Bu Susi dan Mengapa Masa Depan Kelautan Indonesia Cerah

Arif Utama
just like cactus jack, i quit.
Konten dari Pengguna
15 November 2017 9:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bu Susi dan Mengapa Masa Depan Kelautan Indonesia Cerah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Masa depan kelautan Indonesia cerah, terima kasih kepada kerja keras Menteri Kelautan dan Perikanan yang dipimpin oleh Susi Pudjiastuti. Dalam tiga tahun, neraca perdagangan perikanan Indonesia melonjak hingga menjadi penguasa di Asia Tenggara. Dalam tiga tahun, Indonesia berhasil menurunkan angka impor hingga 70% dan berhasil menaikkan angka ekspor hingga 7%.
ADVERTISEMENT
Adapun konsumsi ikan di masyarakat Indonesia sendiri meningkat. Dari awalnya sekitar 30 kilogram, kini menjadi 43 kilogram. Bahkan, negara seperti Maroko berniat untuk belajar dari Indonesia. Serta beberapa perusahaan di Thailand kemudian ingin membangun pabrik di Indonesia.
“Perubahan yang kelihatannya kecil, ternyata berefek besar,” jelas Bu Susi kepada kumparan (kumparan.com) Rabu (15/11/2017). “Bangsa kita bisa melakukannya, dan ternyata, luar biasa.”
Adapun penyebab mengapa industri kelautan Indonesia menjadi kian cerah, tak terlepas dari keinginan Bu Susi sendiri untuk bangkit setelah kerugian yang terjadi pada tahun 2013. “Ini yang belum diangkat besar-besaran. Pada tahun 2013, selain penuruan nelayan, kita kehilangan 13 eksportir seafood. Jadi bangkrut 115 perusahaan,” jelas peraih dua gelar honoris causa dari dua universitas di Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Upaya Kementerian Perikanan dan Kelautan dalam meningkatkan pemasukan negara dilakukan dengan dua hal: penangkapan llegal fishing dan tata kelola.
“Kan mencurinya banyak. Ada 15 kapal, 20 kapal,” jelas Bu Susi. “Dan mereka akan mencuri karena laut mereka tidak sesubur kita.” Kementerian Perikanan dan Kelautan memang tak bisa menangkap semua kapal ilegal. Namun dengan menangkap satu-dua kapal, dan menenggelamkannya membuat efek jera bagi pelaku illegal fishing. Mengingat bahwa ada seribu kapal Tiongkok ilegal di Laut Kalimana.
Hal ini berdampak positif, biomass Indonesia yang kian meningkat. Ada peningkatan hingga 300 persen, di kala banyak negara yang justru menurun biomass-nya. Dampaknya, dapat dilihat dari ukuran ikan yang besar-besar. “Tahun pertama (penangkapan) illegal fishing, (ukuran) tuna 20-30 kilo. Terus 30-45 kilo. Sekarang di Banda Neira, ada 90 kilo.
ADVERTISEMENT
Dalam urusan tata kelola, Bu Susi menginginkan agar sektor kelautan tak hanya bergantung pada satu-dua daerah. Namun wilayah kelautan Indonesia yang kaya, seperti Laut Natuna atau Laut Kalimana, dapat langsung mengeksportir ikan langsung. Tujuannya untuk menekan biaya pengeluaran dan menghemat waktu karena harus mengirim ke satu-dua wilayah.
“Itu bisa menjadi kekuatan dunia yang luar biasa, loh. Dan itu continuously, berkelanjutan, tak habis,” tandas bu Susi.