Sudah hampir satu semester aku merantau di Surabaya. Kota yang awalnya aku tak punya siapa-siapa untuk numpang makan kalau uang bulanan sudah habis. Tak ada kenalan apalagi saudara. Sampai kemudian aku berkenalan dengan Ning Mun dan Cak Met. Tak kusangka apa yang kuanggap percakapan basa-basi saja pada awalnya, ternyata berlanjut menjadi semacam hubungan kekeluargaan.
Aku selalu merasa Ning Mun tak ubahnya seperti ibuku sendiri. Ibu yang tentunya lebih ramah ketimbang ibu kandungku, sehingga rasa-rasanya aku bisa curhat soal apa pun kepada Ning Mun tanpa ada jarak sedikit pun. Beda dengan hubunganku dengan ibuku yang terasa seperti hanya formalitas: menelepon, menanyakan kabar, mengingatkan jangan lupa beribadah. Ya, cuma itu saja.
Begitu juga dengan Cak Met yang sudah kuanggap sebagai ayah sendiri. Meskipun Cak Met juga laki-laki, tapi entah kenapa obrolan kami begitu cair dan tak kaku seperti halnya interaksiku dengan ayah kandungku. Cak Met lebih bisa terbuka dengan perasaannya sendiri, tak pernah menutupi diri bila sedang merasa sedih, takut, dan semacamnya. Beda dengan ayahku yang tampak berusaha sekali menjaga sikap dan wibawa di mata keluarga.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814