Gendis rampung membaca sebuah cerpen yang membuatnya mengerutkan dahi tapi sekaligus menerbitkan rasa gelisah yang aneh, rasa yang melayangkan ingatannya kepada sebuah nama yang seharusnya tidak perlu dikenang, tetapi bagaimana mungkin ia melupakannya, nama yang bagaimana pun akan terus membuntuti kelokan jalan nasibnya.
Setengah berupaya menepiskan nama itu dari ingatan, Gendis mengirimkan pesan melalui WA kepada Siska, yang sekarang kuliah S2 sambil mengelola kedai kopi di Yogya.
“Sudah baca cerpen ini, Mbak?” tulisnya sambil mencantumkan tautan cerpen itu.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814