESGIMI pada 2015-2016, sebanyak 60,4 persen orang tua hanya akan mengajak anak ke dokter gigi apabila telah terjadi masalah pada gigi si anak. Pada anak-anak disarankan untuk ke dokter gigi setiap tiga sampai empat bulan sekali. Ini karena anak yang masih berada dalam tahap tumbuh kembang, sehingga dokter dapat melakukan tindakan preventif pada anak jika teridentifikasi masalah gigi.
ADVERTISEMENT