Hadi Mustofa

Arifin Asydhad
Bekerja sebagai jurnalis sejak 1999. Berawal di Harian Politik Monitor, lanjut ke detikcom. Per Oktober 2016 menapaki babak baru di kumparan (www.kumparan.com)
Konten dari Pengguna
19 Juli 2020 14:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arifin Asydhad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Komisaris Pertagas, Hadi Mustofa Djuraid.
 Foto: Pertagas
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris Pertagas, Hadi Mustofa Djuraid. Foto: Pertagas
ADVERTISEMENT
Saya menyesal tak berupaya mengenalnya lebih jauh. Padahal selama ini, Hadi Mustofa Djuraid sangat sering menghubungi saya, terutama saat ada informasi-informasi penting. Terakhir, saya bertemu Hadi 13 Februari 2020 lalu saat diajak diskusi dengan mantan Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM Ignasius Jonan.
ADVERTISEMENT
Pertemuan di Cecemuwe Cafe & Space di bilangan Kebayoran, Jakarta Selatan, itu sangat terbatas. Hanya ada Jonan, Hadi, Arif Zulkifli (mantan Pemred Majalah Tempo/Anggota Dewan Pers), M. Nezar Patria (Pemred The Jakarta Post), dan Ardian T. Gesuri (Pemred Kontan). Saya datang paling akhir, karena saya harus menyelesaikan rapat hingga pukul 18.00 WIB. Acara kongkow-kongkow penting ini sebenarnya dimulai pukul 17.00 WIB. Saya sudah mengabari Hadi kalau saya akan datang terlambat.
Pertemuan dengan Jonan. Tempat duduk kuning yang kosong itu untuk saya
Ini pertemuan pertama dengan Hadi, setelah Jonan berhenti tugas sebagai Menteri ESDM, yang otomatis Hadi berhenti tugas sebagai staf khususnya. Saya merasa mendapat kehormatan diundang di acara terbatas ini, karena sudah berbulan-bulan tak pernah bertemu Jonan. Juga yang diundang para senior saya dari media-media yang kredibel dan hebat. Pasti ada informasi-informasi penting yang saya dapatkan dan saya juga bisa belajar dari tiga pemred hebat itu, selain itu juga pasti bertukar informasi.
ADVERTISEMENT
Salah satu kegiatan saya sejak jadi pemimpin redaksi, baik saat di detikcom maupun saat ini di kumparan, lebih banyak melakukan pertemuan-pertemuan informal seperti ini. Pertemuan seperti ini kadang sampai memerlukan waktu berjam-jam. Benar saja, dalam pertemuan ini, saya memperoleh informasi-informasi background yang sangat berharga. Baik dari Pak Jonan, maupun dari para pemimpin redaksi lainnya.
Acara yang seharusnya dijadwalkan selesai pukul 19.00 WIB, molor hingga pukul 20.00 WIB. Bila tidak ada tamu lain untuk Pak Jonan, bisa saja pertemuan itu molor hingga lebih malam. Sebelum meninggalkan kafe yang asyik ini, kita sempat foto bersama. Dan inilah foto terakhir saya dengan Hadi Mustofa.
Foto bersama sebelum pulang. Hadi Mustofa sebelah kanan saya, pakai baju putih.
Hadi Mustofa meninggal dunia saat bersepeda di jalan Akses UI, Depok, sekitar pukul 11.00 WIB, Jumat (17/7/2020). Dari tulisan Dahlan Iskan dan Nasihin Masha (mantan Pemred Republika), sebelum terjatuh dari sepeda lipatnya dan meninggal, Hadi ternyata pagi itu sempat menghadiri rapat di kantor Balai Pustaka di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Saat berangkat dari rumah menuju kantor Balai Pustaka, dia mengayuh sepedanya sejauh 23 Km. Begitu pulang, dia juga mengayuh sepedanya lagi. Tapi, sebelum tiba di rumahnya di Perumahan Griya Tugu Asri, Depok, Hadi lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa. Dia mendapat serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Di berbagai grup WhatsApp yang saya ikuti, semua teman bilang Hadi memang orang baik. Dia yang meninggal dalam usia 55 tahun itu pernah menjadi wartawan di Berita Buana, Republika, dan Metro TV. Dia juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi BUMN Track, media yang memberitakan tentang BUMN-BUMN. Saat Hadi menjadi Pemimpin Redaksi BUMN Track itulah dia juga bergabung sebagai anggota Forum Pemimpin Redaksi (Forum Pemred) Indonesia, organisasi yang didirikan para pemred media-media mainstream pada tahun 2012. Saya menjadi salah satu pendiri dan saat ini saya sebagai sekjennya.
Selama berteman, saya setuju Hadi memang orang baik. Karakternya memang kalem dan tenang. Dia tahu persis mana yang harus ia sampaikan sebagai staf khusus Jonan, mana yang tidak. Beberapa kali saya dan Hadi pernah melakukan perjalanan dinas bersama Jonan. Di setiap perjalanan, dia tidak mau memperlihatkan bahwa dia adalah pejabat eselon I.
ADVERTISEMENT
Namun, saya memang tidak kenal lebih mendalam tentang pribadi Hadi. Selama ini juga belum ada pertemuan yang memungkinkan saya mengenal Hadi lebih dalam. Namun, dari kesaksian Nasihin Masha dan Asro Kamal Rokan (mantan Pemred Republika dan mantan Pemimpin Umum LKBN Antara), saya akhirnya tahu siapa Hadi Mustofa sebenarnya. Dia layak jadi menjadi contoh bagi saya.
Tanggal 8 Juni 2020, Hadi Mustofa mengirim WA, meminta saya untuk membuat video ucapan selamat ulang tahun untuk Pak Jonan. “Assalamualaikum Bos, semoga selalu sehat walafiat. Tgl 21 Juni nanti Pak Jonan ultah ke-57. Mohon berkenan menyampaikan ucapan selamat singkat via video. Video cukup direkam dengan handphone dn dikirimkan ke saya untuk dikompilasi.
Terima kasih 🙏.”
ADVERTISEMENT
Sekitar 15 Juni, dia mengingatkan saya untuk membuat video itu. Saya kemudian mengirim video ucapan selamat ulang tahun untuk Jonan keesokan harinya. Saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk Jonan dengan sedikit jenaka. Hadi memberikan respons: “Sipp…mantabs”.
Itulah WA Hadi ke saya terakhir kalinya. Sekitar pukul 12.47 WIB Jumat (17/7/2020), Jonan mengirim WA yang mengabarkan meninggalnya Hadi Mustofa Djuraid. Jonan juga mengirimkan alamat rumah duka. Namun, saat itu saya tidak bisa ikut melayat, karena setelah Jumatan sampai sore, saya sudah punya agenda yang tidak bisa ditinggalkan.
Selamat jalan, Hadi Mustofa, semoga husnul khatimah. Allah mencatat amal-amal baikmu.