Bertanggung Jawab atas Sampah Kita Bukan Sesuatu yang Sulit

Ario Tamat
Failed Musician, Reformed Gadget Freak and Eating Extraordinaire. Previously Wooz.in and Ohdio.FM, now working on karyakarsa.com
Konten dari Pengguna
13 September 2017 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ario Tamat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Limbah Sampah (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Limbah Sampah (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tempo hari, saya dan tim terlibat di sebuah acara konferensi cukup besar, yang biaya masuknya dalam hitungan jutaan per orang, dengan tema yang menarik dan penting, menampilkan pembicara-pembicara berpengaruh, dan melibatkan perusahaan-perusahaan dengan nama besar. Beberapa perusahaan ini juga membuka booth di area konferensi untuk mempromosikan produk-produk mereka.
ADVERTISEMENT
Kantor tempat saya bekerja, Wooz.in, kali ini mengerjakan manajemen registrasi peserta dengan platform software-as-a-service kami digabungkan dengan field support dari tim kami, sehingga untuk beberapa hal kami cukup sibuk bersinergi dengan panitia untuk kelancaran acara. Karena itu, tim kami diberikan area kerja dekat tempat registrasi, berupa sebuah lounge kecil di bawah tangga dan di balik tembok. Area ini ada beberapa sofa dan dan meja besar, beserta meja panjang yang bisa kami pakai untuk bekerja.
Area ini suka dikunjungi oleh peserta konferensi maupun pegawai atau SPG dari booth-booth perusahaan tadi, untuk sekedar beristirahat atau makan di sela-sela pekerjaan. Yang jadi masalah, ada beberapa pegawai dan SPG yang selesai makan, meninggalkan sampah berserakan di meja, di sofa, dan kadang di karpet area kerja kami. Karena saya tidak nyaman, pada akhirnya saya sendiri yang membereskan sampah-sampah ini supaya tim saya bisa bekerja dengan lebih tenang.
ADVERTISEMENT
Yang jadi masalah itu bukan soal saya membereskan sampah, ataupun orang yang nebeng di "area" kami (toh kami juga nebeng kan sebenarnya), tapi masalah tanggung jawab terhadap sampah. Orang-orang yang menurut pengamatan saya seharusnya berpendidikan, berpenampilan rapi dan bukan orang sembarangan, tidak memiliki tanggung jawab terhadap sampahnya sendiri, padahal ada tempat sampah dengan daya tampung baik dan bersih hanya tiga langkah dari area bekerja kami.
Ini mungkin hal yang sepele ya, tapi menurut saya tanggung jawab terhadap sampah ini sangat, sangat penting dalam kegiatan bermasyarakat kita. Sebenarnya, infrastruktur pengumpulan dan pengendalian sampah, walaupun memang jauh dari sempurna, sudah ada, apalagi di kota-kota besar. Tapi alur sampah tersebut membutuhkan kesadaran dan peran serta kita. Asumsi, "Ah nanti ada yang membereskan" itu merupakan mental yang sudah usang, tidak mendidik dan tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Ketiadaan tanggung jawab yang sama membuat orang membuang sampah sembarangan di mana saja. Dan itu masalah kita lho, sudah tidak bisa lagi berpikir, "Ah buang di sini aja, ga ada tempat sampah, ntar juga ada yang beresin". Memangnya mau sampai kapan mau hidup di kota yang tak pernah luput dari sampah berserakan? Sungai yang makin tercemar karena sampah, karena sampah dianggap menjadi masalah orang lain begitu lepas dari tangan kita?
Memang pemerintah harus punya tanggung jawab besar dalam manajemen sampah dan edukasinya. Tapi sampai kapan untuk hal begini saja kita buang bodi ke pemerintah? Ini bukan soal bikin regulasi, atau mengelola pemerintahan. Ini masalah tanggung jawab kita terhadap tindakan kita. Dan kita masih berkuasa atas itu.
ADVERTISEMENT
Lagi ke kedai kopi, fastfood atau semacamnya? Atau makan di tempat yang memang kalau makan agak berantakan, dengan tulang belulang sisa sebagainya? Setidaknya rapikan sisa makanan Anda supaya mudah dibereskan, kalau memang tidak bisa membereskan sampahnya sendiri.
Buanglah sampah pada tempatnya.