Evolusi Jersey Klub Indonesia: Dari Sebatas Kain Hingga Jadi Identitas

17 April 2017 14:06 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Launching tim Persib. (Foto: ANTARA/Agung Bebeng)
Busana atau lebih lazim dimaknai sebagai style dianggap banyak orang hanya sebatas potongan kain yang melekat di tubuh. Namun, bagi sebagian lainnya, style memiliki makna yang sangat penting.
ADVERTISEMENT
Dick Hebdige dalam bukunya SUBCULTURE: The Meaning of Style membuka mata banyak pihak akan betapa signifikannya sebuah style bagi seseorang karena bisa menentukan sebuah kelas, status, citra diri, dan daya tarik.
Lebih jauh, style bahkan bisa dipakai sebagai sebuah medium untuk menentang kemapanan, menyuarakan protes serta menunjukkan identitas diri. Potret itu jelas terlihat pada sebuah subkultur: Punk. Mereka memakai style sebagai alat perlawanan--selain musik--hingga detik ini.
Lantas, apa hubungannya dengan sepak bola?
Perkembangan sepak bola dari zaman ke zaman semakin pesat. Jika dahulu hanya berbicara tentang 22 orang berjibaku di atas lapangan hijau, kini aspeknya bahkan melebar hingga hal-hal non-teknis. Sepak bola sebagai industri, kini semakin tak bisa dipisahkan sebagai komoditas. Bahasa sederhananya, apapun yang bisa dijual, maka jual lah.
ADVERTISEMENT
Pernak-pernik klub menjadi salah satu komoditas yang mampu mendatangkan materi lumayan banyak bagi klub. Segala sesuatu tentang Manchester United misalnya, pasti akan laku di pasaran.
Dari sekian banyak komoditas klub, salah satu yang cukup menjanjikan adalah penjualan jersey. Beberapa media Inggris pernah melansir bahwa "Setan Merah" meraup 76 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,31 triliun dari penjualan kostum Zlatan Ibrahimovic hanya dalam satu pekan pertama. Itu terjadi ketika Ibrahimovic pertama kali mendarat di Old Trafford pada tahun lalu.
Di Indonesia, sayangnya banyak klub yang awalnya tak melek dengan bisnis menggiurkan itu. Jersey klub dibuat asal-asalan dengan desain minimalis--lebih tepatnya seadanya. Tak ada ciri khas yang coba ditonjolkan seperti apa yang dikatakan oleh Eco.
ADVERTISEMENT
Jersey sebuah tim seharusnya bisa dimaknai sebagai sebuah kebanggaan untuk mewakili suatu daerah. Berbicaralah lewat jersey tentang sepak bola di daerah Anda.
Coba, perhatikan jersey di bawah ini.
Atau yang berikut ini.
Jika tak ada logo klub, mungkin tak ada yang mengenali jersey itu miliki siapa. Hanya berupa warna dasar dengan corak garis sebagai variasinya. Tak hanya itu, coba tengok ukurannya. Tampaknya semua jersey klub Indonesia dipasok oleh satu pabrik: All Size.
Jika sudah begitu, siapa yang rela merogoh koceknya untuk membeli sesuatu yang tak bisa dibanggakan? Dari situ saja sudah bisa ditebak bahwa kebanyakan kesebelasan di Tanah Air masih dikelola secara tradisional.
Namun, cerita sendu itu perlahan terkikis seiring "berkembangnya" sepak bola nasional. Satu per satu klub mulai memahami betapa pentingnya jersey sebagai identitas klub. Maka, muncul lah klub-klub dengan jersey-nya masing-masing. Produksinya pun dipastikan bukan dari pabrik yang sama. Kini, di sebelah kanan dada terpampang logo penyuplainya (apparel).
ADVERTISEMENT
Fenomena itu sudah terjadi dalam lima tahun belakangan. Klub-klub Indonesia bahkan tak malu lagi memperkenalkan kepada publik desain jersey teranyarnya kala musim akan dimulai--lengkap dengan wanita cantik sebagai modelnya. Perang jersey pun terjadi, tak terkecuali di Gojek Traveloka Liga 1.
Sebanyak 18 klub berlomba-lomba membuat jersey semenarik mungkin. Dengan warna cerah nan menarik mata dilengkapi dengan corak khas daerah masing-masing.
Tiga varian jersey anyar Madura United (Foto: Haikal Pasya/Kumparan)
Mizuno--perusahaan apparel asal Jepang--bahkan harus membuat desain khusus untuk mempertahankan ciri khas Madura United dengan corak merah-putihnya. Begitu juga dengan Barito Putera yang tak luput untuk menjadikan jersey mereka sebagai wadah representatif daerahnya.
Sementara, Persib Bandung tetap mengusung warna biru tua dengan corak emas yang diidentifikasikan sebagai era-era keemasan Persib sebelumnya. Harapannya, era keemasan itu akan terulang pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya berhenti pada desain, jersey klub Indonesia bahkan sudah mulai melek teknologi. Adalah Persebaya Surabaya yang menjadi pelopornya. Meskipun hanya akan berlaga di Liga 2, Green Force tampak serius mempersiapkan timnya, termasuk soal jersey.
Persebaya menandai kembalinya ke Liga Indonesia dengan membuat jersey secara total. Selain desainnya yang menarik, jersey tersebut juga diklaim memiliki teknologi canggih yang tercatat sebagai pertama kalinya di Indonesia. Jersey itu diklaim memiliki bahan yang ringan, cepat kering, anti bau, anti bakterial, dan anti UV.
Jersey kini sudah dilihat sebagai hal penting sebagai representatif sebuah klub di Indonesia. Jika digarap dengan benar, maka penjualan jersey bukan tak mungkin bisa menjadi alternatif pemasukan bagi tim-tim di Tanah Air. Tentunya, sambil berharap kesadaran para suporter untuk tak membeli barang imitasi.
ADVERTISEMENT
Ya, setidaknya sepak bola Indonesia ada aspek yang benar-benar berkembang, bukan?