Totalitas Teh Nenih

Arifin Asydhad
Bekerja sebagai jurnalis sejak 1999. Berawal di Harian Politik Monitor, lanjut ke detikcom. Per Oktober 2016 menapaki babak baru di kumparan (www.kumparan.com)
Konten dari Pengguna
27 Maret 2019 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arifin Asydhad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teh Nenih Foto: Akhmad Sawaldi
zoom-in-whitePerbesar
Teh Nenih Foto: Akhmad Sawaldi
ADVERTISEMENT
Dia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Tapi semangat hidupnya jempol. Dia memiliki passion. Saya belajar dari dia tentang totalitas.
ADVERTISEMENT
Dia adalah Nenih. Seorang ibu rumah tangga berusia 36 tahun. Dia hidup bersama dengan suami dan seorang anak lelakinya, yang belum lama ini lulus dari SMA. Mereka tinggal di sebuah desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Kira-kira setengah jam perjalanan mobil dari Alun-alun Lembang.
Meski ibu rumah tangga, tapi sebenarnya dia adalah peternak sejati. Sejak 2009, dia dibantu suaminya beternak sapi perah untuk menopang hidupnya.
Berawal dari memiliki satu ekor sapi, saat ini Teh Nenih, begitu ia disapa, memiliki tujuh ekor sapi. Bila satu ekor sapi berharga Rp 17 juta, maka aset usaha ternak Teh Nenih minimal bernilai Rp 119 juta.
Tiap hari, Teh Nenih bisa memperoleh 50-80 liter susu dari sapi-sapinya itu. Jumlahnya fluktuatif, tergantung jumlah sapi yang sedang laktasi.
ADVERTISEMENT
Berapa pendapatan Teh Nenih tiap hari? Bila sehari memperoleh 50 liter susu dan harga per liter Rp 5.500, maka pendapatan Teh Nenih Rp 275 ribu per hari. Bila biaya operasional per liter susu Rp 3.000, maka pendapatan bersih Teh Nenih per hari Rp 125 ribu. Dengan demikian pendapatan Teh Nenih per bulan sebesar Rp 3.750.000. Jumlah ini sudah lebih besar dibanding upah minimum provinsi (UMP).
Teh Nenih dan keluarga hidup sehari-hari dari pendapatan dari beternak sapi perah. Tak ada pendapatan lain. Tiap hari, Teh Nenih mengoperasikan peternakan kecilnya bersama suami dan anaknya. Mereka bagi-bagi tugas.
Teh Nenih dan sapinya. Foto: Akhmad Sawaldi
Aktivitas mereka dimulai saat subuh, antara pukul 04.00-05.00 WIB. Dimulai dengan membersihkan kandang dan memerah susu sapi. Setelah itu, Teh Nenih menyetor susu sapi itu ke pos pengumpul susu.
ADVERTISEMENT
Sang suami akan mencari rumput hingga siang hari. Sementara Teh Nenih dan anaknya membersihkan kandang, memberi makan sapi dengan rumput dan konsentrat, mengecek ketersediaan air, juga memandikan sapi. Teh Nenih juga memantau sapi-sapi setiap saat dan memastikan sapi-sapi dalam kondisi prima. Sapi yang sehat pasti akan membuahkan produksi susu yang bagus.
Kesibukan kembali dilakukan Teh Nenih menjelang sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Dia harus memerah susu sapinya lagi. Kemudian, Teh Nenih menyetor kembali susu sapi yang ia hasilkan ke pos pengumpul susu.
Sebagai peternak, Teh Nenih lebih banyak menghabiskan hari-harinya di kandang. Sapi-sapi yang ia miliki merupakan harta yang ia punya dan jaga. Apalagi sapi-sapi itu adalah sumber pendapatan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Tak cukup bagi Teh Nenih untuk mengoperasikan peternakannya dengan ala kadarnya saja. Dia tak mau biasa-biasa saja. Meski hanya lulusan SD, dia paham untuk menjadi peternak, dia harus punya ilmu. Karena itulah, begitu ada program Farmer2Farmer yang dibuat Frisian Flag Indonesia (FFI), Teh Nenih mengikutinya.
Banyak ilmu yang ia dapatkan dari program ini. Salah satunya, Teh Nenih sangat disiplin dalam membuat catatan harian mengenai peternakannya. Dari mulai berapa kilogram rumput dan konsentrat yang ia berikan kepada sapi-sapinya, apa saja vitamin yang ia berikan, dan berapa liter produksi susu yang dihasilkan dari setiap sapinya.
Teh Nenih dan buku catatan peternakannya. Foto: Akhmad Sawaldi
Dia juga mencatat kondisi sapi-sapinya. Kapan sapi melahirkan, kapan sapi dilakukan inseminasi buatan (IB), kapan sapi dikeringkandangkan, kapan sapi bunting, dan sebagainya. Catatan Teh Nenih rapi. Tidak terlihat bahwa dia lulusan SD. Dengan catatan-catatan ini, Teh Nenih yakin hal ini sangat membantu dalam mengoperasikan peternakannya lebih efektif dan efisien.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu. Teh Nenih juga mendapatkan ilmu mengenai manajemen kandang dengan lebih baik. Kandang sapi yang bagus harus membuat sapi nyaman dan aman. Kandang harus punya pencahayaan yang baik, ventilasi udara yang cukup, dan lantai yang tidak licin. Harus ada tempat air minum yang selalu terisi air secara otomatis dan tempat makan yang rendah yang tidak mengganggu sapi saat rebahan.
Ini istimewanya Teh Nenih. Begitu mendapat ilmu dari Farmer2Farmer, dia langsung mempraktikkannya. Ilmu tanpa praktik bagaikan pohon tak berbuah. Totalitas untuk berubah dia lakukan, demi penanganan sapi lebih baik yang akan membuahkan produksi yang banyak dan berkualitas.
Rumah baru dan kandang Teh Nenih. Foto: Arifin Asydhad
Tidak hanya memperbaiki kandang lamanya, tapi Teh Nenih hijrah. Dia tinggalkan rumah dan kandang lamanya yang berada di lokasi pemukiman yang padat. Dia bersama suaminya mencari lahan baru, yang lebih tinggi dan tidak berada di pemukiman yang padat.
ADVERTISEMENT
Tabungan Rp 150 juta dia cairkan untuk membeli lahan, membangun rumah, dan kandang sapi baru. Di lahan baru, Teh Nenih dan keluarga bisa hidup lebih sehat dan tidak sumpek. Begitu pun sapi-sapinya bisa akan lebih prima dalam memproduksi susu.
Saat saya bertamu ke rumahnya dan mengunjungi kandang sapinya akhir pekan lalu, Teh Nenih baru saja pindahan. Rumahnya masih belum sempurna, tapi sudah ia tempati. Sementara kandang sapinya, tampak bersih, pencahayaan bagus, dan sirkulasi udara sangat baik.
Teh Nenih yakin dengan kandang yang lebih baik dan pengelolaan sapi yang lebih benar, maka sapi-sapi perahnya akan memproduksi susu lebih banyak dan berkualitas. “Saya ingin produksi susu sapi saya meningkat menjadi 25 liter per hari,” kata Teh Nenih.
ADVERTISEMENT
Tak hanya meningkatkan produksi susu sapinya, Teh Nenih juga akan menambah jumlah sapi yang ia pelihara. Dia sudah menyiapkan lahan di samping kandangnya saat ini yang cukup menampung tujuh ekor sapi perah lagi. Dia paling tidak akan menambah satu ekor sapi dara tiap tahunnya.
Uletnya Teh Nenih dan sikap totalitasnya layak kita tiru. Kita doakan Teh Nenih berhasil dalam menggapai keinginannya dan hidupnya makin sejahtera.