Seandainya Seluruh Dunia Menggunakan Satu Mata Uang

Aries Andrian
Mahasiswa S1 Akuntansi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Februari 2022 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aries Andrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dari shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dari shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Pernah tidak kalian membayangkan kenapa mata uang disetiap negara itu berbeda-beda?, kenapa sih tidak memakai satu mata uang saja diseluruh dunia?. Dari pertanyaan tersebut terlihat bahwa seandainya diseluruh dunia ini hanya menggunakan satu mata uang, akan sangat praktis banget. Kali ini kita akan membahas pertanyaan berikut beserta konsekuensinya jika diseluruh dunia menggunakan mata uang yang sama.
Sisi pertumbuhan Inflasi, GDP, dan GDP Per kapita. Foto: Dok. Pribadi
Dari data diatas, setiap negara memiliki kondisi yang berbeda-beda. Seperti Argentina yang memiliki inflasi sangat tinggi dan ada juga yang memiliki inflasi rendah seperti Jepang. Ada negara yang sedang berkembang seperti China dan ada juga negara yang ekonominya sudah maju seperti Amerika serta ada negara yang sedang mengalami konflik seperti Irak. Pada dasarnya kondisi disetiap negara itu berbeda-beda dan masalah ekonomi setiap negara pun ikut berbeda-beda ada yang inflasinya terlalu tinggi ada juga yang deflasi. Masalah ekonomi disetiap negara tersebut butuh solusi dan kebijakan ekonomi yang berbeda juga.
ADVERTISEMENT
Apa sih yang membedakan mata uang Rupiah dengan Ringgit Malaysia? yang membedakan yakni pihak yang punya kuasa untuk membuat kebijakan ekonomi. Rupiah diterbitkan oleh Bank Indonesia sedangkan Ringgit diterbitkan oleh Bank Sentral Malaysia, Artinya keduanya dipisahkan oleh otoritas yang menerbitkan mata uang tersebut dan sekaligus otoritas yang bisa mengambil kebijakan moneter ketika terjadi permasalahan ekonomi. Jika ada satu negara yang mengalami inflasi yang terlalu tinggi sampai harga barang-barang naik terlalu cepat, hal itu tentu harus segera ditangani supaya kondisinya tidak semakin parah dan akhirnya jadi hyperinflasi seperti negara Venezuela.
Maka dari itu, Bank sentral sebagai pihak yang menerbitkan mata uang bisa mengambil kebijakan moneter dengan cara menaikkan suku bunga dengan naiknya suku bunga, harapannya masyarakat bisa aktif menabung dan berinvestasi, kecepatan uang beredarpun bisa ditekan dan akhirnya tingkat inflasi yang terlalu tinggi bisa berangsur-angsur diredam. Seandainya sebuah negara mengalami inflasi negatif atau deflasi, kondisi tersebut berbaya karena bisa memicu banyak perusahaan jatuh bangkrut, menaikkan angka pengangguran, dan membuat daya beli masyarakat menurun. Cara mengatasinya yakni dengan kebijakan moneter yang bisa diberlakukan oleh bank sentral yaitu dengan menurunkan tingkat suku bunga untuk mata uang di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika mata uang di dunia hanya satu, setiap negara akan kehilangan kekuatan untuk menentukan kebijakan moneter, menyelesaikan masalah ekonomi di negaranya masing-masing. Seandainya mata uang diseluruh Asia Tenggara itu sama dan Indonesia sedang mengalami deflasi sementara negara lain contoh Malaysia sedang mengalami inflasi yang cukup tinggi. Bank sentral yang menerbitkan mata uang untuk seluruh Asia Tenggara ini jadi bingung, kalau mereka menurunkan suku bunga maka mereka akan menolong ekonomi Indonesia namun bisa mencelakakan ekonomi Malaysia. Jika kebijakan yang diambil ini sebaliknya yakni menaikkan suku bunga maka ekonomi Malaysia bisa tertolong namun Indonesia akan mengalami deflasi yang semakin parah.