Kampung Halamanku, Jalannya Rusak

Aria Rusta
kontributor
Konten dari Pengguna
7 Juni 2019 22:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aria Rusta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi para perantau, mudik menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk bertemu dengan kampung halaman. Bernostalgia melalui kenangan-kenangan semasa kecil, hingga remaja terkadang begitu mengasyikkan. Begitu pula yang aku rasakan, saat kembali lagi ke kampung halaman.
kondisi jalan desa sebelum semakin parah/ aria rusta
Kampung halamanku, Desa Jepangrejo, merupakan suatu desa di ujung kecamatan Blora, Jawa Tengah, menjadi sangat berharga, tapi kini cukup memilukan. Kalian tahu, akses jalan menuju desa tersebut terbilang rusak parah. Padahal, desa itu juga bagian dari kecamatan kota yang dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten. Jarak dari alun-alun kota menuju ke tempat tersebut hanya sekitar 10 km dan membutuhkan waktu tak kurang dari setengah jam.
ADVERTISEMENT
Aku senang saat mengetahui waktu mudik tiba. Perjalanan darat menggunakan bus dari Lebak Bulus, Jakarta menuju ke Blora amat kunikmati, meski terkadang rasa mual timbul secara tiba-tiba. Akan tetapi, begitu memasuki desa, langkahku disambut dengan batu-batuan berwarna putih yang kontur tanahnya tidak beraturan, ditambah dengan debu-debu jalanan.
jalanan berlubang saat musim hujan tiba/ aria rusta
Aku heran. Pasalnya, akses jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar kecamatan yang otomatis juga termasuk jalan kabupaten. Sekitar dua tahun sudah, diriku berniat untuk membuat tulisan 'Rusaknya Jalan Desa Penghubung Antar Kecamatan' namun urung dilakukan. Dokumentasi berupa sejumlah foto dan beberapa video pernah kuabadikan sembari menyusuri tiap jengkal jalanan. Sempat ku bertanya pada seorang perangkat desa.
"Pak, dalane kok rak gampang rusak?" tanyaku waktu itu.
ADVERTISEMENT
"Inggih Mas, kuwi akibat tanah gerak," jawabnya.
Jalan rusak jepangrejo yang kian rusak/ aria rusta
Asumsinya, meski berkali-kali jalanan tersebut diperbaiki, tetap akan terjadi kerusakan. Sebab, tanah di desaku dianggap selalu bergerak. Waktu itu, aku sempat pesimis sehingga kuurungkan niat untuk menceritakannya.
Tak puas dengan jawabannya, aku ceritakan obrolanku tersebut dengan penduduk lain di desa itu. Tampaknya, memang sebagian warga sudah gerah dengan perangkat desa yang pesimis untuk mengatur dan membenahi desa. Semestinya, sebagai perangkat desa harus mempunyai pandangan cerah dan luas agar desa yang dikelolanya dapat berkembang. Infrastruktur dan fasilitas desa juga dapat digenjot dan dioptimalkan, sebagai upaya untuk mengembangkan dan memajukan desa.
Potensi Desa Jepangrejo tidak bisa dianggap remeh. Kuliner seperti Kopi Santan, hingga Walang Goreng tersedia di situ. Belum lagi, kesenian khas Blora, Barongan, menjadi pelengkapnya. Tapi, ya balik lagi. Infrastruktur berupa akses jalan menuju desa itu menjadi penghambat untuk memajukan potensi desa.
warga melintasi jalan desa/ aria rusta
Berbicara mengenai perangkat desa, rumah kepala desaku letaknya persis di pinggir jalan. Setidaknya, ia melihat situasi tersebut. Sepanjang jalan yang melintang di depan rumahnya sebagian besarnya rusak parah. Apalagi, cuaca panas alias kemarau yang terjadi seperti saat ini. Jalan rusak, tidak beraturan, debu-debu jalanan hingga terik matahari menjadi pelengkap hari-hari di desa itu.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit warga desa yang mengeluhkan kondisi itu. Mereka meracau tiap kali melintasi jalanan tersebut, tanpa terkecuali diriku. Sebagai warga desa, aku berharap fasilitas jalan yang rapi dan layak dilewati dapat segera terealisasikan.
Baru-baru, tersiar kabar bahwa pada awal Agustus mendatang, akan ada pemilihan kepala desa. Kabarnya, hanya ada dua calon, salah satunya petahana. Aku sih, ingin ada perubahan. Ya paling tidak, infrastruktur jalan tersebut segera dikebut. Jangan hanya karena ingin mencalonkan diri kembali, tiba-tiba jalanan disulap menjadi baik.
Tapi, mengingat waktu pencalonan dan pencoblosan yang kian dekat, rasa-rasanya keinginanku untuk menikmati jalanan yang enak dilalui, dan nyaman dilewati urung terlaksana. Aku juga dalam waktu dekat bakal kembali meninggalkan kampung halaman, dan dapat dipastikan tidak ikut pemilihan
jalan rusak/ aria rusta
So, siapapun nantinya yang bakal menjabat sebagai kepala desa. Keinginanku dan kebutuhanku sebagai warga desa tetap sama. Akses jalan desa dapat segera diperbarui dan warga desa yang melewati jalanan tersebut dapat happy.
ADVERTISEMENT