Seandainya Amerika Serikat dan Tiongkok Bisa seperti 'Hobbs & Shaw'

Arief PrioW
Diplomatic Civil Servant | News observer | Visual oriented with Musical attribution | Milanisti | Part-Time Gamer, Full-Time Husband & Father
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2019 23:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief PrioW tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi AS-RRT dalam wujud siluet 'Hobbs & Shaw' (sumber: dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi AS-RRT dalam wujud siluet 'Hobbs & Shaw' (sumber: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Sejak Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pada tahun 2016, salah satu kebijakan pertamanya yang kontroversial adalah penerapan tarif yang tinggi atas produk impor dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kebijakan sepihak ini tak pelak mendapat reaksi yang sama kerasnya dari RRT.
ADVERTISEMENT
Pemberitaan dan analisis mengenai ‘Perang dagang AS-RRT’ yang terus berjalan dan berkembang hingga saat ini selalu menghiasi berbagai media global bagaikan 'Clash of the Titans’.
Sekilas Perang Dagang AS-RRT
Sejak sebelum menjadi Presiden, Donald Trump selalu menyampaikan keluhannya atas praktik dagang RRT ke AS. Sehingga setelah dilantik, Trump langsung meluncurkan investigasi terhadap praktik dagang RRT. Hasilnya, hingga saat ini AS secara bertahap menerapkan tarif hingga 25 persen dengan nilai mencapai US$250 miliar pada berbagai produk impor dari RRT .
Tidak hanya itu, Trump mengancam akan menambah pengenaan tarif hingga US$325 miliar. Atau tepatnya sekitar 60 persen dari total nilai ekspor produk RRT ke AS yang mencapai US$539 miliar pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
RRT membalas dengan mengenakan tarif yang sama atas produk impor dari AS yang mencapai US$110 miliar, atau sekitar 91 persen dari total produk ekspor AS ke RRT yang mencapai US$120 miliar pada tahun 2018. Balasan tersebut ditambah juga dengan pembatasan keleluasaan atas operasional perusahaan AS di RRT.
Dampak perang dagang ini tidak hanya mempengaruhi kedua negara tapi juga perekonomian dunia secara global. International Monetary Fund (IMF) menyampaikan kondisi ini akan melemahkan pertumbuhan ekonomi global 0,5 persen pada tahun 2020. Perlambatan perekonomian juga dirasakan di berbagai negara, termasuk memengaruhi nilai tukar uang terhadap dolar AS maupun renminbi RRT.
Tanpa mencoba menganalisa lebih dalam mengenai Perang Dagang AS-RRT, penulis justru terinspirasi membayangkan apabila AS dan RRT bisa berkolaborasi daripada bersengketa terus menerus setelah menonton 'Fast & Furious: Hobbs & Shaw'.
ADVERTISEMENT
'The Fast and the Furious: Hobbs & Shaw'
'Hobbs & Shaw' adalah spin-off dari franchise sukses ‘The Fast and the Furious’. Diumumkan pada tahun 2017, film ini melanjutkan cerita dengan berfokus pada sosok agen CIA Luke Hobbs dengan mantan rivalnya, tentara bayaran sekaligus mantan agen MI6, Deckard Shaw.
Jika kita mengikuti cerita ‘The Fast and the Furious’ khususnya bagian ke-7 ('Furious 7') yang rilis tahun 2015, kedua karakter ini dikisahkan sebagai pihak yang saling bermusuhan. Karakter Shaw menjadi antagonis yang membunuh rekan dari kelompok protagonis pimpinan Dominic Toretto (Vin Diesel) dan Luke Hobbs. Namun pada edisi ke-8, ‘The Fate of the Furious’ yang rilis tahun 2017, karakter Shaw justru berubah menjadi bagian dari kelompok protagonis.
Cuplikan film 'Hobbs & Shaw' (sumber: www.universalpicture.com)
Sejarah yang kurang baik antara Luke Hobbs dan Deckard Shaw dari franchise ‘The Fast and the Furious’ menjadi bumbu pembuka film ‘Hobbs & Shaw’. Ketika Pemerintah AS dan Inggris menugaskan mereka untuk bekerja sama, maka yang didapat adalah resistensi, pertengkaran, saling ejek, dan persaingan yang tidak sehat diantara keduanya.
ADVERTISEMENT
Namun seiring berjalannya waktu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dari pihak musuh, Hobbs dan Shaw menyadari bahwa mereka memiliki musuh bersama yang sangat kuat dan sulit diatasi apabila tidak dapat bekerja sama dan berkolaborasi dengan baik. Kesadaran untuk mengutamakan keselamatan dunia lah yang menyatukan mereka.
Kolaborasi adalah kunci
Terlepas dari aksi film yang bombastis dan di luar nalar, pesan untuk bekerja sama dan berkolaborasi sangat relevan dengan kondisi global saat ini. Pesan ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada pidato pembukaan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 di Bali. Bahwa sekarang bukan saatnya untuk rivalitas dan kompetisi, namun justru untuk kerja sama dan kolaborasi.
Pidato Pembukaan Presiden Joko Widodo dalam IMF-World Bank Annual Meeting 2018 (sumber: www.kumparan.com)
Pidato tersebut mengajak negara-negara untuk menyadari ancaman global yang meningkat. Perubahan iklim, sampah plastik yang mengancam food security, upaya pencapaian 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, dan ancaman terorisme adalah beberapa aspek ancaman global yang seluruhnya membutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang baik dari berbagai negara untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Kita menyadari bahwa AS dan RRT saat ini merupakan raksasa ekonomi dunia. Kebijakan yang dikeluarkan kedua negara tersebut berdampak langsung pada perekonomian global. Seperti yang dapat kita lihat dan rasakan dalam perang dagang yang masih berlangsung.
Apabila AS dan RRT sebagai dua raksasa industri dapat berkolaborasi secara positif. Misalnya saja dengan menekan emisi karbon dan berinvestasi untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak bergantung pada batubara dan bahan bakar fosil. Tentunya dampak positif juga akan dirasakan secara global, atau mungkin bahkan akan diikuti oleh berbagai negara.
Seperti halnya Hobbs dan Shaw yang pada dasarnya adalah karakter yang berlawanan, namun mereka dapat berkolaborasi untuk mengalahkan musuh bersama untuk menyelamatkan dunia dari ancaman virus mematikan. Awalnya saling tinju, namun di akhir saling berpesta dan minum bersama.
ADVERTISEMENT
Itulah pengandaian penulis terhadap AS dan RRT untuk dapat menyadari ancaman global yang besar, sehingga dapat lebih mengutamakan kerja sama dan kolaborasi, bersama dengan negara-negara lain di dunia, demi kemaslahatan masa depan umat manusia.
Ilustrasi bersulang antara AS-RRT dalam wujud siluet 'Hobbs & Shaw' (sumber: dok. pribadi)