Setelah Sebulan #bantumikir

Ario Tamat
Failed Musician, Reformed Gadget Freak and Eating Extraordinaire. Previously Wooz.in and Ohdio.FM, now working on karyakarsa.com
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2017 9:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ario Tamat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Setelah Sebulan #bantumikir
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saya mau sharing sedikit soal hasil #bantumikir setelah dijalankan selama bulan Oktober. Buat yang belum tau #bantumikir itu apa, silakan baca di sini untuk detailnya; tapi pada dasarnya, saya bikin pertemuan one-on-one untuk konsultasi bisnis, yang fungsinya sebenarnya lebih dekat ke brainstorming dan tukar pikiran, ketimbang konsultasi satu arah; karena anggapannya, kedua pihak yang berdiskusi akan saling belajar.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana caranya merangkum hasil dari satu bulan konten dan empat kali pertemuan?
Pastinya, terlalu awal untuk kita amati atau ukur dampaknya - paling tidak ke orang lain. Kalau ke saya sendiri, tentu berdampak.
Selama sebulan penuh (di luar hari Minggu, karena di hari Minggu nggak ada Morning Thoughts), saya berusaha mengeluarkan konten yang adalah campuran antara pandangan atau pengalaman pribadi, hal-hal yang telah saya pelajari sejauh ini, dan beberapa saran-saran praktis seputar bisnis. Ternyata tidak selalu mudah ya, membuat konten terus-menerus tanpa harus berujung curcol. #eh.
Soal pertemuan #bantumikir nya sendiri, sahabat saya sendiri bilang “elu kepedean amat bikin, nggak takut malu ya nggak ada yang daftar atau dateng?”
ADVERTISEMENT
Iya sih. Takut. Karena, siapalah gue. Tapi risikonya, gue duduk santai-santai di restoran yang gue udah tau makanannya enak, dan letaknya tidak jauh dari rumah. Tidak ada tempat duduk penonton yang kosong, tidak ada rating siaran yang perlu dicek, tidak ada click through rate yang perlu dievaluasi. Memang, justru yang saya buat itu ruang diskusi, bukan panggung. Dan ternyata, tetap ada yang membutuhkan.
Sebagian besar yang daftar memang datang dari orang-orang yang saya kenal sebelumnya, tapi memang butuh bantuan mikir, seperti halnya saya sendiri. Menurut saya, naluri saya soal kebutuhan ini masih benar adanya. Yang saya salut adalah pada teman-teman yang baru kenal justru via #bantumikir ini, karena sama-sama ingin mencoba sesuatu yang… baru nggak sih? Mungkin nggak. Tapi baru buat kami semua.
ADVERTISEMENT
Tapi, #bantumikir harusnya bukan sesuatu yang menjadi milik saya saja. Dan tidak melulu harus soal bisnis. Bisa saja untuk hal lain toh? Saya sempat terpikir untuk membuka topik juga untuk konsultasi gadget dan layanan digital; seperti halnya tempo hari saya membantu seorang teman untuk daftar akun Spotify premium. Nah banyak kan yang mungkin kebingungan dengan gadget atau layanan tertentu?
Dan #bantumikir bisa saja dibuka orang lain. Mungkin ada yang mau buka konsultasi soal menulis. Atau tukar pikiran soal pitch deck. Atau tips bertani. Apapun itu.
Untuk saya, konsultasi one-on-one tetap lebih bermanfaat ketimbang ikut kelas, apalagi kalau sudah nyemplung ke suatu hal dan sudah menemui masalah. Jadi, format #bantumikir ini, saya persilahkan untuk siapapun untuk menggunakan, selama masih mengikuti pola format acara dan konten yang sudah saya lakukan, supaya makin banyak yang mendengar dan mungkin mau terlibat.
ADVERTISEMENT
Pilih topik, buat konten, pilih jadwal, pilih tempat, buka pendaftaran. Pasti banyak yang bisa bantu mikir dan perlu dibantu mikir.
Jadi, giliran Anda #bantumikir kapan?
*artikel diperbarui dengan foto Nasi Goreng Serendipity