news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seperti Helm, Global Warming Butuh Sosialisasi yang Baik

Arif Utama
just like cactus jack, i quit.
Konten dari Pengguna
15 November 2017 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seperti Helm, Global Warming Butuh Sosialisasi yang Baik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Jadi ada satu desa, dia punya solar. Tapi malah dipakai buat jemuran,” begitu jelas Ari Mochamad, pemilik Thamrin School of Climate Change and Sustainability, kepada kumparan (kumparan.com) Rabu (15/11/2017) . Perihal global warming sendiri, tentu semua orang tahu apa bahanya. CO2 di bumi sendiri sudah meningkat jauh hingga 404,2 ppm.
ADVERTISEMENT
Sangat jauh jika dibandingkan pada tahun 1960 berada di sekitar angka 300. Hal ini adalah penyebab mengapa bumi makin panas – karena zat CO2 yang membanyak bikin ozon bolong sehingga makin lama kita makin terpapar oleh radiasi. Membuat efek rumah kaca.
Selain bikin bumi makin panas, hal ini juga bikin cuaca bumi menjadi lebih ekstrem. 75-80% bencana di bumi ini karena perubahan cuaca. Sehingga jika manusia masih ingin tetap di bumi, manusia harus berubah.
Sehingga pemanfaatan energi terbarukan harus dilakukan. Menurut Global Reinsurance Company Munich, kerugian ekonomi akibat pemanasan global juga tak dapat dikatakan sepele. Dekade lalu, kerugian negara berkembang bisa sampai 100 milyar dollar per tahun. Diprediksi pada 2050, kalau tak ada penanggulangan khusus, kerugian ini berpotensi akan meningkat hingga 300 milyar dollar.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, namun penyelesaian masalah global warming sendiri tak mudah. Di Amerika Serikat sendiri, Donald Trump blak-blakan bilang global warming tak lebih dari sekedar hoax.
Sementara banyak juga masyarakat di negeri sendiri belum sadar bahwa penggunaan energi seperti minyak, batu bara, dan jenis energi fosil lainnya membutuhkan waktu sangat lama untuk meregenerasikannya. Ari sendiri, menganalogikan permasalahan global warming seperti helm.
“Seperti helm aja. Semua orang kan tahu waktu Pemerintah menerapkan regulasi tentang helm. Itu kan niatnya baik, agar aman. Tapi dapat penolakan dari masyarakat. Ada yang bilang mati itu ditangan Tuhan-lah. Tapi kan, karena sosialisasi yang baik, ujung-ujungnya orang sadar,” jelas Ari.
“Yang bisa kita pelajari dari itu, semua pihak harus melakukan sinergi. Baik Pemerintah, masyarakat, atau bahkan, perusahaan harus sadar bahwa energi terbarukan ini masa depan. Bahkan, banyak kok perusahaan luar negeri yang udah sadar buat go-green,” tandasnya.
ADVERTISEMENT